Komunitas Gending Gamelan Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar pertemuan koordinasi anggota baru pada Senin (21/07), di Auditorium Gedung K.H. Wahid Hasyim, Fakultas Ilmu Agama Islam, Kampus Terpadu UII, Jl. Kaliurang km. 14,5, Sleman. Acara ini dihadiri oleh berbagai unsur sivitas akademika UII, termasuk Sekretaris Eksekutif UII Hangga Fathana, SIP., B.Int.St., MA., Kepala Bidang Humas UII Rifqi Sasmita Hadi, S.E., M.M., dan pelatih komunitas Anditya Dwi Nugroho.

Komunitas Gending Gamelan UII sendiri terbentuk pada Oktober 2023 sebagai wadah pelestarian budaya gamelan di lingkungan kampus. Komunitas ini terdiri dari dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa UII, dengan perangkat gamelan yang merupakan hibah dari keluarga R. Mujoko Rachmat Soerodirdjo. Pertemuan koordinasi kali ini menjadi momentum penting untuk menyambut gelombang kedua anggota komunitas serta membahas strategi pelatihan dan pengembangan kegiatan di periode mendatang.

Acara dibuka oleh MC dengan penjelasan singkat mengenai sejarah berdirinya komunitas dan visinya dalam menghidupkan kembali tradisi musik gamelan di kalangan sivitas akademika. Selanjutnya, Sekretaris Eksekutif UII, Hangga Fathana, menyampaikan sambutannya yang menekankan pentingnya partisipasi aktif seluruh warga kampus dalam menjaga warisan budaya. “Untuk melestarikan kebudayaan, tidak hanya dengan merawat gamelan, merawat fisiknya tetapi juga mengajak seluruh generasi, seluruh warga UII yang berminat untuk bisa bersama-sama berlatih bermain Gamelan,” ungkapnya.

Sesi sambutan berikutnya disampaikan oleh Anditya Dwi Nugroho selaku pelatih komunitas, yang menjelaskan ragam gending yang akan dipelajari dalam program pelatihan. “Kita untuk berlatih tidak hanya gendingan Jogjakarta, sebagian juga Gending Surakarta, Gending Semarangan, Gending Banyumasan, mungkin juga nanti Jawa Timuran,” jelas Anditya, seraya menekankan pendekatan lintas gaya yang diusung komunitas.

Setelah sambutan, acara dilanjutkan dengan sesi diskusi yang dipandu oleh Rifqi Sasmita Hadi. Diskusi ini menjadi ajang tanya jawab antara pengurus dan anggota, sekaligus membahas teknis pelaksanaan pelatihan. Rifqi menyampaikan bahwa batch kedua pelatihan ini mencatatkan 60 peserta dari berbagai kalangan, yang nantinya akan dibagi menjadi tiga kelompok.
“Di kesempatan ini, kami juga ingin menyampaikan bahwa, di batch kedua ini nantinya ada 60 peserta, 60 peserta ini ada dari dosen, ada tenaga kependidikan, ada mahasiswa. Nanti akan kami bentuk menjadi 3 kelompok, jadi satu kelompok satu sesi,” jelasnya.

Suasana diskusi berlangsung hangat, dengan banyak anggota baru menyampaikan harapan serta masukan untuk keberlangsungan komunitas. Beberapa anggota juga menyatakan kegembiraannya dapat bergabung dalam upaya pelestarian gamelan, yang tidak hanya menjadi sarana belajar musik tradisional tetapi juga memperkuat ikatan kebersamaan di lingkungan kampus.

