Ketika menyiapkan sambutan ini, saya berpikir cukup keras. Saya teringat sebuah lembaga di Jakarta yang meminta izin untuk memasukkan salah satu tulisan ringan saya sebagai pembuka buku yang akan diterbitkan. Utusan lembaga ini pernah menemui saya dan memberi hadiah beberapa buku setelah menyimak sambutan wisuda saya secara daring. Pada saat itu, saya membahas tentang topik menjadi minat mereka.

Terkait dengan sambutan kali ini, saya akhirnya mengetikkan sebuah kata kunci dalam bahasa Inggris, di layanan portal buku langganan saya (Perlego.com). Pencarian dengan kata kunci tersebut menemukan 1.356 judul buku, sebagian dalam bahasa Inggris. Ah, ternyata selama ini saya menganggap remeh topik ini. Sehingga tidak mengherankan jika sebuah lembaga unik di Jakarta mempunyai koleksi ribuan buku tentang humor.

Penasaran dengan kata kuncinya? Kata kuncinya adalah “humor” (dan “humour” untuk ejaan Inggris Amerika).  Apa itu humor? Kamus Merriam-Webster mendefinisikannya sebagai kemampuan mental untuk menemukan, mengungkapkan, atau menghargai hal-hal yang menggelikan atau tidak masuk akal.

 

Humor serius

Di Stanford Graduate School of Business, humor menjadi salah satu mata kuliah resmi, dengan nama “Humor: Seriuos Business”. Pengajarnya tiga orang: dua perempuan dan satu laki-laki. Kedua dosen perempuan tersebut menulis juga sebuah buku yang berjudul Humor, Seriously, yang isi bukunya menjadi bagian silabus mata kuliah yang mereka ajar. Kedua perempuan tersebut adalah Profesor Jennifer Aaker dan Dr. Naomi Bagdonas.

Mata kuliah ini menghadirkan banyak pemimpin perusahaan maju, penulis, dan bahkan laksamana angkatan laut, sebagai pembicara tamu. Mereka berbicara banyak hal, termasuk bagaimana memimpin dengan humor.

Hasil pencarian saya untuk menjawab rasa ingin tahu menemukan banyak kejutan. Apa yang akan saya sampaikan ini merupakan sebagian hasil pencarian personal saya.

Beragam riset ilmiah telah dikembangkan memberikan perhatian kepada topik humor. Pencarian di Google Scholar dengan kata kunci humor (dan humour) menemukan lebih dari 3,9 juta artikel ilmiah atau buku.

Bahkan saya temukan sebuah jurnal ilmiah berjudul Humor: International Journal of Humor Research yang diterbitkan oleh lembaga ternama De Gruyter Brill yang sudah menerbitkan riset ilmiah selama lebih dari 300 tahun.

Apa manfaat humor? Banyak sekali[1]. Di dunia kerja, riset menemukan bahwa humor meningkatkan kesejahteraan, kreativitas, kepuasan kerja, dan kinerja. Pada sisi individu, humor dapat melawan emosi negatif dan membantu dalam menoleransi kepedihan, selain juga membantu menangkal stres. Dalam kerja tim, humor akan meningkatkan komunikasi kelompok, efektivitas dan kohesi yang mengurangi konflik.

 

Peran humor

Secara metaforis, paling tidak terdapat dua peran humor dalam konteks interaksi dengan sesama, termasuk di dunia kerja, yaitu sebagai “tangga” dan “jembatan”.

Humor dapat dianggap sebagai “tangga”, alat bantu meningkatkan “kuasa”. Humor dapat meningkatkan status individu karena dipersepsikan mempunyai kompetensi dan rasa percaya diri (Bitterly et al., 2017). Ketika menghadapi masalah, individu dengan skor humor tinggi cenderung melihatnya sebagai tantangan, sedangkan yang skor humornya rendah, menganggapnya sebagai ancaman (Kuiper et al., 1993).

