Insinerator Teknologi Tepat Guna Atasi Masalah Sampah di Desa Kalibening
Kepedulian terhadap isu lingkungan yang mendesak telah mendorong sekelompok Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari Universitas Islam Indonesia (UII) Angkatan 71 untuk menciptakan sebuah terobosan. Berlokasi di Desa Kalibening, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, mereka berhasil merancang dan membangun sebuah prototipe insinerator (alat pembakar sampah) yang efektif, menjadi jawaban atas masalah pengelolaan sampah rumah tangga yang telah lama menjadi tantangan bagi warga setempat.
Program KKN yang berlangsung sejak 12 Agustus 2025 hingga ditutup pada 12 September 2025 ini tidak hanya meninggalkan sebuah karya fisik, tetapi juga warisan pengetahuan dan semangat kemandirian bagi masyarakat desa.
Sebelum program ini dimulai, Desa Kalibening, seperti banyak desa lainnya, menghadapi tantangan dalam pengelolaan sampah. Keterbatasan fasilitas tempat pembuangan akhir (TPA) yang jauh dan sistem pengelolaan sampah yang belum terstruktur membuat warga seringkali terpaksa membakar sampah di pekarangan rumah secara terbuka atau membuangnya di sungai sekitar. Praktik ini tidak hanya menimbulkan polusi udara dan bau tidak sedap, tetapi juga berisiko terhadap kesehatan dan kebersihan lingkungan.
“Dari hasil observasi dan diskusi awal kami dengan perangkat desa dan warga, masalah sampah ini menjadi salah satu prioritas utama. Itulah yang memotivasi kami untuk menghadirkan sebuah solusi yang praktis dan bisa diterapkan langsung oleh masyarakat,” ungkap salah seorang mahasiswa KKN UII.
Sebagai program kerja utama, pembangunan incinerator ini dirancang dengan konsep teknologi tepat guna. Para mahasiswa secara cermat memanfaatkan sumber daya lokal yang mudah dijangkau dan terjangkau, seperti bata merah, tanah liat sebagai perekat, dan kerangka dari besi bekas.
Keunggulan utama dari desain insinerator ini terletak pada sistem sirkulasi udara ganda yang dirancang di bagian bawah dan atas tungku. “Kami membuat rongga-rongga udara yang memastikan pasokan oksigen selama proses pembakaran tetap optimal. Aliran udara ini membantu api menyala lebih besar dan lebih panas, sehingga sampah terbakar lebih cepat dan sempurna. Inilah kunci mengapa asap yang dihasilkan sangat minim,” jelasnya secara teknis.
Desain yang cermat ini memastikan insinerator tidak hanya efisien dalam membakar sampah, tetapi juga lebih terjamin untuk digunakan oleh warga. Para mahasiswa menyadari bahwa alat secanggih apapun tidak akan berguna tanpa adanya perubahan perilaku dari penggunanya. Oleh karena itu, program pembangunan incinerator ini diiringi dengan sosialisasi edukasi yang intensif. Mereka melakukan sosialisasi kepada perangkat desa, tokoh masyarakat dan warga sekitar agar semua memahami terkait incinerator. Materi edukasi mencakup tiga pilar utama: pertama pentingnya pemilahan sampah, kedua tata cara penggunaan insinerator, dan ketiga dampak positif jangka panjang dari adanya incinerator.
Inisiatif ini disambut dengan antusiasme tinggi, baik dari warga maupun pemerintah desa. Kepala Desa Kalibening secara terbuka mengapresiasi inovasi mahasiswa KKN UII sebagai solusi konkret yang selama ini dibutuhkan.
“Kami sangat bangga dan berterima kasih. Ini bukan sekadar bantuan, tetapi sebuah pencerahan. Semoga alat ini menjadi langkah awal bagi Desa Kalibening untuk lebih mandiri dan berdaya dalam mengelola lingkungan kami,” ujar Kepala Desa.
Penutupan program KKN Angkatan 71 telah dilangsungkan pada 10 September 2025, acara tersebut diadakan dalam sebuah bentuk upacara serah terima simbolis incinerator dari mahasiswa kepada perangkat pemerintah desa. Momen ini menjadi simbol komitmen bersama untuk merawat dan melanjutkan program pengelolaan sampah. Mahasiswa berharap, keberhasilan adanya incinerator di Desa Kalibening dapat menjadi model percontohan yang menginspirasi desa lain di sekitar Magelang untuk mengatasi tantangan sampah serupa.(RE/AHR/RS)