Mahasiswa BIPA Cilacs UII Jelajahi Kearifan Lokal di Desa Wisata Bugisan
Mahasiswa asing peserta program BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing) dari Cilacs Universitas Islam Indonesia (UII) mengikuti kegiatan kunjungan budaya ke Candi Plaosan dan Desa Wisata Bugisan, Prambanan, Klaten.
Peserta kegiatan ini merupakan mahasiswa penerima Beasiswa Kemitraan Negara Berkembang (KNB) dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, dan beberapa adalah penerima beasiswa Future Global Leaders Scholarships (FGLS) dari Universitas Islam Indonesia. Mereka berasal dari berbagai negara seperti Palestina, Suriah, Pakistan, Nigeria, dan Thailand.
Kunjungan ini merupakan bagian dari mata kuliah dalam program BIPA yang dirancang untuk memperkenalkan kekayaan budaya lokal Jawa dan Indonesia secara umum. Kegiatan ini tidak hanya memberikan pengalaman kebahasaan, tetapi juga menanamkan pemahaman akan nilai-nilai sejarah, kehidupan sosial, dan kearifan lokal masyarakat Jawa.
Dalam kunjungan tersebut, para mahasiswa diajak menyusuri situs bersejarah Candi Plaosan, kemudian melanjutkan perjalanan dengan bersepeda menuju Desa Wisata Bugisan. Di sana, mereka diperkenalkan pada berbagai aspek budaya lokal, seperti mengenal pohon bambu dan pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa.
Peserta juga terlibat langsung dalam proses pembuatan emping mlinjo, mulai dari menumbuk hingga memanggang, yang memberikan pengalaman praktis sekaligus menarik. Kegiatan dilanjutkan dengan bersepeda di tengah persawahan dan kebun tradisional, hingga akhirnya mengunjungi “Rumahe Simbah“, sebuah destinasi budaya yang mempertahankan suasana rumah tradisional Jawa lengkap dengan peralatan rumah tangga zaman dahulu. Pada sesi akhir para siswa BIPA juga diajak untuk Mereka juga belajar membatik dengan sistem eco-printing dan melukis topeng.
Kegiatan ini tidak hanya menjadi sarana pembelajaran, namun juga membentuk kedekatan emosional para mahasiswa asing terhadap budaya Indonesia. Dengan pendekatan langsung ke masyarakat dan pengalaman autentik, para peserta diharapkan dapat membawa cerita positif dan memperkuat jejaring antarbangsa berbasis pemahaman budaya. (ANK/AHR/RS)