Ternyata, humor juga meningkatkan memori atau daya ingat (Bains et al., 2014).  Temuan riset ini mengingatkan kepada saya, Indonesia pernah mempunyai presiden, seorang demokrat sejati, yang sangat humoris: Gus Dur. Beliau dapat mengingat ribuan nomor telepon. Memori yang sangat luar biasa.

Humor juga dapat memainkan peran sebagai “jembatan” untuk menjalin kedekatan.  Humor memudahkan kita membuat koneksi dan meningkatkan hubungan (Bazzini et al., 2007), dan membantu orang asing atau kolega merasa lebih dekat (Fraley & Aron, 2024).

Humor juga ternyata dapat meningkatkan ketahanan terhadap stres baik sebagai individu maupun tim, dan membentengi dari aspek negatifnya (Keltner & Bonanno, 1997). Studi terhadap individu yang kehilangan pasangan dan mengenang cerita lucu merasa membaik secara lebih cepat serta menunjukkan berkurangnya stres, peningkatan kegembiraan tentang hidup, dan hubungan yang lebih baik.

Tentu, masih banyak peran humor dalam kehidupan, termasuk di tempat kerja, aktivitas sosial, di ruang kelas, maupun dalam kehidupan bernegara. Tentu di sana ada kepatutan (permissibility) yang harus diperhatikan. Kepatutan humor tergantung pada empat hal: muatannya, pelakunya, audiensnya, dan juga konteksnya (Wilk & Gimbel, 2024).

Ada banyak isu dan strategi lain dalam mengembangkan humor yang tampaknya waktu yang ada tidak cukup untuk menyampaikannya. Humor dalam bentuk komedi dapat menjadi koreksi sosial, karena ia menyingkap kebodohan dan kejahatan menjadi bahan tertawaan dan ejekan (Larkin-Galiñanes, 2017).

Terkait dengan ini, kita masih ingat, pada Juni 2024, Paus Fransiskus mengundang 100 komika dari 15 negara ke Vatikan. Bagi Paus, komedi dapat membantu menciptakan dunia yang lebih berempati dan saling mendukung. Selain itu, Paus mengakui bahwa komika sering menggunakan lawakan mereka untuk mengkritik kebijakan publik dan isu-isu sosial.

Kita simpan diskusi lanjutannya untuk kesempatan lain.

 

Referensi

Bains, G. S., Berk, L. S., Daher, N., Lohman, E., Schwab, E., Petrofsky, J., & Deshpande, P. (2014). The effect of humor on short-term memory in older adults: A new component for whole-person wellness. Advances in Mind-Body Medicine28(2), 16-24.

Bazzini, D. G., Stack, E. R., Martincin, P. D., & Davis, C. P. (2007). The effect of reminiscing about laughter on relationship satisfaction. Motivation and Emotion31(1), 25-34.

Bitterly, T. B., Brooks, A. W., & Schweitzer, M. E. (2017). Risky business: When humor increases and decreases status. Journal of Personality and Social Psychology112(3), 431-455.

Fraley, B., & Aron, A. (2004). The effect of a shared humorous experience on closeness in initial encounters. Personal Relationships11(1), 61-78.

Keltner, D., & Bonanno, G. A. (1997). A study of laughter and dissociation: distinct correlates of laughter and smiling during bereavement. Journal of Personality and Social Psychology73(4), 687-702.

Kuiper, N. A., Martin, R. A., & Olinger, L. J. (1993). Coping humour, stress, and cognitive appraisals. Canadian Journal of Behavioural Science25(1), 81-96.

Larkin-Galiñanes, C. (2017). An overview of humor theory. Dalam S. Attardo (ed.). The Routledge Handbook of Language and Humor (4-16).

Rosling, H., Rosling, O., & Rönnlund, A. R. (2018). Factfulness: Ten Reasons we’re Wrong about the World–and Why Things are Better than You Think. Flatiron books.

