Semangat Qurban di Lingkungan Minoritas
Dalam semangat menyambut Idul Adha 1446 H, Pondok Pesantren Universitas Islam Indonesia (UII) bekerja sama dengan Forum Kajian Islam Mahasiswa (FKIM) Yogyakarta menggelar rangkaian kegiatan bertajuk “Sinar Asa Hari Raya Idul Adha 1446 H: Menyalakan Harapan dalam Keikhlasan, Menebar Makna lewat Pengorbanan”. Acara ini berlangsung selama dua hari (5-6/06), di Masjid Al-Jihad Umar bin Khattab, yang terletak di Desa Banjarasri, Kalibawang, Kulon Progo.
Dipilihnya lokasi ini bukan tanpa alasan. Desa Banjarasri dikenal sebagai wilayah dengan jumlah umat Muslim yang minoritas, namun tetap aktif dalam kegiatan keagamaan. Masyarakat menyambut kegiatan ini dengan antusias sebagai momen mempererat ukhuwah dan menumbuhkan semangat keislaman yang inklusif.
Kegiatan dimulai pada Kamis sore (5/6), dengan program “Sore Bercerita” yang melibatkan anak-anak dari desa setempat. Sesi ini dipandu oleh Ning Difani Wulan, salah satu mahasantri UII, yang menyampaikan cerita interaktif sarat nilai keislaman dan keteladanan. Suasana hangat dan penuh tawa menjadi pembuka yang mengesankan untuk seluruh rangkaian kegiatan.
Menjelang malam, masyarakat bersama panitia berbuka puasa Arafah bersama di halaman masjid. Kebersamaan itu dilanjutkan dengan Tabligh Akbar selepas salat Isya, yang menghadirkan Ust. Tajul Muluk, S.Ud., M.Ag. Dalam ceramahnya, beliau mengangkat kisah hidup Nabi Ibrahim sebagai simbol keikhlasan dan ketundukan kepada perintah Allah.
“Ketika dia (Nabi Ibrahim) membawa kebenaran, orang tuanya menolak. Makanya kalau di dalam Islam itu ada prinsip, kebenaran itu harus tetap diterima dari siapapun datangnya,” ujar Ust. Tajul dalam tausiyahnya. Ia juga menekankan pentingnya menjaga hubungan spiritual dengan Allah SWT, serta keteguhan hati dalam istiqamah. “InsyaAllah, Allah akan mengurus dan menjaga keluarga kita, jadi jangan sampai khawatir,” tambahnya.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut, Ustaz Dr. Suyanto, S.Ag., M.S.I., M.Pd., selaku pengasuh Pondok Pesantren UII Putra, yang memberikan dukungan penuh atas terselenggaranya acara tersebut sebagai bagian dari pembelajaran sosial dan spiritual mahasiswa.
Puncak kegiatan berlangsung pada Jumat (6/6), diawali dengan pelaksanaan salat Idul Adha di halaman Masjid Al-Jihad Umar bin Khattab. Usai salat, kegiatan dilanjutkan dengan pemotongan hewan qurban. Tahun ini, panitia dari Pondok Pesantren UII dan FKIM berhasil menghimpun 6 ekor kambing dan 1 ekor sapi yang kemudian dibagikan kepada masyarakat sekitar.
Pak Halim, salah satu jamaah sekaligus tokoh masyarakat di desa tersebut, menyambut baik pelaksanaan qurban dari PP UII. “Alhamdulillah senang bisa menerima kegiatan tebar qurban dari PP UII. Karena memang setiap tahunnya, hewan qurban di sini tidak terlalu banyak seperti di kota. Dengan adanya kegiatan ini kami sangat bersyukur dan berterima kasih, semoga dapat bermanfaat untuk semua,” ungkapnya.
Ia juga berharap agar mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat akademik terus belajar dan tumbuh menjadi individu yang peka terhadap lingkungan sosial. “Saya juga berpesan agar teman-teman mahasiswa dapat terus belajar sehingga nantinya ketika lulus dapat selalu bersosialisasi dengan masyarakat,” tambahnya.
Pak Halim menegaskan bahwa meskipun hidup di lingkungan mayoritas non-Muslim, umat Islam di desa tersebut tetap dapat menjalin ukhuwah. “InsyaAllah, walaupun kita berada di lingkungan non-Muslim yang lebih banyak, tapi Alhamdulillah masyarakat di sini dengan adanya masjid, umat Muslim dapat menjalin ukhuwah, seperti adanya pengajian sebulan dua kali dan tetap menjalin silaturahmi dengan tetangga yang non-Muslim,” ujarnya.
Rangkaian acara Idul Adha ini menjadi bukti nyata kolaborasi antara lembaga pendidikan dan masyarakat. Tidak hanya menyalakan semangat beragama di daerah minoritas Muslim, kegiatan ini juga menjadi sarana pembelajaran sosial, spiritual, dan kultural bagi mahasiswa UII.
Dengan mengusung semangat menyalakan harapan dalam keikhlasan dan menebar makna lewat pengorbanan, acara ini diharapkan dapat menjadi inspirasi kegiatan dakwah sosial yang lebih luas dan berkelanjutan. Idul Adha bukan hanya tentang ritual ibadah, tapi juga tentang bagaimana nilai pengorbanan dan kepedulian sosial mampu dihidupkan dalam kehidupan sehari-hari. (MFPS/AHR/RS)