Latihan ini menjadi langkah awal bagi peserta baru untuk mulai mengenal instrumen gamelan dan merasakan pengalaman bermain bersama dalam format kelompok.(MFPS/AHR/RS)

Lembaga Eksekutif Mahasiswa (LEM) Universitas Islam Indonesia (UII) bekerja sama dengan CILACS UII menggelar kegiatan Sosialisasi CEPT (Certificate of English Proficiency Test) yang bertempat di Gedung Kuliah Umum Prof. Dr. Sardjito UII, pada Jumat (18/07)

Kegiatan ini dihadirkan sebagai respons atas masih banyaknya mahasiswa UII yang mengalami kesulitan dalam memenuhi standar minimal skor CEPT sebagai salah satu syarat kelulusan. Kurangnya persiapan serta pemahaman terhadap strategi pengerjaan tes menjadi tantangan utama yang dihadapi mahasiswa.

Melalui sosialisasi ini, para peserta mendapatkan pemahaman mendalam mengenai berbagai strategi persiapan menghadapi CEPT, mulai dari latihan soal, pemahaman konsep, hingga teknik menjawab yang efektif. Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan diri dan kesiapan mahasiswa dalam menghadapi CEPT sebagai bagian penting dari perjalanan akademik mereka.

Lebih jauh, sosialisasi ini diharapkan dapat menjadi panduan komprehensif bagi mahasiswa untuk meraih hasil optimal dalam tes, sekaligus menumbuhkan kesadaran akan pentingnya persiapan sejak dini. Peserta diajak untuk mengenali kekuatan dan kelemahan mereka dalam berbahasa Inggris, sehingga dapat mengalami peningkatan skor CEPT yang signifikan.

Melalui kolaborasi antara LEM UII dan CILACS UII ini, diharapkan semakin banyak mahasiswa yang tidak hanya berhasil mencapai skor CEPT yang dipersyaratkan, namun juga memiliki kesiapan berbahasa Inggris yang mumpuni sebagai bekal akademik dan profesional di masa depan. (ANK/DNR/AHR/RS)

Mahasiswa asing peserta program BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing) dari Cilacs Universitas Islam Indonesia (UII) mengikuti kegiatan kunjungan budaya ke Candi Plaosan dan Desa Wisata Bugisan, Prambanan, Klaten.

Peserta kegiatan ini merupakan mahasiswa penerima Beasiswa Kemitraan Negara Berkembang (KNB) dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, dan beberapa adalah penerima beasiswa Future Global Leaders Scholarships (FGLS) dari Universitas Islam Indonesia. Mereka berasal dari berbagai negara seperti Palestina, Suriah, Pakistan, Nigeria, dan Thailand.

Kunjungan ini merupakan bagian dari mata kuliah dalam program BIPA yang dirancang untuk memperkenalkan kekayaan budaya lokal Jawa dan Indonesia secara umum. Kegiatan ini tidak hanya memberikan pengalaman kebahasaan, tetapi juga menanamkan pemahaman akan nilai-nilai sejarah, kehidupan sosial, dan kearifan lokal masyarakat Jawa.

Dalam kunjungan tersebut, para mahasiswa diajak menyusuri situs bersejarah Candi Plaosan, kemudian melanjutkan perjalanan dengan bersepeda menuju Desa Wisata Bugisan. Di sana, mereka diperkenalkan pada berbagai aspek budaya lokal, seperti mengenal pohon bambu dan pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa.

Peserta juga terlibat langsung dalam proses pembuatan emping mlinjo, mulai dari menumbuk hingga memanggang, yang memberikan pengalaman praktis sekaligus menarik. Kegiatan dilanjutkan dengan bersepeda di tengah persawahan dan kebun tradisional, hingga akhirnya mengunjungi Rumahe Simbah, sebuah destinasi budaya yang mempertahankan suasana rumah tradisional Jawa lengkap dengan peralatan rumah tangga zaman dahulu. Pada sesi akhir para siswa BIPA juga diajak untuk Mereka juga belajar membatik dengan sistem eco-printing dan melukis topeng.

