CILACS Universitas Islam Indonesia (UII) menerima kunjungan dari Indonesian International Education Foundation (IIEF) Jakarta dalam rangka diskusi, evaluasi, dan monitoring pelaksanaan TOEFL ITP Test pada Senin (15/09). IIEF sendiri merupakan  institusi non-profit yang didirikan pada tahun 1982. Memiliki misi dan komitmen dalam pengembangan bangsa Indonesia melalui pendidikan bertaraf Internasional. IIEF merupakan afiliasi dari IIE (Institute of Education International) yang memiliki 4 program utama yaitu scholarship & fellowship management, capacity building, service to education, dan testing & certification. Untuk menjalankan program-program tersebut IIEF bekerjasama dengan berbagai institusi seperti USAID, Ford Foundation, Cargil, Paiton, Kedutaan Amerika, Prometric dan Educational Testing Service (ETS).

Kunjungan yang berlangsung di kantor CILACS UII Demangan, dari IIEF diwakili oleh  Ditya Putri selaku Operations Coordinator IIEF Jakarta. Kehadirannya diterima  oleh Kepala Cilacs UII, Ratna Roostika, SE., MAC, Ph.D yang diwakili Yusuf Arief (Kepala Departemen Layanan Tes), Sudharmanto (Koordinator International Test Program), Suprihatin (Kepala Departemen Akademik), Aditya Suci (Kepala Departemen Pemasaran), Dinar Darundini (Staf Pemasaran), serta Aisyiyah (Kepala Departemen Keuangan).

Dalam pertemuan tersebut, kedua lembaga memaparkan perkembangan penyelenggaraan TOEFL ITP di Yogyakarta sekaligus membahas berbagai kendala yang dihadapi. Sebagai official venue test center di Yogyakarta sejak tahun 2003, CILACS UII menekankan bahwa tingginya minat masyarakat mengikuti TOEFL ITP Test didorong oleh banyaknya program beasiswa di Indonesia saat ini, seperti LPDP, yang mensyaratkan sertifikasi TOEFL ITP. Dan Cilacs UII yang sudah terpercaya dan memiliki reputasi puluhan tahun tentu saja siap memberikan pelayanan terbaiknya.

CILACS UII melalui manjamennya juga menyampaikan harapan adanya dukungan program-program kerjasama dari IIEF, khususnya terkait peningkatan kualitas layanan, termasuk percepatan penyampaian hasil tes bagi peserta. Menanggapi hal tersebut, Ditya Putri dari IIEF Jakarta menyatakan komitmennya untuk memperkuat kolaborasi dan membuka peluang kerja sama lebih lanjut demi peningkatan mutu pelaksanaan TOEFL ITP Test di Indonesia.(ANK/AHR/RS)

Pusat Studi Agama dan Demokrasi (PSAD) Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar Serial Diskusi Online #7 bertajuk “Urgensi RUU Perampasan Aset: Peluang dan Tantangannya”, Rabu (24/9). Acara ini menghadirkan dua narasumber utama, yakni Sugeng Purnomo, mantan Deputi Bidang Koordinasi Hukum dan HAM Kemenko Polhukam RI, serta Zainal Arifin Mochtar, dosen Fakultas Hukum UGM sekaligus peneliti Pusat Kajian Antikorupsi (PUKAT) FH UGM. 

Ketua PSAD UII, Prof. Masduki, dalam sambutannya menekankan pentingnya RUU Perampasan Aset sebagai langkah strategis melawan gurita korupsi dan kejahatan terorganisir yang menghambat demokrasi. Ia menilai situasi saat ini menuntut kebijakan ekstra untuk mendorong sense of emergency di kalangan pembuat kebijakan. “kita lihat bagaimana pentingnya ini untuk mengatasi masalah masalah akut itu sendiri sekaligus juga memberi peluang bagaimana negara ini bisa sehat lebih lanjut bisa menegak amanah reformasi yaitu demokrasi itu sendiri”.

Sugeng Purnomo dalam paparannya menjelaskan bahwa RUU Perampasan Aset memiliki roh utama berupa mekanisme perampasan aset hasil kejahatan tanpa menunggu putusan pidana. Menurutnya, hal ini penting untuk mencegah aset haram dipindahkan atau dialihkan selama proses hukum berlangsung. Ia mengingatkan bahwa pemahaman publik perlu diluruskan agar tidak muncul kekhawatiran berlebihan bahwa aset masyarakat bisa dirampas sembarangan. Sugeng juga mengusulkan agar partisipasi publik diperkuat, tata kelola lembaga penegak hukum dibenahi, dan mekanisme pengawasan pengadilan dioptimalkan guna mencegah penyalahgunaan kewenangan.

Sementara itu, Zainal Arifin Mochtar menyoroti aspek konstitusional dan kelembagaan dari RUU ini. Menurutnya, nomenklatur “perampasan aset” sebaiknya diperluas menjadi asset recovery atau pemulihan aset, karena pengelolaan aset pasca-perampasan sama pentingnya dengan proses perampasannya. Ia juga mengingatkan potensi pelanggaran hak asasi manusia apabila regulasi tidak dirancang dengan hati-hati. “Prinsip partisipasi publik dan pengawasan perlu diperkuat agar undang-undang ini tidak justru menimbulkan masalah baru,” jelasnya.

Zainal juga menyoroti desain kelembagaan yang idealnya tidak hanya bertumpu pada kejaksaan. Ia mendorong pendekatan multi-stakeholder, misalnya melibatkan lembaga khusus atau kerja sama dengan sektor lain, untuk memastikan aset yang dirampas dapat dikelola secara optimal dan transparan.