Wilk, T., & Gimbel, S. (2024). In on the Joke: the Ethics of Humor and Comedy. De Gruyter.

Sambuan pada acara wisuda Universitas Islam Indonesia pada 26 April 2025

Fathul Wahid

Rektor Universitas Islam Indonesia 2022-2026

 

[1] Hasil beragam riset dirangkum di https://web.stanford.edu/dept/gsb-ds/Inkling/Leading_with_Humor/index.html. Beberapa bagian lain sambutan ini didasarkan pada informasi di laman ini.

Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menunjukkan komitmennya dalam penguatan internasionalisasi melalui pelaksanaan kegiatan Promo Tour ke Pakistan pada 13–19 April 2025. Kegiatan ini difokuskan di wilayah Islamabad untuk memperluas jejaring akademik serta menjangkau calon mahasiswa internasional. Read more

Sebagai rangkaian kegiatan dalam memperingati Milad ke-82 dan Hari Bumi Sedunia, Universitas Islam Indonesia (UII) mengadakan kegiatan Aksi Hijau : Tanam Pohon untuk Bumi Lestari pada Selasa (22/04) di Taman Sisi Barat Gedung GBPH Prabuningrat Rektorat UII. Kegiatan ini diwujudkan dengan menanam sebanyak tiga pohon kepel setinggi empat meter yang diwakili oleh Sekretaris Yayasan Badan Wakaf (YBW) UII, Rektor UII, dan Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) UII sebagai bentuk kesadaran kolektif sivitas akademika UII dalam membangun kesadaran kolektif untuk merawat dan melestarikan bumi.

Dekan FTSP UII, Prof.Ar.Dr.-Ing.Ir. Ilya Fadjar Maharika, M.A., IAI mengatakan bahwa penanaman pohon kepel bukan hanya simbol kepedulian terhadap lingkungan, tetapi juga bentuk penghormatan terhadap kekayaan flora lokal Indonesia dan nilai-nilai spiritual yang menyertainya.

“Pemilihan pohon kepel tidak hanya berdasarkan nilai konservasinya, tetapi juga karena makna simbolik yang dikandungnya. Secara etimologis, kata “kepel” berkaitan dengan istilah Arab “kafala” yang bermakna mencukupi, merepresentasikan prinsip tanggung jawab dan keberkahan. Dalam budaya Jawa, kepel dikenal sebagai simbol kesucian, keanggunan, dan harmoni, yang dahulu hanya ditanam di lingkungan keraton dan dikonsumsi oleh putri bangsawan sebagai bagian dari tradisi kecantikan dan spiritualitas,” jelas Prof. Ilya

Dalam perspektif nilai-nilai Islam, pohon kepel mencerminkan pentingnya kesucian lahir batin, kesabaran, kesederhanaan, serta keseimbangan hidup antara manusia dan alam. Buahnya yang harum, pohonnya yang tumbuh perlahan, dan keberadaannya yang tidak mencolok menjadi pengingat tentang pentingnya hidup bersahaja namun bermakna. Selain manfaat ekologisnya seperti menyerap karbon dan meneduhkan lingkungan, kepel juga menjadi simbol rasa syukur atas karunia Allah dan tanggung jawab manusia sebagai khalifah di bumi.

Sementara itu, Rektor UII, Fathul Wahid menyatakan beragamnya tanaman yang ada di UII membuat banyak tamu yang berkunjung di UII merasa nyaman karena lingkungan kampus UII yang asri dan indah. Menurutnya, beragamnya keanekaragaman hayati yang ada di UII menggambarkan ekosistem UII yang multikulturalisme.

