Kontribusi Institusi Pendidikan Tinggi Islam dalam Pengembangan Sains

Mindset

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam Indonesia (FMIPA UII) menggelar sarasehan virtual dalam rangka Milad FMIPA UII Ke- 26 pada Sabtu (6/10). Mengusung tema “Kontribusi Institusi Pendidikan Tinggi Islam dalam Pengembangan Sains di Indonesia”, sarasehan mengundang Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M.P. selaku pembicara yang juga merupakan Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

Mengawali acara, Prof. Riyanto., S.Pd., M.Si., Ph.D., menyebut bahwa sains dan perkembangannya merupakan faktor penting dalam parameter kemajuan bangsa. Dalam sambutannya, Prof. Riyanto menerangkan bahwa sains juga sangat diperlukan dalam mengatasi beberapa krisis yang terjadi. “Krisis energi, kesehatan, hingga ketergantungan Indonesia pada bahan baku obat impor membutuhkan solusi. Di sinilah peran dari Ilmu-ilmu sains sangat diperlukan dalam menangani krisis, terutama untuk kemajuan di negara kita ini,” terang Riyanto.

Berlanjut pada acara inti, Gunawan mengawali dengan fakta historis kontribusi ilmuwan muslim sangat besar pada masa kejayaan Islam (650-1250 M). Akan tetapi, kenyataan yang terjadi di abad ke 20 ini tradisi keilmuan global justru berasal dari dunia barat dan hilirisasinya berpengaruh pada berbagai aspek kehidupan. “Ini yang kemudian kita lihat bahwa seolah-olah ada semacam hegemoni kemajuan berpikir bangsa barat (perguruan tinggi non-Islam) dibanding perguruan tinggi Islam,” terang Gunawan.

Padahal Islam justru memiliki pengaruh dan kontribusi besar pada pengembangan sains. Gunawan mencontohkan ayat-ayat Al-Quran yang di dalamnya menjelaskan fenomena sains seperti pertemuan dua air laut yang menyatu dan kemunculan api di dasar laut. Kedua fenomena tersebut bagi Gunawan merupakan pintu masuk kontribusi Islam yang dapat dibuktikan pada pengembangan Sains. Selain itu, masih begitu banyak fenomena sains lain yang juga dijelaskan dalam Kalam Allah seperti garis edar tata surya, ledakan raksasa (Big Bang), terbentuknya air hujan, sungai dasar laut, sidik jari dan lain-sebagainya.

Untuk itu, Gunawan sangat berharap bahwa hegemoni kemajuan barat tidak perlu untuk disanjung berlebihan. Karena pada faktanya, metode sains dalam Islam justru telah sempurna. “Sumber inspirasi pengembangan sains Islam adalah Alloh. Yang kemudian kita melihat ada tiga sumber yang diturunkan yaitu Al-Quran, Sunah, dan manifestasinya dengan ‘iqro’ lihat dan bacalah fenomena alam”, tandasnya.

Dengan dasar keimanan pada Al-Quran dan Sunah Nabi, maka terbentuklah akal manusia yang dalam proses berpikirnya terbagi menjadi dua yaitu proses Kauliyah (wahyu/literasi) dan proses Kauniyah (kejadian/fenomena). “Mari kita kembangkan di sini saja, masih banyak khazanah Islam yang bisa kita jadikan objek pengembangan pemikiran” Gunawan menekankan.

Lebih lanjut, Gunawan mengakhiri presentasinya dengan menjelaskan filsafat sains-teknologi Islam. Dengan membeberkan ontologi, epistimologi, dan aksiologinya, ia berharap dengan pemahaman ini Integrasi antara Islam dan Ilmu bisa didekati dengan empat kerangka komprehensif pengembangan keislaman yaitu Iman sebagai struktur dunia, ilmu sebagai struktur pengetahuan, fiqih sebagai struktur nilai, dan kekhalifahan sebagai struktur manusia. (IAA/RS)