Dalam sesi tanya jawab, peserta menanyakan bagaimana menyeimbangkan kepentingan negara dalam mengamankan aset dengan perlindungan hak individu. Menanggapi hal ini, Sugeng menegaskan bahwa perlindungan hukum tetap tersedia, misalnya melalui mekanisme keberatan di pengadilan, meski aset tetap bisa dikejar apabila terbukti berasal dari tindak pidana. Zainal menambahkan bahwa produk hukum ini harus berbentuk undang-undang, bukan sekadar peraturan pemerintah, agar benar-benar mencerminkan representasi rakyat melalui kontrak sosial.

Diskusi yang dihadiri lebih dari 270 peserta menegaskan bahwa pengesahan RUU Perampasan Aset merupakan kebutuhan mendesak bagi Indonesia. Meski demikian, implementasinya perlu disertai dengan pembenahan regulasi, penguatan tata kelola penegakan hukum, partisipasi publik yang luas, serta transparansi di setiap tahap proses. Dengan langkah tersebut, RUU ini diharapkan tidak hanya berfungsi sebagai instrumen pemberantasan korupsi, tetapi juga menjadi sarana pemulihan aset negara demi sebesar-besarnya kepentingan masyarakat. (ELKN/AHR/RS)

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Islam Indonesia (UII) kembali mengadakan seminar internasional The 2025 Fifth International Seminar on Science and Technology (5th ISSTEC 2025). Seminar internasional ini digelar pada Selasa (23/09) di Auditorium Prof. K.H. Abdul Kahar Mudzakkir, Kampus Terpadu UII dengan format hybrid yaitu tatap muka dan daring melalui kanal zoom meeting.

Mengusung tema Recent Breakthroughs in Science, Technology, & Data Analysis, ISSTEC 2025 menghadirkan forum ilmiah internasional yang menyoroti terobosan terbaru di bidang sains, teknologi, dan analisis data. Ruang lingkup ISSTEC 2025 mencakup berbagai disiplin ilmu, mulai dari fisika teoritis dan eksperimental, kimia fisik, ilmu lingkungan, nanoteknologi, farmasi, statistika terapan, sains data, dan bidang terkait lainnya. Dengan perkembangan sains dan teknologi yang pesat, ISSTEC 2025 hadir sebagai ruang untuk mendorong diskusi, berbagi gagasan inovatif, serta membangun kolaborasi yang dapat menjawab tantangan global maupun lokal.

ISSTEC merupakan konferensi akademik dua tahunan yang telah diadakan sejak tahun 2009 dan berlanjut pada 2019, 2021, dan 2023. Selama 16 tahun penyelenggaraannya, ISSTEC sukses menjadi forum ilmiah yang memberi dampak global dan menarik perhatian para peneliti dan akademisi dunia. Tahun ini, partisipan yang mengikuti sebanyak 634 orang yang berasal dari berbagai negara, di antaranya Taiwan, Jepang, Thailand, Amerika Serikat, Brazil, dan Malaysia yang berprofesi sebagai peneliti, akademisi, praktisi, serta mahasiswa sarjana maupun pascasarjana.

Pada tahun ini, ISSTEC 2025 menghadirkan sejumlah pembicara terkemuka dari berbagai negara. Pada sesi keynote speech, hadir Prof. Teruna Jaya Siahaan dari School of Pharmacy, University of Kansas, Amerika Serikat yang menyampaikan materinya secara daring, serta tiga pembicara lainnya yang hadir secara langsung, yaitu Prof. Hiroyuki Nakamura dari Institute of Science, Tokyo, Jepang, Assoc. Prof. Mullika Traidej Chomnawang dari Mahidol University, Thailand, dan Prof. Daniel Wei-Chung Miao dari National Taiwan University of Science and Technology, Taiwan.

Selain itu, ISSTEC 2025 juga menghadirkan plenary speakers yang memperkaya diskusi akademik, di antaranya Assoc. Prof. ChM. Dr. Normah Binti Awang dari Universiti Kebangsaan Malaysia. Dari internal Universitas Islam Indonesia, turut menjadi pembicara yakni Dr. Sci. Dhina Fitriastuti, S.Si., M.Sc., Dr. Raden Bagus Fajriya Hakim, S.Si., M.Si., Ayundyah Kesumawati, S.Si., M.Si., Dr. apt. Oktavia Indrati, S.Farm., M.Sc., dan Dr. apt. Aris Perdana Kusuma, S.Farm., M.Sc.

Sejalan dengan tema ISSTEC, Rektor UII, Fathul Wahid memberikan pengingat penting dalam sambutannya. Fathul Wahid mengutip survei dari Ipsos Global Trust Trustworthiness Index 2024 terhadap 23.500 responden dari 32 negara bahwa ilmuwan menempati peringkat kedua sebagai profesi yang paling dipercaya di dunia dengan 56% responden menyatakan percaya pada ilmuwan. Menurutnya, hasil survei ini menjadi pengakuan yang luar biasa sekaligus tanggung jawab yang serius bagi para ilmuwan.

“Ini berarti masyarakat mengharapkan kita tidak hanya menghasilkan pengetahuan yang dapat diandalkan, tetapi juga mengomunikasikan temuan kita dengan jelas, berinteraksi dengan pembuat kebijakan, dan membagikan ilmu pengetahuan secara terbuka kepada publik. Kita harus menjaga kepercayaan ini melalui integritas, transparansi, dan relevansi dalam pekerjaan kita, sehingga ilmu pengetahuan terus menjadi panduan dalam mencari solusi terhadap tantangan zaman,” ungkap Fathul Wahid.

Lebih lanjut, Dekan FMIPA UII, Prof. Riyanto, S.Pd., M.Si., Ph.D., menyampaikan harapan agar seminar ini tidak hanya menjadi ajang akademik yang produktif, tetapi juga mampu memperkaya wawasan, memperluas jejaring profesional, serta memantik kolaborasi baru yang dapat berkontribusi bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, baik di Indonesia maupun di tingkat global. Beliau juga berharap seluruh rangkaian kegiatan ISSTEC 2025 dapat berjalan dengan lancar, memberikan pengalaman berharga, serta meninggalkan kesan mendalam bagi seluruh peserta. (VA/AHR/RS)

Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar acara Diskusi dan Peluncuran Buku Mengamati Islam di Indonesia 1971-2023 pada Selasa (23/09) di Gedung Kuliah Umum Prof. Dr. Sardjito, Kampus Terpadu UII. Buku ini merekam kajian antropologi budaya Islam Indonesia selama 52 tahun.