“Banyak teori serta temuan riset hutan yang monokultur yang pohonnya tunggal biasanya tidak bertahan lama, tidak banyak memberikan dampak yang diberikan oleh hutan yang multikultur. Itu juga yang terjadi di ekosistem UII, tifdak hanya pohonnya tetapi manusianya. Jadi ada keragaman perspektif, variasi pandangan dan semuanya itu mendapatkan tempat dan menurut saya itu menjadi salah satu yang menjadikan kita tumbuh cukup dinamis, karena kita merawat multikulturalisme, tidak hanya keanekaragaman hayati, tapi juga ragam pemikiran yang berkembang di UII,” terang Fathul

Fathul Wahid berharap dengan kegiatan ini, UII dapat terus merawat semangat multikulturalisme yang sudah dibentuk sejak UII berdiri. “Ada tokoh dari beragam latar belakang semuanya dapat menyatukan gagasan, ide, mengesampingkan perbedaan, dan mengedepankan persamaan. Ternyata itu yang menjadikan kita sampai hari ini masih bertahan dan berkembang,” ungkap Fathul (AHR/RS)

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (FK UII) telah selesai selenggarakan Webinar Nasional dengan tajuk “Tetap Sehat Pasca Ramadhan : Tips Kesehatan Menjaga Pola Makan dan Kebugaran Fisik Setelah Berpuasa” pada Sabtu (19/4). Acara tersebut disiarkan melalui aplikasi Zoom dan diikuti oleh sekitar 250 peserta yang hadir dan mengikuti rangkain webinar dari awal hingga akhir.

Webinar kesehatan ini mengundang dua dosen di FK UII sebagai pemateri yaitu dr. Muhammad Syukron Fauzi, M.Biomed., AIFO.K, dr. Nur Aini Djunet, M.Gizi, FINEM dan dr. Andra Gita Arumsari sebagai moderator.

“Kebugaran itu ditunjang oleh aktifitas fisik kita. Gampangnya kalo kita aktifitas fisiknya baik, kebugaran kita akan terjaga,” ucap dr. Fauzi yang membawa materi tentang kebugaran fisik pasca ramadhan. Ia memaparkan bahwa orang yang kebugaran tubuhnya baik maka akan semakin terhindar dari penyakit metabolik seperti darah tinggi, diabetes, kolesterol dll. Pada saat berpuasa, tubuh kita akan mengalami perubahan metabolik secara signifikan. Tubuh menjadi lebih hemat energi.

Dalam sesi materinya, ia memberi beberapa rekomendasi aktifitas fisik yang dibagi menurut usia. Kanak-kanak, remaja, dewasa dan orang tua. Metode olahraga FITT yang paling ia rekomendasikan dalam mengembalikan kebugaran pasca ramadhan. FITT berarti Frequency (seberapa sering), Intensity (seberapa berat), Time (berapa lama durasinya), dan Type (Apa jenisnya).

Di akhir, ia menyimpulkan bahwa kunci dari kebugaran yaitu konsisten, latihan terukur dan pemulihan yang cukup.

Pemateri kedua, dr. Aini membawa materi pada bagian menjaga pola makan setelah berpuasa. Ia menjelaskan bahwa setelah tubuh berpuasa selama sebulan, tubuh perlu beradaptasi dengan pola makan yang baru.

“Biasanya kalau sahur, itu kan kita ga bisa makan banyak-banyak. Jadi lambung itu ukurannya menyesuaikan,” ujarnya pada salah satu materi yang menyinggung tentang dampak puasa pada sistem pencernaan. Adaptasi awal pada saat idul fitri, perut banyak menerima makanan yang mempunyai kadar gula tinggi sehingga terjadilah lonjakan insulin.

Ia menekankan bagaimana pentingnya transisi pola makan dari kebiasaan kita di bulan ramadhan. Tips mengontrol porsi makan juga ia anggap penting, berhenti makan sebelum kenyang dan pahami sinyal tubuh (NKA/AHR/RS)

Program Studi Profesi Arsitek (PPAr) Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menyelenggarakan Sumpah Keprofesian Arsitek (SKA) Angkatan ke-15. Sebanyak 30 arsitek baru berhasil menuntaskan proses pembelajaran selama 1 tahun dengan 27 arsitek berpredikat Cumlaude, 2 arsitek berpredikat sangat memuaskan, dan 1 arsitek berpredikat memuaskan secara resmi diambil sumpah pada Sabtu (19/04) di Auditorium Gedung KH. Mohammad Natsir FTSP UII.

