UII dan Kemlu Perkuat Diplomasi Indonesia-Pakistan Lewat Policy Lab

Program Studi Hubungan Internasional Universitas Islam Indonesia (UII) bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemlu RI) menyelenggarakan Policy Lab bertajuk “Shaping a Partnership Strategy between Indonesia and Pakistan with Academic Partners” pada Selasa (07/10).  Kegiatan ini digelar dalam rangka memperingati 75 tahun kerja sama Indonesia-Pakistan yang menandai perjalanan panjang persahabatan antara kedua negara sejak tahun 1950. Direktur Asia Selatan dan Tengah Kemlu RI, Ricky Eka Virgana Ichsan menyampaikan acara ini menjadi wadah kolaborasi antara akademisi, praktisi, dan pembuat kebijakan untuk merumuskan rekomendasi strategis dalam mempererat hubungan bilateral Indonesia-Pakistan di masa depan.

Rektor UII, Fathul Wahid, dalam sambutannya menyampaikan bahwa kerja sama di bidang akademik antara UII dan berbagai perguruan tinggi di Pakistan diharapkan menjadi tonggak penting dalam memperkuat hubungan kedua negara. “Kerja sama akademik merupakan fondasi penting bagi diplomasi jangka panjang. Pertukaran pengetahuan dan mobilitas mahasiswa dapat memperkokoh persahabatan antara Indonesia dan Pakistan,” ujar Fathul Wahid.

Sesi pertama kegiatan ini dibuka dengan paparan dari Duta Besar Pakistan untuk Indonesia, H.E. Zahid Hafeez Chaudhri. Ia menegaskan, “Sebagai dua negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, sangat penting bagi Indonesia dan Pakistan untuk mempererat kerja sama bilateral,”.  Ia juga menambahkan bahwa kolaborasi kedua negara telah terjalin di berbagai bidang, khususnya pertahanan, pendidikan, dan perdagangan.

Selaras dengan pernyataan tersebut, Pande Ketut Wuri Handayani, yang merupakan diplomat Kemlu RI juga menyampaikan bahwa Pakistan merupakan partner dagang yang penting bagi Indonesia di Kawasan Asia Selatan.“Penting untuk memanfaatkan instrumen kerja sama yang sudah ada, seperti Indonesia-Pakistan PTA untuk memperkuat kemitraan bilateral,” ujarnya.

Hadza Min Fadhli Robby sebagai Sekretaris Program Studi Hubungan Internasional Program Internasional dan dosen Kajian Asia Selatan, menyatakan, “Pesantren diplomacy penting digunakan sebagai bentuk kerja sama antarinstitusi keagamaan Indonesia-Pakistan. Kita sudah memiliki modal berupa people-to-people relations yang telah menjadi salah satu pilar dalam relasi kedua negara dan terjalin secara organik.” Ia juga menekankan bahwa peran Jamaah Tabligh dan potensi kolaborasi antarpesantren perlu difasilitasi oleh kedua pemerintah.

Policy Lab berlanjut ke sesi “Stocktaking Pilar Kerja Sama Kemitraan Indonesia-Pakistan” yang melibatkan akademisi Hubungan Internasional dalam kajian Asia Selatan dengan pemantik dari akademisi Hubungan Internasional antara lain Rochdi Mohan Nazala, Ph.D. (Universitas Gadjah Mada),Irawan Jati, Ph.D. (Universitas Islam Indonesia), dan Halifa Haqqi, S.I.P ., M.Si. (Universitas Slamet Riyadi Surakarta). Tak hanya itu, hadir pula sebagai peserta dalam kegiatan ini perwakilan akademisi Hubungan Internasional, Hukum Internasional, dan Studi Islam dari berbagai universitas di Yogyakarta dan sekitarnya, antara lain Universitas Islam Indonesia, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas Jenderal Soedirman, UPN “Veteran” Yogyakarta, Universitas Amikom Yogyakarta, Universitas Slamet Riyadi Surakarta, serta Universitas Respati Yogyakarta.

Rangkaian kegiatan ini menegaskan komitmen UII dalam memperkuat diplomasi Indonesia-Pakistan melalui penguatan jejaring akademik yang berlandaskan nilai-nilai keislaman. Melalui pendekatan yang inklusif dan berorientasi jangka panjang, UII dan Kemlu RI mendorong strategi kemitraan yang relevan bagi masa depan hubungan bilateral dan kontribusi Indonesia dalam perdamaian global. (KUD/AHR/RS)