Prof. Emeritus Mitsuo Nakamura dikenal sebagai antropolog asal Jepang yang menaruh perhatian besar pada perkembangan Islam di Indonesia sejak awal 1971. Ia melakukan penelitian mendalam, terutama terkait gerakan Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, dan dinamika Islam kultural yang menjadikannya salah satu rujukan penting bagi kajian Islam di tanah air.

Buku ini merangkum perjalanan panjang riset Prof. Nakamura selama lebih dari lima dekade yang menyoroti tidak hanya perkembangan Islam di Indonesia, tetapi juga menelaah interaksi umat muslim Indonesia dengan tradisi, modernitas, dan perubahan sosial-politik.

“Buku ini bukan sekadar kumpulan esai, melainkan sebuah lensa panjang yang memungkinkan kita menengok perubahan sosial, kultural, dan keagamaan bangsa ini selama lima dekade terakhir. Menariknya, meskipun tulisan pertama dalam buku ini ditulis pada tahun 1971, cakupannya jauh melampaui rentang waktu tersebut,” ungkap Rektor UII, Fathul Wahid dalam sambutannya.

Menariknya dalam buku ini, lanjut Fathul Wahid memiliki makna istimewa untuk UII yang dituliskan dalam salah satu esai yang mengulas Prof. K.H. Abdul Kahar Mudzakkir, Rektor pertama UII dan tokoh gerakan pembaruan Islam di Indonesia. Melalui tulisan ini, pembaca dapat melihat gagasan dan perjuangan beliau, baik dalam pendidikan maupun dakwah yang menjadi bagian dari arus besar transformasi Islam Indonesia.

“Irisan ini mengingatkan kita bahwa perjalanan UII bukanlah entitas yang berdiri sendiri, melainkan bagian dari ekosistem keilmuan dan gerakan sosial-keagamaan yang turut membentuk wajah bangsa,” ungkap Fathul Wahid.

Fathul Wahid menegaskan bahwa peluncuran buku ini bukan hanya dimaksudkan untuk mengenang perjalanan, tetapi juga untuk melihat trajektori Islam Indonesia ke depan. Menurutnya, buku tersebut penting dalam menjaga warisan keterbukaan, moderasi, dan peran sosial-keagamaan yang telah lama menjadi ciri khas Islam di Indonesia. Ia menilai, karya Prof. Nakamura ini dapat membantu mendesain masa depan dengan memahami akar-akar yang membentuk kondisi saat ini.

Sementara itu, Prof. Mitsuo Nakamura yang hadir langsung dalam acara diskusi dan peluncuran menyampaikan keyakinan akademisnya secara jujur dan obyektif tentang gerakan Islam di Indonesia. Ia ingin memberikan pengetahuan yang cukup kepada pembaca tentang gerakan Islam di Indonesia.

“Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penelitian saya ini. Jadi ini dituliskan sama saya sebagai tanda terima kasih untuk orang-orang yang sudah membantu saya. Menurut keyakinan akademis saya sebagai antropolog, kalau hasil penelitian dituliskan hasilnya diberikan kepada orang-orang yang telah membantu, itu etika menurut saya,” ungkap Prof. Nakamura.

Acara ini dilanjutkan dengan diskusi dengan menghadirkan beberapa narasumber dari berbagai kalangan diantaranya Achmad Charris Zubair (budayawan), Prof. Dr. Drs. Yusdani, M.Ag (profesor hukum perdata Islam UII), Dr. Muhammad Najib Azca (dosen Sosiologi UGM), dan Prof. Dr. Phil. Al Makin, M.A (Guru Besr Filsafat UIN Sunan Kalijaga), bertindak sebagai moderator Dr. Trias Setiawati (Kepala Pusat Studi Gender UII). (AHR/RS)

Pusat Studi Perubahan Iklim dan Kebencanaan (PUSPIK) Universitas Islam Indonesia dan Yayasan Generasi Cerdas Iklim (GCI) bersama dengan dukungan pendanaan Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan dari PT. Arthaasia Finance (AAF), menyelenggarakan kegiatan Pendampingan Program Kampung Iklim (PROKLIM) di Kalurahan Banguntapan, Bantul pada Jum’at dan Sabtu (19-20/09). Kegiatan ini melibatkan partisipasi aktif dari perangkat desa, tokoh masyarakat, kader lingkungan, serta kelompok ibu-ibu PKK dari sebelas padukuhan yang ada di Banguntapan.

Dalam sambutannya, Lurah Banguntapan, Basirudin, menyampaikan rasa syukur dan apresiasinya kepada seluruh pihak yang telah berkolaborasi dalam kegiatan ini. Baginya, PROKLIM bukan sekadar program nasional, melainkan sarana nyata bagi desa kami untuk belajar, memperkuat kelembagaan, dan menghidupkan semangat warga agar peduli terhadap lingkungan.

 “Kami sangat mengapresiasi kehadiran tim CSR dari PT. Arthaasia Finance bersama Yayasan Generasi Cerdas Iklim dan PUSPIK UII. Kehadiran kegiatan ini menjadi motivasi bagi kami untuk semakin berbenah dan berproses. Kami berharap langkah kecil ini menjadi awal dari perjalanan panjang menuju Banguntapan sebagai PROKLIM Lestari,” harap Basirudin.

Ikrom Mustofa, Koordinator tim pendamping sekaligus Pendiri Yayasan Generasi Cerdas Iklim dan Dosen Jurusan Teknik Lingkungan UII, menekankan pentingnya menjadikan pendampingan PROKLIM ini sebagai program berkelanjutan.

