Santri UII Ikuti Pelatihan Penyembelihan Hewan Qurban

Menyambut Iduladha, Pondok Pesantren Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar pelatihan penyembelihan hewan qurban yang diikuti oleh seluruh santri putra dan putri. Kegiatan yang berlangsung pada Ahad (1/6) pukul 15.30 hingga 18.00 WIB ini bertempat di Aula Pondok Pesantren UII Putra, Jl. Selokan Mataram, Dabag, Condongcatur, Sleman.

Pelatihan ini menghadirkan narasumber utama Ust. Fathurrahman Al Katitanji, S.H.I., anggota Juru Sembelih Halal (JULEHA) D.I. Yogyakarta. Turut hadir pula Ust. Dr. Suyanto, M.S.I., M.Pd., selaku pengasuh pondok pesantren UII Putra, yang membuka kegiatan dengan sambutan penuh motivasi dan harapan terhadap para santri.

Dalam sambutannya, Ust. Suyanto menekankan pentingnya santri memiliki pemahaman mendalam terhadap ilmu syariat, termasuk dalam hal penyembelihan hewan qurban. Ia menyampaikan bahwa santri UII harus mampu menjadi sosok ensiklopedis yang tidak hanya mendalami ilmu keagamaan, tetapi juga memahami ilmu lainnya seperti bisnis, teknologi, dan sosial kemasyarakatan.

“Belajar ilmu ini itu penting, sekaligus kita juga akan melihat bagaimana syariat nabi. Santri UII itu sangat ensiklopedis, jadi harus ada yang menguasai berbagai macam ilmu. Ada yang di bisnis, ada yang di ilmu keagamaan, dan sebagainya. Jadi ilmu agama ini harus ada yang mengawal. Ilmu syariat di semua sektor harus ada yang pandai, harus ada bagian-bagiannya,” ujar Ustaz Suyanto.

Setelah sambutan, acara dilanjutkan dengan sesi pelatihan yang dipandu langsung oleh Ust. Fathurrahman Al Katitanji. Dalam pemaparannya, beliau membahas berbagai aspek fikih qurban, mulai dari ketentuan sahnya hewan qurban, cara penyembelihan yang sesuai syariat, hingga etika menyembelih yang ihsan, yakni dengan memperlakukan hewan dengan penuh kasih sayang dan tidak menyiksanya.

Fashalli li rabbika wanhar,” kutip Ust. Fathurrahman saat menyampaikan urgensi ibadah qurban. “Maka kalau misal temen-temen ada kemampuan, maka bisa berqurban. Kalau misal hukumnya sunnah muakkadah, maka sudah seharusnya bagi kita untuk berupaya menunaikan ibadah qurban ini.”

Dalam sesi ini, Ustaz Fathurrahman juga memutar beberapa video yang memperlihatkan praktik penyembelihan yang tidak ihsan sebagai bahan pembelajaran. Ia mengingatkan bahwa tidak semua praktik penyembelihan yang dilakukan masyarakat sudah sesuai dengan ketentuan syariat Islam.

“Jadi kalau mau qurban, nanti perlu dicek sesuai dengan ketentuan atau tidak, maka kalau tidak sesuai dengan ketentuan maka tidak sah qurbannya,” tambahnya.

Usai sesi materi, para peserta langsung mengikuti praktik penyembelihan. Meskipun belum menggunakan hewan sungguhan, kegiatan praktik tetap dilakukan secara serius menggunakan alat peraga berupa dua buah gedebog pisang dan karung goni sebagai simulasi tubuh hewan. Dalam praktik tersebut, santri dilatih mulai dari cara mengasah pisau sembelih yang benar hingga gerakan tangan saat menyembelih.

Peralatan yang digunakan pun tidak main-main. Ust. Fathurrahman membawa satu set perlengkapan penyembelihan lengkap, mulai dari pisau sembelih, pisau daging, hingga sarung tangan standar yang biasa digunakan oleh juru sembelih profesional. Hal ini menunjukkan pentingnya keseriusan dalam belajar, karena praktik ini bukan sekadar simbolik, melainkan sebagai bekal nyata bagi para santri untuk menjadi pelaku penyembelihan yang kompeten dan syar’i.

Antusiasme para santri pun tampak tinggi. Mereka mengikuti setiap sesi dengan saksama, mencatat poin-poin penting, dan berpartisipasi aktif dalam sesi tanya jawab maupun praktik langsung. Pelatihan ini menjadi momen edukatif yang tidak hanya memperkaya ilmu fikih, tetapi juga membentuk karakter santri agar lebih bertanggung jawab dan peduli terhadap implementasi ajaran Islam dalam kehidupan nyata.

Pelatihan penyembelihan hewan qurban ini diharapkan menjadi program rutin pondok pesantren UII ke depannya, agar para santri tidak hanya memahami teori keagamaan, tetapi juga mampu menerapkannya dalam praktik ibadah sehari-hari. Di tengah tantangan zaman modern, kegiatan seperti ini menjadi sangat relevan untuk memperkuat peran santri sebagai penjaga nilai-nilai syariat Islam dalam berbagai bidang kehidupan. (MFPS/AHR/RS)