Kegiatan ini tidak hanya menjadi sarana pembelajaran, namun juga membentuk kedekatan emosional para mahasiswa asing terhadap budaya Indonesia. Dengan pendekatan langsung ke masyarakat dan pengalaman autentik, para peserta diharapkan dapat membawa cerita positif dan memperkuat jejaring antarbangsa berbasis pemahaman budaya. (ANK/AHR/RS)

Pelatihan Erasmus+ Masudem

Universitas Islam Indonesia (UII) terus berkomitmen dalam menjalin kemitraan internasional berkelanjutan dengan mengadakan kembali pelatihan bagi dosen dan mahasiswa Program Studi Manajemen Program Magister, Fakultas Bisnis dan Ekonomika (FBE) UII. Training kali ini mendatangkan dua akademisi yaitu Dr. Vesarach Aumeboonsuke dari NIDA (National Institute of Development Administration), Thailand dan Dr. Andrej Privara dari UEBA (University of Economics in Bratislava), Slovakia.

Kegiatan ini merupakan salah satu bagian penting dalam implementasi Erasmus+ Masudem (Master Studies in Sustainable Development and Management), yang dikoordinasikan oleh UEBA sejak 3 tahun yang lalu dengan tujuan membuka konsentrasi baru di Program Studi Manajemen Program Magister UII, yakni Sustainable Development Management.

Pada 5 hari kedepan (12-16/07) peserta training dibersamai oleh Dr. Vesarach Aumeboonsuke membahas materi CSR and Sustainable Development dan 5 hari setelahnya (19-23/07) dibersamai oleh Dr. Andrej Privara membahas materi Research Method for Sustainable Development.

Wakil Rektor Bidang Kemitraan dan Kewirausahaan UII Ir. Wiryono Raharjo, M.Arch., Ph.D mengatakan konsentrasi baru ini diharapkan dapat berkontribusi meningkatkan jumlah alumni yang peduli terhadap pentingnya pengelolaan tingkungan hidup yang lebih ramah.

“Kerjasama  internasional yang membidani pembukaan konsentrasi baru ini akan memberikan peluang kepada MM UII untuk menguatkan kerjasama yang lebih konkrit dengan mitra-mitra Erasmus+ Masudem, melalui inisiasi program gelar ganda dan transfer kredit internasional,” ungkap Wiryono. (WR/AHR/RS)

Laboratorium Enterprise Resource Planning Universitas Islam Indonesia menyelenggarakan Webinar Nasional ERP-Talks 2025 bertemakan “Grasping the Real-World Rules of SAP Modules in Corporate Environments” pada Sabtu (19/7) secara daring melalui kanal Zoom Meeting. Webinar ini menghadirkan alumni Teknik Industri UII, Dhianitya Yogiari selaku IT Project Management di PT Adaro Logistics.

Dr. Yuli Agusti Rochman, S.T., M.Eng selaku kepala laboratorium Enterprise Resource Planning (ERP) berharap acara ERP-Talks 2025 yang diselenggarakan ini mampu menambah bekal ilmu pengetahuan bagi peserta. Kegiatan ERP-Talks yang diselenggarakan secara rutin setiap tahun ini diharapkan menjadi bagian dari ikhtiar peserta untuk mengamalkan ilmu yang didapatkan. Ia juga menambahkan dalam sambutannya bahwa kini perusahaan-perusahaan tengah fokus dalam mempertahankan stability di tengah ketidakpastian global. ERP menjadi salah satu cara perusahaan agar mampu memiliki perencanaan yang baik dalam menghadapi tantangan-tantangan tersebut.

Dhianitya Yogiari menjelaskan bahwa mengimplementasikan program ERP Systems Applications and Products in Data Processing (SAP) adalah proses yang cukup kompleks dan panjang karena ada proses translasi aktivitas bisnis ke modul SAP. Ia mencontohkan PT Adaro Logistics yang membutuhkan sistem kinerja yang sistematis dan teratur dalam menjalankan integrasi proses bisnisnya, maka dibutuhkan tahapan strategi-strategi pengaplikasian SAP. Pengaplikasian yang dimaksud terdiri dari tiga tingkatan yaitu, level 3: dashboard yang menyediakan visualisasi data untuk di-monitoring dan menjadi dasar strategic decision making; level 2: penggunaan ERP sebagai platform terintegrasi dan sumber data data informasi, standardisasi, dan kontrol yang konsisten; level 1:  Operational app yang mendukung aktivitas bisnis sehari-hari dan diintegrasikan dengan information and technology (IT).