“Kegiatan ini tidak berhenti hanya pada dua hari pelaksanaan. Program Pendampingan PROKLIM yang kami lakukan bersama mitra akan menjadi bagian dari pengabdian masyarakat yang berkesinambungan. Akademisi, praktisi, dan komunitas harus terus hadir dalam mengawal masyarakat agar tidak hanya memahami konsep, tetapi juga mampu menerapkan langkah-langkah adaptasi dan mitigasi perubahan iklim di lingkungannya sendiri. Kami percaya, kolaborasi lintas pihak ini akan memperkuat kapasitas desa-desa dalam menghadapi tantangan perubahan iklim,” jelas Ikrom.

Sementara itu, Tiro Nugroho, General Manager PT. Arthaasia Finance, mengungkapkan kegembiraannya melihat partisipasi warga dan keberhasilan kegiatan yang berlangsung selama dua hari. Menurutnya, CSR perusahaan tidak hanya sebatas bantuan finansial, melainkan juga komitmen untuk membangun masa depan yang lebih baik.

“Kami merasa sangat bangga dapat menjadi bagian dari perjalanan Kalurahan Banguntapan menuju PROKLIM Lestari. Melalui CSR ini, kami ingin menunjukkan bahwa sektor swasta bisa berkontribusi nyata dalam aksi iklim di tingkat komunitas. Melihat antusiasme bapak-ibu dukuh, kader lingkungan, serta ibu-ibu PKK, kami semakin yakin bahwa program ini akan memberikan dampak jangka panjang. Semoga kerjasama ini menjadi titik awal kolaborasi yang berkesinambungan dengan masyarakat dan dunia akademik,” jelasnya.

Dewi Wulandari, Direktur PUSPIK UII, menambahkan bahwa kolaborasi ini sejalan dengan misi perguruan tinggi untuk terlibat dalam pembangunan berkelanjutan. Ia menyatakan, kehadiran tim yang ia pimpin bukan hanya untuk memberikan pengetahuan, tetapi juga untuk belajar dari kearifan lokal yang sudah ada di masyarakat Banguntapan.

“PUSPIK UII melihat bahwa kolaborasi antara dunia akademik, masyarakat, dan korporasi menjadi model penting dalam menjawab tantangan perubahan iklim. Kami berterima kasih kepada PT. Arthaasia Finance dan Yayasan Generasi Cerdas Iklim yang telah membuka ruang kolaborasi ini. Semoga apa yang kita lakukan hari ini akan memberikan manfaat berkelanjutan bagi masyarakat Banguntapan,” tutur Dewi.

Lebih jauh, Ibnu Darmawan, tim pendamping yang juga Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi UII, menyoroti metode partisipatif yang diterapkan dalam kegiatan ini. Menurutnya, pendekatan yang dilakukan oleh tim PUSPIK UII bukan satu arah, tetapi berbasis partisipasi.

“Para dukuh dan kader yang hadir tidak hanya mendengar paparan, melainkan juga aktif terlibat dalam diskusi kelompok, melakukan self-assessment, dan menyusun ide-ide prioritas mereka sendiri. Dengan cara ini, masyarakat merasa memiliki program PROKLIM, bukan sekadar menjadi objek kegiatan. Proses bersama inilah yang akan membuat hasilnya lebih kuat dan berkelanjutan.”

Sebagai bentuk dukungan nyata, tim juga memberikan bantuan instrumen teknis kepada padukuhan berupa biopori dan komposter ke sebelas padukuhan yang ada di Banguntapan.

“Alat-alat ini sederhana tetapi berdampak besar dalam upaya mitigasi perubahan iklim, terutama dalam pengelolaan sampah organik dan perbaikan kualitas tanah. Kami ingin agar warga bisa langsung mempraktikkan apa yang sudah dipelajari dalam workshop, sehingga hasilnya lebih terasa dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Diah Ayu Prawitasari selaku Ketua Divisi Teknis kegiatan sekaligus Dosen Teknik Lingkungan UII.

Selain dari tim internal, kegiatan ini juga menghadirkan narasumber eksternal yaitu  Sri Wahyuningsih, pendiri Komunitas Banyu Bening yang membagikan pengalaman dan inspirasi tentang pemanenan air hujan sebagai strategi adaptasi.

“Air adalah sumber kehidupan. Melalui pemanenan air hujan, kita tidak hanya menghemat sumber daya, tetapi juga mengajarkan kepada generasi berikutnya pentingnya hidup selaras dengan alam. Saya berharap warga Banguntapan bisa menjadikan pemanenan air hujan sebagai kebiasaan, bukan sekadar proyek. Jika hal ini dilakukan secara konsisten, kita akan memiliki ketahanan air yang kuat di masa depan,” harapnya.

Tidak hanya di lapangan, kegiatan ini juga diperkuat dengan agenda strategis di kampus. Di sela acara, dilakukan kunjungan ke Universitas Islam Indonesia untuk menandatangani implementation agreement (IA) antara PT. Arthaasia Finance, Yayasan GCI, dan PUSPIK UII. Penandatanganan ini menjadi tonggak penting yang mempertegas komitmen semua pihak dalam melanjutkan kerja sama CSR di bidang lingkungan dan iklim.

Awaluddin Nurmiyanto, Ketua Jurusan Teknik Lingkungan UII, menyampaikan bahwa kerja sama ini adalah contoh nyata kolaborasi yang efektif. Ia menegaskan dengan program ini menunjukkan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) tidak serta merta hanya soal bantuan dana, tetapi juga bagaimana membangun program yang adaptif, partisipatif, dan berkelanjutan.

