PPK Ormawa Jafana UII Kenalkan Teknologi IMO dan Pupuk Organik untuk Petani Cabai
Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan(PPK Ormawa) Jafana Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar workshop pengendalian hama dan penyakit tanaman cabai untuk petani komunitas Sribinangun dilaksanakan pada Selasa (16/09) di Aula Kalurahan Pakembinangun. Workshop ini diselenggarakan sebagai respons terhadap kebutuhan petani dalam mengatasi permasalahan hama dan penyakit tanaman cabai di wilayah Sleman, dimana dengan karakteristik tanah lokal yang bertekstur berpasir dan tantangan penggunaan pupuk kimia yang tidak tepat, diperlukan pendekatan holistik dalam pengelolaan lahan dan tanaman yang berkelanjutan.
Tujuan workshop adalah meningkatkan pemahaman petani tentang karakteristik tanah lokal dan pengelolaannya, memberikan pengetahuan teknik pemupukan yang tepat dan ramah lingkungan, memperkenalkan teknologi Indigenous Microorganism (IMO) untuk pengelolaan mikroorganisme tanah, serta memberikan solusi praktis terhadap masalah daun keriting akibat pupuk kimia berlebihan. Kegiatan dihadiri oleh petani Komunitas Sribinangun dengan narasumber ahli dari BPTP (Balai Penelitian Teknologi Pertanian).

Pelaksanaan workshop dilakukan melalui pemaparan materi oleh narasumber tentang karakteristik tanah, pemupukan, dan teknologi IMO, diskusi interaktif berupa sesi tanya jawab dan sharing pengalaman antar petani tentang kendala di lapangan, demonstrasi praktis pembuatan pupuk organik cair (POC) dan pengenalan alat pengukur pH tanah, serta pendampingan teknis berupa bimbingan langsung teknik pecah cabang dan aplikasi kalium-kalsium.
Workshop berhasil mengidentifikasi bahwa penggunaan pupuk kimia berlebihan menyebabkan daun keriting dan pertumbuhan tanaman cabai terhenti, dan memperkenalkan pengetahuan baru tentang pentingnya pH meter untuk mengukur keasaman tanah, penggunaan H₂O₂ untuk sterilisasi, teknologi IMO untuk ekstraksi mineral alami, pembuatan POC dari kombinasi urin sapi, unggas, dan air kelapa, pupuk organik melalui fermentasi kotoran ternak selama 30 hari, serta teknik pecah cabang untuk optimalisasi pertumbuhan. Melalui pendekatan organik dan berkelanjutan ini, petani memperoleh pemahaman komprehensif tentang pengelolaan tanah, pembuatan pupuk organik alternatif, dan pentingnya menjaga keseimbangan mikroorganisme tanah. (SAA/AHR/RS)





