Optimalisasi Pelayanan Kolaboratif Pendampingan pada Anak Berkebutuhan Khusus
Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Islam Indonesia (UII) menyelenggarakan Seminar Kesehatan Kolaboratif bertema “Optimalisasi Pelayanan Kolaboratif Pendampingan pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)”, pada Jumat (1/11), di Auditorium Lantai 4 FK UII. Kegiatan ini menghadirkan lima dokter sebagai narasumber yang mengolaborasikan keilmuan mereka dalam rangka mendukung pendampingan optimal bagi anak berkebutuhan khusus.
Seminar tersebut tidak hanya ditujukan bagi tenaga medis dan mahasiswa kesehatan, tetapi juga terbuka untuk masyarakat umum, termasuk para orang tua yang memiliki anak dengan kebutuhan khusus. Peserta mengikuti kegiatan ini secara luring di auditorium dan daring melalui kanal zoom meeting.
Dalam sambutannya, Dekan FK UII, Dr. dr. Isnatin Miladiyah, M.Kes menekankan pentingnya topik pada seminar tersebut. Ia menyebutkan bahwa topik ini istimewa karena membahas tentang anak-anak istimewa serta menggabungkan berbagai bidang ilmu untuk saling berbagi dan berkolaborasi.
“Anak berkebutuhan khusus bukan berarti memiliki kekurangan, melainkan kemampuan yang berbeda (different ability). Melalui seminar ini, FK UII berkomitmen penuh untuk memberikan pelayanan dan pendampingan yang optimal bagi ABK,” ujarnya.
Acara dilanjutkan dengan sesi diskusi panel pertama yang menghadirkan tiga narasumber. Dr. dr. Bambang Udji Djoko R., Sp.THTBKL (K).,M.Kes sebagai pemateri pertama membahas mengenai skrining pendengaran pada ABK. Ia menjelaskan bahwa pendengaran merupakan indra utama yang berperan penting dalam perkembangan berbicara dan tumbuh kembang anak.
“Sampai saat ini disepakati bahwa pendengaran memiliki peran yang sangat penting. Bahkan ketika ayat pertama Al-Qur’an turun, Nabi Muhammad saw belum bisa membaca, tetapi mampu mendengar suara Jibril,” jelasnya.
Selanjutnya, dr. Ade Febrina, M.Sc, Sp.A(K) memaparkan materi tentang Update Gangguan Perkembangan Anak: Skrining hingga Intervensi Berbasis Bukti. Ia menekankan pentingnya deteksi dini karena masa pertumbuhan anak terjadi pada usia-usia awal. Ia juga menyinggung konsep neuroplastisitas, yakni kemampuan otak untuk beradaptasi dan membentuk koneksi baru.
“Neuroplastisitas terjadi pada masa usia 0–2 tahun dan masa remaja. Pada periode ini, anak memberikan respons terhadap pengalaman, stimulasi, cedera, maupun pembelajaran,” terangnya.
Pemateri ketiga, dr. Budi Kristianto, M.Sc, Sp.KL.,Subsp.AR(K) membahas tentang deteksi speech delay pada anak berkebutuhan khusus. Ia menegaskan bahwa anak sebaiknya tidak diberikan gawai terlalu dini dan perlu dibatasi waktu screen time-nya.
“Ajak anak berbicara secara aktif dan lakukan interaksi langsung agar kemampuan bicaranya dapat berkembang dengan baik,” ujarnya.
Pada sesi kedua, dr. Lulus Hardiyanti, Sp.KFR(K) memaparkan materi mengenai pendampingan terhadap anak berkebutuhan khusus. Sementara itu, dr. Dian K. Nurputra, Sp.A(K), Ph.D menutup rangkaian diskusi dengan pembahasan tentang gangguan perkembangan akibat infeksi intrakranial.
Melalui kegiatan ini, FK UII menunjukkan komitmennya untuk terus berperan aktif dalam peningkatan kualitas pelayanan dan pendampingan terhadap anak berkebutuhan khusus melalui pendekatan kolaboratif lintas disiplin ilmu. (GRR/AHR/RS)