 “Saya sangat mengapresiasi langkah yang diambil PT. Arthaasia Finance bersama Yayasan Generasi Cerdas Iklim dan PUSPIK UII. Dengan melibatkan akademisi, masyarakat, dan pemerintah lokal, kita tidak hanya menguatkan PROKLIM Banguntapan, tetapi juga memberi contoh model kolaborasi yang bisa direplikasi di daerah lain,” ungkapnya

Kegiatan pendampingan PROKLIM Banguntapan ini menghasilkan sejumlah capaian penting: baseline kesiapan PROKLIM di sebelas padukuhan, Buku Panduan PROKLIM tingkat padukuhan, serta rencana prioritas kegiatan untuk beberapa tahun ke depan. Dengan dukungan alat mitigasi berupa biopori dan komposter, warga diharapkan segera dapat menerapkan praktik adaptasi dan mitigasi yang dipelajari.

Penutupan kegiatan ditandai dengan optimisme bersama bahwa Banguntapan dapat segera naik kelas dari PROKLIM Utama menuju PROKLIM Lestari dan memotivasi padukuhan lainnya untuk mendaftarkan wilayahnya ke sistem PROKLIM. Lebih dari itu, kegiatan ini menjadi bukti nyata bahwa kolaborasi triple-helix yaitu korporasi, akademisi, dan komunitas  mampu mendorong terciptanya aksi nyata menuju pembangunan rendah karbon dan berketahanan iklim. (IM/AHR/RS)

Mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Islam Indonesia (UII) kembali meraih kesempatan tampil di ajang internasional. Tiga mahasiswa, yakni Satria Akbar Putra Asmara (2023), Muhammad Yahya Ayyash (2023), dan Ulil Albab Habibah (2019), mengikuti 23rd International Camp for Medical Students 2025 di Mombasa, Kenya, pada 2–6 Agustus 2025.

Ajang internasional tahunan ini dihelat oleh Federation of Islamic Medical Associations (FIMA) sebagai ruang kolaborasi dan silaturahmi dokter muslim dari seluruh dunia. Mengangkat tema Medicine through Time: An Islamic Perspective, kegiatan ini mencakup kuliah umum yang membawakan berbagai topik hingga bakti sosial ke Distrik Kisauni. Acara ini juga dihadiri oleh 110 delegasi dari berbagai negara meliputi Indonesia, Malaysia, Bangladesh, Arab Saudi, Suriah, Palestina, Turki, Kenya, Unganda, Kongo, dan Afrika Selatan.

Satria, salah satu delegasi FK UII, saat diwawancarai menceritakan kegiatan mereka di Distrik Kisauni. Bersama teman sejawatnya, ia terlibat dalam penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan, termasuk pengukuran antropometri, pengecekan gula darah, serta sosialisasi resusitasi jantung paru (RJP) untuk kondisi darurat.

“Selain itu, ada sesi bertukar budaya dengan menceritakan kebudayaan, keadaan, dan perkembangan organisasi kedokteran muslim di negara masing-masing. Tak lupa, ada medical conference yang menghadirkan salah satu narasumber yaitu dr. Syarif Gazali, seorang ahli bedah plastik dari Inggris. Ia membahas integrasi antara ajaran Islam dengan kedokteran modern serta menyoroti ilmuwan-ilmuwan muslim yang berperan dalam kedokteran modern,” ungkap Satria

Satria juga mengungkapkan pengalaman berkesan selama bakti sosial di Distrik Kisauni, sebuah wilayah kumuh di Mombasa. Pemandangan sumber air yang keruh dan kotor menjadi kenyataan pahit bagi warga disana yang ia dan teman sejawatnya saksikan langsung.

“Kita bener-bener ngelihat kondisi disana, seperti yang digambarkan oleh WHO. Terlepas dari hal itu, kemampuan berbahasa inggris warga disana itu  jago banget karena bahasa Inggris digunakan sebagai bahasa dalam pendidikan sedangkan untuk bahasa sehari-hari baru menggunakan bahasa lokal, Swahili, tapi mereka juga tetap menggunakan bahasa Inggris dalam kesehariannya dalam beraktivitas,” ujar Satria.

Di tengah kegiatan, Satria dan teman-teman sejawatnya pun tak lepas dari tantangan mulai dari kondisi keamanan negara Kenya yang rawan pencurian hingga tindakan rasisme terutama untuk orang berkulit putih.

“Selain itu, tantangannya adalah bahasa inggris dimana kalo di Indonesia kita tidak terlalu terbiasa untuk menggunakan bahasa inggris untuk daily conversation. Tapi di benua Afrika itu menggunakan bahasa inggris khususnya untuk pendidikan. Sebenarnya ini menjadi insight yang unik juga bahwa negara-negara di Afrika itu tidak seburuk yang kita bayangkan. Mereka juga tetap menghormati dan mendengarkan kita saat berbicara agak lambat dalam bahasa Inggris,” jelas Satria.

Terlepas dari tantangan yang dihadapi, Satria dan teman sejawatnya mendapat pelajaran berharga, terutama tentang rasa syukur.

“Pelajaran penting bagi kami adalah banyak bersyukur saat melihat kondisi kawasan kumuh di sana. Di Indonesia kita sering mengeluh, tapi di Kenya, kebutuhan dasar seperti air bersih sangat terbatas dan lingkungannya kumuh. Bahkan hanya Nairobi yang terbilang rapi,” kata Satria.

Tak lupa, Satria juga berpesan kepada teman-teman sejawat mahasiswa kedokteran untuk sesekali terjun ke daerah kumuh karena pengalaman tersebut mampu menambah rasa bersyukur dan menumbuhkan kepedulian kepada sesama manusia. (AHR/RS)

Program Studi Akuntansi Program Sarjana Universitas Islam Indonesia (UII) berhasil meluluskan 130 mahasiswanya dalam sertifikasi Pencegahan dan Pendeteksian Fraud. Kelulusan secara resmi ditandai dengan penyerahan sertifikat auditor forensik yang digelar pada Kamis (18/9) di Gedung Prof. Dr. Ace Partadiredja, Fakultas Bisnis dan Ekonomika (FBE) UII.

