,

UII Tekankan Kolaborasi dan Spiritualitas dalam Menjaga Kesehatan Mental Masyarakat

Fakultas Psikologi (FP) Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menegaskan komitmennya dalam mendorong kesadaran publik terhadap pentingnya kesehatan mental melalui kegiatan Open House dan Psychology Expo UII 2025 bertajuk “Sehat Mental untuk Semua”  yang diselenggarakan di Gedung Moh. Hatta Perpustakaan, Kampus Terpadu UII pada Jum’at (31/10). Dalam kesempatan tersebut, Dr. Andik Matulessy, M.Si, Psikolog menegaskan bahwa isu kesehatan mental kini menjadi tantangan serius di tingkat nasional maupun global.

 “Kesehatan mental masyarakat saat ini menghadapi tantangan yang semakin kompleks, mulai dari dampak penggunaan media sosial hingga perubahan sosial akibat revolusi industri 4.0,” ujar Dr. Andik dalam paparannya.

Beliau memaparkan bahwa penggunaan gawai dan media sosial berdampak besar terhadap anak-anak dan remaja. “Mereka kehilangan kesempatan bermain di masa kecilnya, dan kini kita melihat meningkatnya angka depresi, kecemasan, hingga perilaku menyakiti diri dan bunuh diri,” tambahnya. Dampak tersebut, lanjutnya, lebih besar dialami oleh perempuan dibandingkan laki-laki.

Selain faktor sosial, perubahan teknologi juga menjadi tantangan baru. “Diperkirakan 23 juta pekerjaan akan tergantikan oleh otomatisasi hingga 2030, namun di sisi lain, akan muncul 27 hingga 46 juta jenis pekerjaan baru. Tantangannya adalah menyiapkan skill dan kompetensi baru yang adaptif dan berdaya saing global,” jelas Dr. Andik.

Ia juga menyoroti data kekerasan terhadap perempuan dan anak yang masih tinggi di Indonesia. Berdasarkan survei nasional, empat dari sepuluh anak perempuan dan tiga dari sepuluh anak laki-laki usia 13–17 tahun pernah mengalami kekerasan. “Kita tidak bisa menutup mata terhadap kenyataan ini. Kesehatan mental masyarakat akan sulit tercapai bila kekerasan masih terus terjadi,” katanya.

Dalam konteks global, Dr. Andik menekankan pentingnya kolaborasi lintas profesi. “Psikolog harus bekerja bersama tenaga medis, ahli forensik, pekerja sosial, pemerintah, akademisi, hingga lembaga hukum. Kolaborasi nasional dan global adalah kunci menjaga kesehatan mental masyarakat,” tegasnya.

Selain itu, beliau juga menyinggung pentingnya pengaturan layanan psikologi sesuai UU Nomor 23 Tahun 2022 yang mengatur pendidikan profesi, sertifikasi, serta kewenangan psikolog dalam memberikan layanan secara profesional dan beretika. “Kolaborasi antara perguruan tinggi, AP2TPI, dan HIMPSI menjadi bagian penting dalam menjamin mutu pendidikan dan layanan psikologi di Indonesia,” jelasnya.

Sementara itu, Dr. Ratna Syifa’a Rachmahana, S.Psi., M.Si. Psikolog, dalam sesinya yang berjudul Implementasi Kesehatan Mental pada Masyarakat Indonesia, menekankan bahwa kesehatan mental tidak hanya soal aspek psikologis, tetapi juga mencakup dimensi spiritual.

“Kesehatan mental adalah kondisi ketika seseorang dapat mengembangkan potensi diri, berfungsi efektif dalam kehidupan, membangun hubungan yang sehat, dan mampu mengatasi tekanan hidup,” ujarnya.

Ratna menjelaskan, Islam memiliki pendekatan yang komprehensif terhadap kesehatan mental melalui prinsip keseimbangan antara fisik, mental, dan spiritual. “Konsep tauhid, keseimbangan, ibadah, sabar, syukur, dan tawakal menjadi dasar dalam menjaga kestabilan jiwa. Dengan mendekatkan diri kepada Allah Swt, seseorang akan lebih tenang dan terhindar dari gangguan mental,” jelasnya.

Ia juga menyoroti nilai-nilai kearifan lokal yang diwariskan oleh Wali Songo, khususnya melalui ajaran Tombo Ati karya Sunan Bonang. “Tembang ini mengajarkan lima hal untuk menenangkan hati, yakni membaca Al-Qur’an, shalat malam, berkumpul dengan orang saleh, berpuasa, dan berdzikir di malam hari. Nilai-nilai ini sangat relevan untuk menjaga keseimbangan mental masyarakat modern,” tambahnya.

Dalam penutupnya, Ratna menyampaikan bahwa upaya menjaga kesehatan mental harus dilakukan secara berkelanjutan. “Langkah preventif, promotif, dan kuratif harus berjalan bersamaan, dan bagi masyarakat Indonesia yang religius, spiritualitas menjadi kekuatan utama dalam membangun ketahanan mental,” ujarnya.

Dalam acara ini juga hadir berbagai stand menarik yang menampilkan beragam sub-sub pembelajaran dari Fakultas Psikologi UII, sebagai upaya memperkenalkan kegiatan akademik dan inovasi pembelajaran kepada peserta.(AHR/RS)