Selanjutnya Dhianitya Yogiari menjabarkan metodologi implementasi SAP yang terdiri dari lima fase (project preparation, business blueprint, realization, final preparation, go-live, dan support). Dhianitya juga menegaskan bahwa penerapan SAP dalam suatu perusahaan membutuhkan proses yang matang dan kerja sama yang baik.

“Implementasi di perusahaan tidak seratus persen sama seperti yang dipelajari, tapi at least kita sudah menguasai aplikasinya. Teamwork penting karena kita butuh teman-teman. Perusahaan tidak jalan kalau sendiri saja,” ungkap Dhianitya.

Dhianitya juga menambahkan tips dalam dunia kerja di perusahaan mengenai pentingnya networking dan kemauan belajar. “Semua lini perusahaan atau organisasi pasti ada flow-nya, ada prosesnya, dari proses itu kita bisa belajar mana yang perlu di-improve, mana yang sudah bagus.  Secara global industri-industri lain yang sekarang belum kenal, kalau punya networking bagus kita bisa tahu industri-industri yang berkembang. Termasuk kalau kita baru join perusahaan, mungkin kita punya bekal ilmu dari belajar kuliah. Realitanya kita perlu penyesuaian dan pembelajaran lagi,” pungkasnya. (AAO/AHR/RS)

Kunjungan Benchmarking Unwahas ke UII

Universitas Islam Indonesia (UII) menerima kunjungan benchmarking dari Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) dalam rangka penguatan kapasitas penyelenggaraan kelas internasional. Kegiatan yang berlangsung pada Selasa (15/07) di Ruang Audio Visual, Gedung GBPH Prabuningrat, Kampus Terpadu UII ini dihadiri oleh delegasi pimpinan dan pelaksana kelas internasional dari Unwahas. Benchmarking ini bertujuan untuk memperoleh gambaran komprehensif dan praktik baik dalam aspek perencanaan, pelaksanaan, serta evaluasi program kelas internasional.

Unwahas tengah menyiapkan langkah strategis dalam proses internasionalisasi pendidikan tinggi melalui penyelenggaraan kelas internasional pada program studi terpilih. Dengan semangat kolaboratif, benchmarking ini juga diharapkan dapat memperkuat kerja sama antarlembaga dalam bidang pendidikan, penelitian, dan mobilitas internasional. UII sebagai salah satu perguruan tinggi yang telah memiliki pengalaman panjang dalam mengelola kelas internasional, dipilih sebagai mitra untuk berbagi pengalaman tersebut.

Dalam arahannya, Rektor UII, Fathul Wahid, menyampaikan apresiasi atas kunjungan Unwahas dan menekankan bahwa penyelenggaraan kelas internasional lebih dari sekadar strategi pemasaran. “Penyelenggaraan kelas internasional bukan semata-mata hanya untuk menambah minat mahasiswa baru, namun juga membentuk ekosistem yang terintegrasi guna menciptakan lingkungan pembelajaran yang makin baik, meningkatkan kualitas internal universitas, serta menjalin kerja sama internasional,” ujarnya.

Wakil Rektor Bidang Kemitraan dan Kewirausahaan UII, Ir. Wiryono Raharjo, M.Arch., Ph.D., turut menyampaikan pemaparan tentang tata kelola kelas internasional di UII. Ia menjelaskan bahwa sistem kelas internasional di UII mengadopsi pendekatan kombinatif antara sentralisasi dan desentralisasi. “Kami memberikan otonomi kepada dua sekretaris program studi, yakni untuk program reguler dan internasional, yang masing-masing memiliki kewenangan penuh dalam mengelola kelasnya,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Wiryono menegaskan pentingnya fleksibilitas dalam mengelola kelas internasional, mengingat dinamika yang dihadapi di lapangan sangat beragam. “Tidak ada satu pola baku yang bisa digunakan di semua program studi. Kami menyesuaikan pendekatan berdasarkan karakteristik prodi dan kebutuhan mahasiswa, terutama dalam aspek pengelolaan kurikulum, dosen pengampu, hingga metode pembelajaran berbasis English Medium Instruction (EMI),” tambahnya.