Selain prosesi penyerahan sertifikat, acara juga diisi dengan kuliah pakar yang menghadirkan Wakil Ketua Ikatan Konsultan Pajak Indonesia (IKPI) Sleman, M. Yudhika Elrifi, M.Sc., Ak., CA., BPKP., CPA., CFrA., CFI, sebagai narasumber. Turut hadir dalam acara Dekan Fakultas Bisnis dan Ekonomika UII, Prof. Johan Arifin, S.E., M.Si., Ph.D. dan Ketua Pusat Studi Auditor Forensik UII, Hendi Yogi Prabowo, S.E., M.For.Accy., Ph.D.

Hendi Yogi Prabowo mengemukakan, untuk membangun nilai – nilai anti-korupsi di Indonesia, Program Studi Akuntansi Program Sarjana UII berkomitmen menjadikan anti-korupsi sebagai salah satu komponen wajib dalam pembelajaran akuntansi di kalangan mahasiswa program sarjana. Salah satu inovasi yang dikembangkan adalah adanya program Certified Forensic Auditor (CFrA) Klaster 1 yang melekat pada pembelajaran Audit Forensik untuk mahasiwa program sarjana akuntansi.

Dijelaskan Hendi Yogi Prabowo, program sertifikasi yang diakui secara nasional ini bekerja sama dengan Lembaga Sertifikasi Profesi Auditor Forensik (LSP- AF) dan merupakan satu – satunya program CFrA Klaster 1 di Indonesia yang dapat diikuti oleh mahasiwa program sarjana akuntansi. Mahasiswa yang telah lulus program ini akan mendapatkan status sebagai Ahli Pencegahan dan Pendeteksian Kecurangan (fraud) yang diakui secara nasional.

Lebih lanjut Hendi Yogi  Prabowo menjelaskan, sebagai sebuah penyakit sosial yang serius, korupsi berdampak pada rusaknya kepercayaan publik, penurunan kualitas layanan masyarakat, dan melambatnya pertumbuhan ekonomi, sehingga perlu diberikan perhatian khusus dalam pemberantasannya. Upaya penindakan tegas yang telah dilakukan selama bertahun – tahun terbukti belum cukup dalam menuntaskan permasalahan korupsi di Indonesia. Pembangunan budaya integritas melalui pendidikan, terutama pendidikan anti-korupsi, adalah salah satu solusi terbaik untuk menutup keran korupsi dari hulu.

Menurut Hendi Yogi  Prabowo, pentingnya pendidikan anti-korupsi terkait dengan perannya dalam membangun cara pandang yang baik terhadap lingkungan serta pengetahuan dan ketrampilan yang sesuai dengan semangat anti-korupsi di Indonesia. Adanya cara pandang yang baik terhadap lingkungan akan menghasilkan generasi muda yang tidak hanya tahu bahwa korupsi adalah perbuatan yang salah namun juga memahami pentingnya untuk tidak menormalisasi korupsi meskipun berhadapan dengan tekanan sosial atau kepentingan – kepentingan tertentu.

Di sisi lain, lanjut Hendi Yogi Prabowo, tanpa pengetahuan mencukupi tentang mekanisme yang benar terkait dengan proses-proses organisasi yang ada di lingkungan kita, maka akan sulit bagi kita untuk mengenali pola-pola penyimpangan yang dapat mengarah kepada tindak pidana korupsi. Dengan pengetahuan dan kapasitas yang mencukupi untuk mencegah dan mendeteksi korupsi maka akan diharapakan untuk terjadinya perbaikan sistemik yang nyata.

“Pendidikan anti-korupsi yang menyatukan nilai, pengetahuan, dan praktik akan melahirkan generasi penerus bangsa yang bukan hanya menolak, melainkan juga mampu mencegah dan mengungkap korupsi secara proaktif dan efektif,” tandas Hendi Yogi Prabowo.

Hendi Yogi Prabowo menegaskan, dalam upaya pemberantasan korupsi, generasi muda menempati posisi yang sangat strategis. Generasi muda Indonesia saat ini tumbuh sebagai warga digital yang sangat akrab dengan data dan teknologi dan mampu mengolah informasi dengan cepat serta membangun jejaring yang luas. Potensi ini tidak boleh hanya dibiarkan menjadi potensi laten dan perlu diarahkan dengan kurikulum pendidikan yang kontekstual sesuai dengan kebutuhan Masyarakat. Lembaga pendidikan tinggi seperti universitas memiliki peran strategis dalam membentuk sumber daya manusia yang akan memimpin Indonesia di masa depan.

Pada titik inilah menurut Hendi Yogi Prabowo, pendidikan antikorupsi harus bergerak dari ruang seminar insidental ke jalur utama kurikulum. Pendidikan anti-korupsi semestinya bukan hanya sebagai pelengkap kurikulum, melainkan sebagai salah satu fondasi masa depan bangsa. Bila ruang – ruang kuliah dapat menjadi ladang penanaman nilai, pengetahuan, dan keterampilan yang relevan terkait anti-korupsi, maka di masa yang akan datang lingkungan organisasi dan profesi pun akan dipenuhi oleh SDM yang berintegritas dan berkompetensi tinggi.

“Dengan kurikulum pendidikan akuntansi yang memberikan ruang yang lebih luas pada pendidikan anti-korupsi, Prodi Sarjana Akuntansi UII berkomitmen untuk menghasilkan generasi akuntan profesional yang tidak hanya berintegritas tinggi namun juga mempunyai kompetensi anti-korupsi berstandar tinggi. Dengan komitmen ini UII akan selalu menjadi bagian dari gerakan perubahan menuju Indonesia yang maju dan bebas korupsi,” tutur Hendi Yogi Prabowo.

