PUSPIK UII Lakukan Pendampingan PROKLIM di Banguntapan
Pusat Studi Perubahan Iklim dan Kebencanaan (PUSPIK) Universitas Islam Indonesia dan Yayasan Generasi Cerdas Iklim (GCI) bersama dengan dukungan pendanaan Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan dari PT. Arthaasia Finance (AAF), menyelenggarakan kegiatan Pendampingan Program Kampung Iklim (PROKLIM) di Kalurahan Banguntapan, Bantul pada Jum’at dan Sabtu (19-20/09). Kegiatan ini melibatkan partisipasi aktif dari perangkat desa, tokoh masyarakat, kader lingkungan, serta kelompok ibu-ibu PKK dari sebelas padukuhan yang ada di Banguntapan.
Dalam sambutannya, Lurah Banguntapan, Basirudin, menyampaikan rasa syukur dan apresiasinya kepada seluruh pihak yang telah berkolaborasi dalam kegiatan ini. Baginya, PROKLIM bukan sekadar program nasional, melainkan sarana nyata bagi desa kami untuk belajar, memperkuat kelembagaan, dan menghidupkan semangat warga agar peduli terhadap lingkungan.
“Kami sangat mengapresiasi kehadiran tim CSR dari PT. Arthaasia Finance bersama Yayasan Generasi Cerdas Iklim dan PUSPIK UII. Kehadiran kegiatan ini menjadi motivasi bagi kami untuk semakin berbenah dan berproses. Kami berharap langkah kecil ini menjadi awal dari perjalanan panjang menuju Banguntapan sebagai PROKLIM Lestari,” harap Basirudin.
Ikrom Mustofa, Koordinator tim pendamping sekaligus Pendiri Yayasan Generasi Cerdas Iklim dan Dosen Jurusan Teknik Lingkungan UII, menekankan pentingnya menjadikan pendampingan PROKLIM ini sebagai program berkelanjutan.
“Kegiatan ini tidak berhenti hanya pada dua hari pelaksanaan. Program Pendampingan PROKLIM yang kami lakukan bersama mitra akan menjadi bagian dari pengabdian masyarakat yang berkesinambungan. Akademisi, praktisi, dan komunitas harus terus hadir dalam mengawal masyarakat agar tidak hanya memahami konsep, tetapi juga mampu menerapkan langkah-langkah adaptasi dan mitigasi perubahan iklim di lingkungannya sendiri. Kami percaya, kolaborasi lintas pihak ini akan memperkuat kapasitas desa-desa dalam menghadapi tantangan perubahan iklim,” jelas Ikrom.
Sementara itu, Tiro Nugroho, General Manager PT. Arthaasia Finance, mengungkapkan kegembiraannya melihat partisipasi warga dan keberhasilan kegiatan yang berlangsung selama dua hari. Menurutnya, CSR perusahaan tidak hanya sebatas bantuan finansial, melainkan juga komitmen untuk membangun masa depan yang lebih baik.
“Kami merasa sangat bangga dapat menjadi bagian dari perjalanan Kalurahan Banguntapan menuju PROKLIM Lestari. Melalui CSR ini, kami ingin menunjukkan bahwa sektor swasta bisa berkontribusi nyata dalam aksi iklim di tingkat komunitas. Melihat antusiasme bapak-ibu dukuh, kader lingkungan, serta ibu-ibu PKK, kami semakin yakin bahwa program ini akan memberikan dampak jangka panjang. Semoga kerjasama ini menjadi titik awal kolaborasi yang berkesinambungan dengan masyarakat dan dunia akademik,” jelasnya.
Dewi Wulandari, Direktur PUSPIK UII, menambahkan bahwa kolaborasi ini sejalan dengan misi perguruan tinggi untuk terlibat dalam pembangunan berkelanjutan. Ia menyatakan, kehadiran tim yang ia pimpin bukan hanya untuk memberikan pengetahuan, tetapi juga untuk belajar dari kearifan lokal yang sudah ada di masyarakat Banguntapan.
“PUSPIK UII melihat bahwa kolaborasi antara dunia akademik, masyarakat, dan korporasi menjadi model penting dalam menjawab tantangan perubahan iklim. Kami berterima kasih kepada PT. Arthaasia Finance dan Yayasan Generasi Cerdas Iklim yang telah membuka ruang kolaborasi ini. Semoga apa yang kita lakukan hari ini akan memberikan manfaat berkelanjutan bagi masyarakat Banguntapan,” tutur Dewi.