Dalam laporannya, Ketua PPAr UII, Dr. Ar. Yulianto Purwono Prihatmanji, ST., MT., IPM., IAI menyampaikan mahasiswa PPAr UII belajar dengan beragam disiplin ilmu bersama para tenaga ahli multidisiplin dari bidang perancangan dengan kasus nyata hingga pengabdian masyarakat.

“Secara keseluruhan, dalam kurun masa pembelajaran, mahasiswa telah terlibat dengan beragam kegiatan pembelajaran, pengabdian masyarakat dan penguatan karakter keprofesian, sehingga manakala mereka telah lulus mampu menerapkan Kode Etik Profesi dan Kaidah Tata Laku Arsitek yang telah mereka dapatkan bersama IAI (Ikatan Arsitek Indonesia -red). Lulusan telah siap bekerja bersama para Arsitek Mentor di biro-biro arsitek yang terkoordinasi oleh IAI di provinsi-provinsi seluruh Indonesia,” ungkap Ketua APTARI periode 2024-2027 ini.

Wakil Rektor Bidang Pengembangan Akademik dan Riset, Prof. Dr. Jaka Nugraha, S.Si., M.Si dalam sambutannya berpesan kepada arsitek baru UII untuk selalu mengasah literasi teknologi dan budaya agar sebagai seorang arsitek tidak ketinggalan perkembangan. Selain itu, arsitek perlu untuk terus menumbuhkan karakter positif saat nantinya mengadikan diri dengan bekerja keras, dapat diandalkan, menghargai perbedaan, dan mampu melayani dengan profesional.

“Kunci kesuksesan itu adalah adaptasi dan inovasi yang bertahan adalah yang mampu beradaptasi dengan perubahan karena perubahan adalah suatu kepastian, baik itu perubahan teknologi maupun lingkungan. Yang mampu memimpin adalah yang senantiasa melakukan inovasi. Jadilah arsitek yang selalu melakukan inovasi. mampu berkontribusi bagi masyarakat, menjaga kelestarian lingkungan, keseimbangan ekosistem, dan membangun perkembangan dengan keselarasan lingkungan,” pesan Prof. Jaka.

Ketua Umum Ikatan Arsitek Indonesia (IAI),  Ar. Georgius Budi Yulianto, IAI., AA berpesan juga dalam sambutannya bahwa era disrupsi dan digitalisasi khususnya kecerdasan buatan (AI) saat ini tidak terelakkan untuk semua profesi termasuk arsitek. Menurutnya, arsitek harus mengikutsertakan kecerdasan buatan dalam praktik kearsitekan tanpa melanggar etika.

“Pertama, jangan berhenti untuk memahami etika karena dengan etika yang baik akan bisa memanfaatkan AI untuk tujuan yang baik bukan untuk mengelabuhi. Kedua, harus terus melakukan literasi teknologi karena teknologi juga setiap tahun pasti ada yang baru. Ketiga adalah literasi budaya, kita tidak boleh lupa asal kita dan itu menjadi jati diri kita,” ungkap Ketua Umum IAI ini.

Sementara itu, Dewi Larasati, S.T., M.T., Ph.D selaku Sekretaris Jenderal Asosiasi Perguruan Arsitektur Indonesia (APTARI) berpesan menjadi arsitek profesional saat ini bukan hanya keterampilan menggambar atau kemampuan teknis kontruksi. Arsitek dituntut menjadi agen perubahan yang mampu menjawab kebutuhan masyarakat, merespons konteks lokal, dan tetap berpijak pada etika profesi ditengah tantangan krisis iklim global, ketimpangan sosial, dan tantangan urbanisme yang kompleks.