Ratusan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Daerah Istimewa Yogyakarta memadati Ruang Teatrikal Gedung Kuliah Umum, Prof. Dr. Sardjito, Kampus Terpadu Universitas Islam Indonesia (UII), pada Rabu (17/9). Mereka menghadiri Kajian Mahasiswa Muslim Jilid IV yang digelar Takmir Masjid Al Barkah LLDIKTI Wilayah V bekerja sama dengan UII dengan tema Islam, Etika, dan Keadilan: Solusi Islam untuk Negeri yang Terluka.

Acara ini diikuti oleh lebih dari 180 mahasiswa delegasi dari 92 perguruan tinggi yang berada di bawah koordinasi LLDIKTI Wilayah V. Dalam sambutannya, Prof. Setyabudi menegaskan pentingnya peran mahasiswa sebagai agen perubahan yang tidak hanya unggul dalam bidang akademik, tetapi juga kuat dalam hal akhlak dan moral. Ia menyoroti kondisi sosial mahasiswa di Yogyakarta yang belakangan ini memunculkan keprihatinan. Menurutnya, berbagai persoalan perilaku menyimpang membuat sebagian orang tua merasa khawatir menyekolahkan anak-anaknya di kota pelajar ini.

“Kondisi ini tentu memprihatinkan. Bahkan ada orang tua yang sampai takut menyekolahkan anaknya di Yogyakarta. Harapan kami, melalui kajian ini akan lahir secercah cahaya terang yang bisa menjadi inspirasi bagi mahasiswa untuk kembali meneguhkan nilai-nilai Islam, etika, dan keadilan,” ujar Prof. Setyabudi.

Puncak kegiatan diisi dengan kajian utama yang disampaikan oleh Ustadz Ahmad Sadzali, Lc., M.H. Dalam paparannya, Ia menekankan bahwa Islam menawarkan solusi menyeluruh bagi berbagai permasalahan bangsa. Menurutnya, keadilan dan etika adalah fondasi penting yang harus ditegakkan agar masyarakat dapat keluar dari krisis moral dan sosial.

Ustadz Sadzali juga menyoroti fenomena “matinya kepakaran” di era digital. Ia mengungkapkan keprihatinannya karena masyarakat saat ini cenderung lebih mempercayai pendapat influencer di media sosial dibandingkan para pakar yang memiliki kredibilitas keilmuan. “Ini fenomena yang miris. Popularitas seringkali lebih didengar daripada kompetensi. Jika hal ini terus dibiarkan, maka kebenaran bisa terkaburkan oleh opini yang dangkal dan menyesatkan,” tegasnya.

Menurutnya, mahasiswa memiliki tanggung jawab moral untuk tidak ikut terjebak dalam arus informasi yang menyesatkan. Ia mengajak generasi muda kampus untuk menghidupkan kembali budaya menghormati ilmu pengetahuan dan menjadikan para ahli sebagai rujukan utama dalam mencari kebenaran.

Antusiasme peserta terlihat sepanjang acara, banyak mahasiswa menilai topik yang diangkat sangat relevan dengan kondisi bangsa saat ini, terutama di tengah maraknya krisis keadilan sosial, degradasi moral, serta derasnya arus informasi yang tidak terverifikasi.

Melalui kegiatan ini, mahasiswa diharapkan tidak hanya memandang Islam sebatas ajaran spiritual, tetapi juga sebagai panduan etika yang mampu memberikan solusi nyata bagi berbagai problematika bangsa. Dengan demikian, generasi muda dapat berperan aktif mewujudkan negeri yang lebih adil, beradab, dan bermartabat. (ELKN/AHR/RS)

Yayasan Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia (YBW UII) menyelenggarakan Peresmian Rumah Peradaban Prof. KH. Abdul Kahar Mudzakkir dan Peluncuran  Prof. KH. Abdul Kahar Mudzakkir Center pada Selasa (16/09) di Kelurahan Purbayan, Kotagede, Kota Yogyakarta. Momentum bersejarah ini bertepatan dengan Milad YBW UII, sehingga menjadi penanda penting perjalanan yayasan dalam mengabdi bagi umat, bangsa, dan peradaban.

Acara ini akan dihadiri oleh sejumlah tokoh nasional dan daerah, di antaranya Ketua Umum Pengurus Yayasan Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia, Dr. Suparman Marzuki, S.H., M.Si dan Prof. Dr. Mahfud MD selaku narasumber yang juga Guru Besar Hukum Tata Negara Fakultas Hukum (FH) UII, serta Rektor Universitas Islam Indonesia, Fathul Wahid, bersama para tamu undangan lainnya.

Peresmian Rumah Peradaban Prof. KH. Abdul Kahar Mudzakkir merupakan ikhtiar merawat memorabilia pahlawan nasional sekaligus pendiri UII tersebut. Meski sederhana, rumah tinggal beliau menjadi saksi lahirnya berbagai gagasan kebaikan yang diwariskan hingga kini. Rumah ini telah direnovasi dengan tetap mempertahankan keasliannya melalui kurasi tim yang terdiri atas arsitek hingga ahli cagar budaya. Upaya ini menjadi bagian dari komitmen berkesinambungan untuk menjaga warisan bagi generasi mendatang.

“Kayu-kayu yang ada ini sebagian original, sebagian dicari ke berbagai tempat di Jawa Tengah agar menyerupai aslinya, sebagian dipertahankan. Sebagian tembok kalau Bapak Ibu lihat ini masih dijaga keasliannya, tidak diapa-apakan bahkan tidak dicat masih ada lumutnya agar memori menjadi lengkap. Karena kami ingat betul betapa sulitnya membangun kembali satu tempat dimana lahir dan pernah besar seorang pejuang,” ungkap Ketua Umum YBW UII ini.