Lebih jauh, Ibnu Darmawan, tim pendamping yang juga Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi UII, menyoroti metode partisipatif yang diterapkan dalam kegiatan ini. Menurutnya, pendekatan yang dilakukan oleh tim PUSPIK UII bukan satu arah, tetapi berbasis partisipasi.
“Para dukuh dan kader yang hadir tidak hanya mendengar paparan, melainkan juga aktif terlibat dalam diskusi kelompok, melakukan self-assessment, dan menyusun ide-ide prioritas mereka sendiri. Dengan cara ini, masyarakat merasa memiliki program PROKLIM, bukan sekadar menjadi objek kegiatan. Proses bersama inilah yang akan membuat hasilnya lebih kuat dan berkelanjutan.”
Sebagai bentuk dukungan nyata, tim juga memberikan bantuan instrumen teknis kepada padukuhan berupa biopori dan komposter ke sebelas padukuhan yang ada di Banguntapan.
“Alat-alat ini sederhana tetapi berdampak besar dalam upaya mitigasi perubahan iklim, terutama dalam pengelolaan sampah organik dan perbaikan kualitas tanah. Kami ingin agar warga bisa langsung mempraktikkan apa yang sudah dipelajari dalam workshop, sehingga hasilnya lebih terasa dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Diah Ayu Prawitasari selaku Ketua Divisi Teknis kegiatan sekaligus Dosen Teknik Lingkungan UII.
Selain dari tim internal, kegiatan ini juga menghadirkan narasumber eksternal yaitu Sri Wahyuningsih, pendiri Komunitas Banyu Bening yang membagikan pengalaman dan inspirasi tentang pemanenan air hujan sebagai strategi adaptasi.
“Air adalah sumber kehidupan. Melalui pemanenan air hujan, kita tidak hanya menghemat sumber daya, tetapi juga mengajarkan kepada generasi berikutnya pentingnya hidup selaras dengan alam. Saya berharap warga Banguntapan bisa menjadikan pemanenan air hujan sebagai kebiasaan, bukan sekadar proyek. Jika hal ini dilakukan secara konsisten, kita akan memiliki ketahanan air yang kuat di masa depan,” harapnya.
Tidak hanya di lapangan, kegiatan ini juga diperkuat dengan agenda strategis di kampus. Di sela acara, dilakukan kunjungan ke Universitas Islam Indonesia untuk menandatangani implementation agreement (IA) antara PT. Arthaasia Finance, Yayasan GCI, dan PUSPIK UII. Penandatanganan ini menjadi tonggak penting yang mempertegas komitmen semua pihak dalam melanjutkan kerja sama CSR di bidang lingkungan dan iklim.
Awaluddin Nurmiyanto, Ketua Jurusan Teknik Lingkungan UII, menyampaikan bahwa kerja sama ini adalah contoh nyata kolaborasi yang efektif. Ia menegaskan dengan program ini menunjukkan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) tidak serta merta hanya soal bantuan dana, tetapi juga bagaimana membangun program yang adaptif, partisipatif, dan berkelanjutan.
“Saya sangat mengapresiasi langkah yang diambil PT. Arthaasia Finance bersama Yayasan Generasi Cerdas Iklim dan PUSPIK UII. Dengan melibatkan akademisi, masyarakat, dan pemerintah lokal, kita tidak hanya menguatkan PROKLIM Banguntapan, tetapi juga memberi contoh model kolaborasi yang bisa direplikasi di daerah lain,” ungkapnya
Kegiatan pendampingan PROKLIM Banguntapan ini menghasilkan sejumlah capaian penting: baseline kesiapan PROKLIM di sebelas padukuhan, Buku Panduan PROKLIM tingkat padukuhan, serta rencana prioritas kegiatan untuk beberapa tahun ke depan. Dengan dukungan alat mitigasi berupa biopori dan komposter, warga diharapkan segera dapat menerapkan praktik adaptasi dan mitigasi yang dipelajari.
Penutupan kegiatan ditandai dengan optimisme bersama bahwa Banguntapan dapat segera naik kelas dari PROKLIM Utama menuju PROKLIM Lestari dan memotivasi padukuhan lainnya untuk mendaftarkan wilayahnya ke sistem PROKLIM. Lebih dari itu, kegiatan ini menjadi bukti nyata bahwa kolaborasi triple-helix yaitu korporasi, akademisi, dan komunitas mampu mendorong terciptanya aksi nyata menuju pembangunan rendah karbon dan berketahanan iklim. (IM/AHR/RS)