“Menjadi arsitek bukan hanya sebagai karier, melainkan amanah peradaban. Arsitek tidak hanya merancang bangunan tetapi juga mewujudkan nilai menghadirkan ruang hidup yang adil, dan merawat bumi sebagai rumah bersama. Lulusan profesi arsitektur tidak cukup dibekali dengan keterampilan individual, tetapi juga tumbuh dalam ekosistem pembelajaran lintas disiplin, berpijak pada kolaborasi, dan peka terhadap dinamika sosial budaya,”  ungkapnya (MNDH/AHR/RS)

Ikatan Keluarga Ibu-Ibu (IKI) Universitas Islam Indonesia (UII) melaksanakan kegiatan syawalan pada Kamis (17/04) di Auditorium Prof. Abdul Kahar Muzakir, Kampus Terpadu UII. Kegiatan Syawalan 1446 H ini dihadiri oleh 450 anggota IKI yang terdiri dari pengurus struktural IKI UII, istri dosen, karyawan dan purnatugas UII. Acara juga diramaikan oleh bazar makanan & baju, pemeriksaan kesehatan, tausiyah, serta pelepasan beberapa ibu-ibu yang akan melaksanakan ibadah haji.

Dr. Siti Anisah S. H., M. Hum., salah satu ibu-ibu yang tergabung dalam IKI sebagai pengurus Yayasan Badan Wakaf menyambut hangat acara syawalan ini. “Saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Pengurus Yayasan Badan Wakaf, Keluarga Besar UII, seluruh ibu-ibu dan panitia, semoga silaturahmi ini berjalan dengan baik dan akan terus berjalan dengan baik,” ujarnya

Selain Dr. Siti, Ketua Ikatan Keluarga Ibu-ibu UII, Prof. Nurul Indarti, Sivilikonom., cand. Merc., Ph. D.,  juga menyambut meriah acara silaturrahmi perdana setelah lebaran ini. Ia menyebutkan bahwa acara syawalan ini tergabung dalam rangkaian kegiatan rutin silaturrahim keluarga IKI 2 bulan sekali. “ini merupakan wadah berbagi ilmu, inspirasi, menjaga silaturahmi sekaligus menjaga Kesehatan Bersama,” tegasnya.

Prof. Nurul menyampaikan partisipasi aktif IKI UII dalam rangkaian semarak milad universitas, melalui kegiatan bakti sosial, kajian bersama istri-istri pimpinan UII, dan kesenian hadroh.

“Program IKI UII lainnya adalah program tali asih Ramadhan, program ini telah berjalan untuk keempat kalinya. Sasaran penerima berbeda-beda setiap tahun, seperti pensiunan pegawai, satpam, cleaning service, dan tahun ini IKI UII menjangkau sekitar 80 pensiunan pegawai,” jelas Prof. Nurul.

Dalam berbagai kesempatan, IKI aktif mengumpulkan dana dan memberikan bantuan sosial kepada pihak-pihak yang dirasa membutuhkan, diantaranya penyintas gempa di Palu, penyintas banjir di Ciamis, dan warga Palestina.

“Perlu ibu-ibu ketahui, acara syawalan biasanya tidak disertai bazar, karena biar fokus. Tapi karena antusiasme dari anggota  dan dukungan dari tuan rumah Yayasan Badan Wakaf, maka hari ini kita dapat menikmati bersama,” ucapnya.

