, ,

Hikmah Pandemi Covid-19: Bukan Halangan Ramadan Tak Maksimal

Hingga sekarang pandemi virus corona (Covid-19) masih membuat banyak orang merasa takut dan khawatir. Terlebih mendekati bulan suci Ramadan, tentunya banyak ibadah yang tidak bisa dijalankan seperti tahun-tahun sebelumnya. Seperti shalat berjamaah, shalat tarawih, dan i’tikaf yang dilakukan di rumah. Meski demikian, banyak cara menyiasatinya sehingga ibadah Ramadan pun tetap maksimal.
Hal inilah yang menjadi perhatian Lembaga Dakwah Kampus Universitas Islam Indonesia (UII) dengan mengadakan kajian pra Ramadan 1441 Hijriah pada 18 April lalu melalui Google Meet. Kajian bertemakan “Aku Rindu Ramadanku yang Dulu” itu diisi oleh Ust. Ahmad Dahlan, Lc., MA.

Dalam ceramahnya, Ust. Ahmad Dahlan menjelaskan bahwa Ramadan tahun 2020 masih sama dengan Ramadan tahun lalu, bahkan fadhilah atau keutamaannya juga masih sama. Hal ini sesuai dengan firman Allah Ta’ala:

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan.” (QS. Al-Qadr: 1).
Bahkan berdasarkan hadist Aisyah radhiallahu’anha, dia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Carilah oleh kalian keutamaan Lailatul Qadr (malam kemuliaan) pada malam-malam ganjil di sepuluh malam terakhir bulan Ramadan”.

Pandemi Covid-19 membuat masyarakat harus beribadah di rumah sesuai dengan anjuran Kementerian Agama (Kemenag) begitupun fatwa Majelis Ulama Islam (MUI). Ust. Ahmad Dahlan menasihati hendaknya kita memahami bahwa segala sesuatu yang terjadi atas kehendak Allah Ta’ala. Sehingga hal tersebut tidak mempengaruhi kita dalam melakukan ibadah kepada-Nya. “Lebih dari itu, niat utama hanyalah ditujukan karena Allah Ta’ala,” ungkapnya.

Ia pun berpesan bahwa seorang mukmin dilarang menzalimi orang lain. Beribadah di rumah merupakan salah satu ikhtiar agar mukmin yang dikhawatirkan membawa Covid-19 tidak menulari saudaranya. “Kita beribadah di rumah untuk tidak menzalimi orang lain adalah bentuk dari ketaatan kepada Allah Ta’ala,” tambahnya.

Di samping itu, ia pun mengajak hadirin untuk mengambil sisi positif dari perubahan ini. “Pertama, kita mempunyai waktu lebih di rumah. Artinya kita dapat lebih fokus dalam beribadah di Bulan Suci Ramadan. Misal ketika Ramadan keadaan normal, mungkin kita hanya akan fokus dalam sepuluh hari terakhir karena sebelumnya sibuk dengan aktivitas di luar rumah seperti kuliah atau kerja. Contoh lain adalah kita dapat lebih banyak mengkhatamkan Al-Qur’an dibandingkan dengan Ramadan biasa; atau menjadi lebih produktif dengan belajar ilmu syar’i, menulis buku, dan menyelesaikan skripsi”, tukasnya.

Tidak selesai di situ, ia juga menjelaskan hal yang perlu dilakukan dalam kondisi Ramadan di tengah pandemi. Pertama adalah melakukan persiapan reguler seperti bulan-bulan Ramadan sebelumnya. Persiapan ini berupa mempelajari akan segala hal yang berhubungan dengan Ramadan, mempersiapkan kondisi badan tetap fit untuk menjalankan ibadah puasa selama satu bulan penuh, mempersiapkan harta untuk infaq atau sedekah, dan terakhir mempersiapkan kegiatan selama bulan Ramadan.

Kedua adalah melakukan tarawih berjamaah dengan keluarga maupun teman satu kosan. Hal ini dapat menjadi momentum untuk belajar menjadi imam salat, belajar memperbaiki bacaan Al-Qur’an, maupun menambah hafalan Al-Qur’an. (SF/ESP)