Rumah Peradaban Prof. KH. Abdul Kahar Mudzakkir hadir sebagai ruang sejarah, seni, kebudayaan, sekaligus pemasyarakatan nilai-nilai luhur yang beliau wariskan. Kehadirannya diharapkan bukan hanya menjadi pengingat sejarah, tetapi juga wadah lahirnya gagasan baru serta media untuk mengenalkan figur Prof. Kahar kepada masyarakat luas.

“Semoga rumah peradaban menjadi momentum untuk merawat dan meneladan nilai-nilai luhur yang dijalankan dan diajarkan oleh Mbah Kahar, seorang intelektual, pejuang, tokoh yang visinya melampaui zamannya!,” harap Rektor UII, Fathul Wahid yang dituliskan dalam kanvas harapan.

Pada saat yang sama,  YBW UII juga meluncurkan Prof. KH. Abdul Kahar Mudzakkir Center. Lembaga ini lahir untuk mewarisi peran beliau sebagai ulama, intelektual, dan negarawan yang menanamkan fondasi Islam berpadu dengan keilmuan, kepedulian sosial, keterbukaan pemikiran, serta jejaring lintas bangsa. Semangat tersebut menjadi inspirasi lahirnya pusat ini, yang berkomitmen menjawab tantangan global mulai dari ketimpangan sosial, krisis kemanusiaan, hingga pembangunan berkelanjutan.

Prof. KH. Abdul Kahar Mudzakkir Center dirancang sebagai ruang yang menghubungkan kepedulian terhadap persoalan lokal dengan peluang global, sekaligus menghidupkan kembali semangat Prof. Kahar dalam membangun UII sebagai rumah terbuka bagi semua. Lembaga ini akan menjadi pusat unggulan Yayasan Badan Wakaf (YBW) UII dalam mengkoordinasikan pengabdian masyarakat berbasis filantropi Islam yang inovatif dan berkelanjutan sekaligus merelevansikan pemikiran Prof. KH Abdul Kahar Mudzakkir dalam menghadapi berbagai tantangan kontemporer.

Dengan Peresmian Rumah Peradaban Prof. KH Abdul Kahar Mudzakkir dan Peluncuran Prof. KH Abdul Kahar Mudzakkir Center, YBW UII berharap agar hal ini dapat menjadi upaya aktif untuk menyebarluaskan teladan dari para pendahulu dapat lestari hingga generasi mendatang. (SY/AHR/RS)

Universitas tidak hanya berfokus pada ilmu pengetahuan dan penelitian, tetapi juga berkomitmen membentuk wirausahawan muda. Upaya ini menjadi langkah strategis untuk menghadirkan generasi yang berwawasan luas sekaligus berdaya cipta tinggi.

Dalam upaya mewujudkan komitmen tersebut, Universitas Islam Indonesia (UII) bersama UPZ  Baznas PT. Bank Permata Tbk dan Dompet Dhuafa menggelar Grand Launching Program Kantin Kontainer pada Senin (15/09) di Kawasan Embung Kladuan, Kampus Terpadu UII.

Tidak hanya membuka kantin kontainer, kegiatan ini juga bersamaan dengan kerja sama beasiswa UPZ yang secara resmi ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman oleh Rektor UII, Fathul Wahid dan Division Head of Shariah Advisory & Governance PT. Bank Permata Tbk, Habibullah Lc.,SE.,M.Si.

Dalam sambutannya, Rektor UII Fathul Wahid menyambut baik program ini. Ia berharap hadirnya kantin kontainer dapat memperkuat ekosistem kewirausahaan di kalangan mahasiswa UII yang telah dibangun sejak awal 2000-an melalui mata kuliah wajib universitas, pembinaan bisnis mahasiswa, hingga pendampingan UMKM baik secara mandiri maupun bekerja sama dengan dinas terkait di Kabupaten Sleman dan Provinsi DIY.

“Harapannya adalah akan mendorong pembangunan entrepreneurial mindset yang tidak harus dalam bentuk membangun usaha sendiri, tapi juga terkait dengan pola pikir risk taking, inovasi, dan lain-lain. Bisa juga diterapkan dalam pola pikir intrapreneurship yang bisa diwujudkan dalam organisasi atau perusahaan seperti bagaimana sensitivisme melihat peluang, mitigasi risiko, dan lain sebagainya,” ungkap Rektor UII ini.

Sementara itu, Direktur Program Pemberdayaan Dompet Dhuafa, Anna Rahmawati mengatakan program kantin kontainer di UII ini merupakan kantin yang ke-11 sejak dibuka tahun 2016. Saat ini, sudah menyebar ke beberapa provinsi hingga Sulawesi Utara tepatnya Manado.

“Alhamdulillah yang sudah dibuka itu (kantin kontainer -red) dapat memberikan pada manfaat bagi penerimanya . Sehingga kami (Dompet Dhuafa -red) mencoba buka lagi di titik-titik yang lain, kami punya harapan hingga tahun 2026 bisa mencapai 30 kantin,” harap Anna.

Berdasarkan data Dompet Dhuafa, penerima manfaat program kantin kontainer dapat memperoleh tambahan penghasilan lebih dari Rp1 juta, tergantung tingkat keramaian kantin. Anna juga mengapresiasi UII yang menyediakan lokasi strategis dengan pemandangan Embung Kladuan untuk mendukung keberlangsungan program ini.

Pada kesempatan ini, Unit Pengumpul Zakat Badan Amil Zakat (UPZ Baznas) PT. Bank Permata Tbk menyerahkan dana beasiswa sebesar 150 juta rupiah untuk mahasiswa UII yang diserahkan langsung oleh Pengawas Dewan Syariah PT. Permata Bank Tbk., Prof. Dr. H. Jaih Mubarok, S.E.,M.H., M.Ag kepada Rektor UII, Fathul Wahid. Selain itu, grand launching ini ditandai dengan penyerahan giant check dan pemakaian apron kepada lima mahasiswa pengelola kantin kontainer UII. (AHR/RS)