“Kami ingin mengucapkan selamat jalan untuk para ibu-ibu yang akan melaksanakan ibadah haji tahun ini. Mari kita doakan semoga Allah memberikan kesehatan, kekuatan dan kelancaran dalam rangkaian ibadahnya.” Ujar prof. Nurul diakhir sesi sambutan sebelum ditutup dengan sesi Tausiyah serta doa bersama oleh Dr. dr. Zaenal Muttaqien Sofro, Circ&Med, AIFM. (MNDH/AHR/RS)

UII Mengabdi sukses menggelar rogram pengabdian bertajuk Samudera Mengabdi: Jejak Asa di Gili Ketapang dan Bawean sukses digelar pada tanggal 5-13 April. Sebanyak 23 mahasiswa UII diterjunkan ke dua lokasi berbeda, yaitu Gili Ketapang dan Desa Lebak, Bawean. Mengusung lima sektor utama yaitu lingkungan, keagamaan, kesehatan, pendidikan, dan pariwisata, program ini tidak hanya bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tetapi juga menjadi ajang pembelajaran langsung bagi mahasiswa dalam mengabdi di wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar).

Ketua UII Mengabdi, Audiva Nur Rahma, menjelaskan bahwa pemilihan lokasi sudah melalui berbagai pertimbangan. “Kami memilih Gili Ketapang dan Bawean karena keduanya memiliki potensi besar namun juga tantangan khas daerah 3T. Harapannya, kehadiran kami bisa menjadi stimulus pembangunan dan pemberdayaan di sana, sekaligus menjadi proses pembelajaran sosial yang nyata bagi mahasiswa,” ujarnya  saat sesi wawancara, yang turut dihadiri kedua ketua tim.

Di Gili Ketapang, tim yang dipimpin oleh Muhammad Arfa menjalankan berbagai program, salah satunya adalah penanaman apotek hidup di SMPN Sumber Asih. “Kami tanam bibit herbal di lahan sekolah, sekaligus kami ajarkan kepada siswa cara merawat dan memanfaatkannya. Tujuannya agar sejak dini mereka mengenal alternatif pengobatan alami yang mudah diakses dan ramah lingkungan,” jelas Arfa.

Selain itu, sektor lingkungan juga menjadi sorotan melalui edukasi pengelolaan sampah. “Kami mengadakan penyuluhan tentang bahaya sampah plastik dan memperkenalkan cara membuat ecobrick. Kami juga ajak masyarakat membuat kerajinan dari filter sampah plastik yang hasilnya bisa dijual,” tambahnya. Meski begitu, Arfa mengakui adanya tantangan. “Masyarakat masih cukup defensif, terutama terkait kebiasaan membuang sampah sembarangan. Tapi kami tetap berusaha mendekati dengan pendekatan persuasif, terutama lewat anak-anak dan kegiatan bermain sambil belajar,” tuturnya.

Sektor pariwisata pun tak luput dari perhatian. Tim Gili Ketapang menggagas pembuatan website dan akun media sosial untuk mempromosikan potensi wisata pulau tersebut. “Kami ingin memperluas jangkauan promosi Gili Ketapang ke dunia digital. Dengan adanya website, wisatawan bisa lebih mudah mengakses informasi destinasi, penginapan, hingga kegiatan lokal yang menarik,” ujar Arfa dengan semangat.

Sementara itu di Desa Lebak, Bawean, tim pengabdian yang dipimpin Muhammad Aji Bayu Saputra fokus pada pengembangan ekonomi kreatif dan digitalisasi pariwisata. “Kami mendirikan UMKM berbasis bahan lokal tepatnya hasil laut seperti kerupuk ikan Produk-produk ini dikemas menarik dan kami bantu pemasarannya lewat media sosial,” jelas Aji saat ditemui pada sesi wawancara.

Untuk mendukung sektor wisata, tim Bawean menyusun guidebook berisi informasi sejarah, lokasi wisata, serta budaya lokal Bawean. “Buku panduan ini kami bagikan ke penginapan dan pusat informasi wisata. Selain itu, kami juga buat konten digital berupa video dan poster yang disebarkan di media sosial untuk memperluas jangkauan promosi,” tambahnya. Tak hanya itu, tim juga aktif dalam kegiatan pendidikan dan keagamaan seperti mengajar di TPA serta memberikan pelatihan manajemen usaha bagi warga.

“Respon masyarakat sangat baik, mereka terbuka dengan ide-ide baru. Kami justru belajar banyak dari mereka soal nilai kebersamaan dan kearifan lokal,” kata Aji. Ia juga menegaskan bahwa program ini bukan hanya soal memberi, tetapi juga tentang bertumbuh bersama.

Menutup sesi wawancara Audiva Nur Rahma menyampaikan apresiasi mendalam serta harapan untuk kedepannya,

“Saya berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah bekerjasama menyukseskan program pengabdian ini. Saya berharap kerjasama ini tidak akan lekang oleh waktu, serta semoga semakin banyak pihak yang dapat berkolaborasi secara maksimal bersama pengabdian kami” pungkasnya. (IMK/AHR/RS)

Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar acara Halalbihalal dan Pelepasan Jamaah Calon Haji 1446 H pada Rabu (9/4) di Auditorium Prof. K.H. Abdul Kahar Muzakkir yang dihadiri oleh keluarga besar UII, serta para calon jamaah haji yang akan berangkat ke Tanah Suci tahun ini..

Sebagai bagian dari semangat silaturahmi dan saling memaafkan di bulan Syawal, sesi “Ungkapan Halalbihalal” menjadi salah satu momen yang menyentuh hati para hadirin. Perwakilan dari tiga elemen penting keluarga besar UII turut menyampaikan pesan dan kesan. Mereka adalah Cipta Aditya Pratama Kolopita, Ketua Dewan Permusyawaratan Mahasiswa UII sebagai perwakilan mahasiswa, Drs. Achmad Tohirin, M.A., Ph.D. selaku Ketua Ikatan Keluarga Pegawai UII, serta Ir. M. Samsudin, M.T. yang mewakili Paguyuban Pensiunan Pegawai UII. Ketiganya menekankan pentingnya menjaga ukhuwah Islamiyah, memaafkan dengan tulus, dan melestarikan tradisi Halalbihalal sebagai wujud kasih sayang antarsesama.

Selanjutnya, Rektor UII, Prof. Fathul Wahid, menyampaikan sambutannya. Dalam pidatonya, beliau menyampaikan rasa syukur atas terlaksananya acara ini sebagai ajang memperkuat ikatan keluarga besar UII. Ia juga menegaskan pentingnya menjaga nilai-nilai Islam dalam kehidupan kampus dan masyarakat luas.

“Saat ini kita tidak hanya berkumpul untuk saling bermaafan, namun juga turut mendoakan saudara-saudara kita yang akan melaksanakan ibadah haji. Semoga menjadi haji yang mabrur dan membawa berkah bagi UII,” ujar Fathul.

Sambutan berikutnya disampaikan oleh Ketua Umum Pengurus Yayasan Badan Wakaf UII, Dr. Suparman Marzuki, S.H., M.Si. Ia menyampaikan apresiasi kepada seluruh panitia atas terselenggaranya acara ini dengan baik serta mengajak semua pihak untuk terus menjaga semangat kolegialitas dan spiritualitas yang menjadi fondasi UII sejak awal berdiri.

Acara kemudian dilanjutkan dengan tausiyah Halal Bihalal yang disampaikan oleh tokoh nasional sekaligus dosen Fakultas Hukum UII, Prof. Dr. Moh. Mahfud MD, S.H., S.U. Dalam tausiyahnya, Mahfud MD membahas mengenai Rukun Islam dan makna Idul Fitri di Indonesia.

Acara ditutup dengan doa dan jabat tangan antar hadirin sebagai simbol saling memaafkan. Para undangan tampak antusias mengikuti seluruh rangkaian kegiatan hingga akhir. Melalui kegiatan ini, UII tidak hanya mempererat tali silaturahmi, tetapi juga menegaskan komitmennya dalam mendukung nilai-nilai keislaman. (ELKN/AHR)