Kegiatan benchmarking juga melibatkan diskusi dan observasi terhadap aspek kelembagaan, akademik, SDM, rekrutmen mahasiswa, pendanaan, serta sistem penjaminan mutu. Delegasi Unwahas terdiri dari berbagai unsur pimpinan dan pengelola program studi, termasuk Wakil Rektor II dan III, Kepala Kantor Urusan Internasional dan Kerja Sama, Ketua LPM, serta para Ketua Program Studi penyelenggara kelas internasional di Unwahas.

Dengan terlaksananya kegiatan ini, diharapkan terbentuk pemahaman yang lebih mendalam tentang strategi internasionalisasi pendidikan tinggi yang kredibel dan berdaya saing global. Baik UII maupun Unwahas berkomitmen untuk terus menjalin sinergi dan kolaborasi demi peningkatan mutu pendidikan yang berkelanjutan. (IMK/AHR/RS)

Pring Pethuk Bamboofest 2025

Bambooland Indonesia (BLID) adalah sebuah organisasi sosial yang menyediakan waralaba gagasan hulu hilir pemuliaan dan pemanfataan bambu mendapatkan kepercayaan untuk memanfaatkan Layanan Dana Masyarakat untuk Lingkungan melalui  Dukungan Sumber Dana Kerja Sama Indonesia Norwegia  Tahap 2&3 [FOLU-NC2&3]. Layanan dana ini dikelola oleh Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup, Kementerian Lingkungan Hidup. Yang mendanai program Bamboo Scholae: Culinary Diplomacy untuk Peningkatan Ekonomi Sirkular Kawasan Tematik Bambu, dari sindikasi Bamboland Indonesia.

Rebung bambu sebagai salah satu khazanah kekayaan bahan makanan belum optimal pemanfaatannya sebagai menu kuliner di  Indonesia. Di sisi lain, permintaan arang bambu sebagai bahan memasak resto-resto bebakaran, bahan penjernih air, bahan penyerap kelembaban, dan lain-lain. Bahan arang aktif bambu juga digunakan untuk pemurnian air, penyerap gas berbahaya, bahan penahan api, purnian bahan bakar (katalis), sampai bahan makanan dan kosmetika.

Dari banyaknya kegunaan rebung bambu tersebut menginspirasi Bamboo Scholae atau Sekolah Bambu menggelar pelatihan Pembuatan Arang Bambu (Workshop Arangabu) dan Pelatihan Memasak Rebung Bambu (Rebung Reborn Workshop) selama 2 hari, Sabtu – Minggu (12-13/07) bertempat di Ballab atau Bamboo Living Labo yang dikelola oleh sindikasi Bambooland Indonesia sejak tahun 2017. Diikuti oleh 50 peserta warga lokal dan masyarakat yang berminat dengan syarat pendaftaran, berdedikasi dan menunjukkan motivasi lanjutan setelah program usai.

Yulianto P. Prihatmaji, selaku kolaborator Bambooland Indonesia mengatakan bahwa program ini merupakan usaha berkelanjutan sindikasi Bambooland Indonesia untuk terus memanfaatkan tegakan, program dan turunan bambu secara beradab dan lestari di Indonesia. Pelatihan ini mendatangkan narasumber peneliti dari Badan Riset Inovasi Nasional, Dr. Saptadi Darmawan dari Pusat Riset Biomassa dan Bioproduk menyampaikan kajian dan peluang produksi dan produk arang bambu dan asap cair. Narasumber lain, Rahayu Rahayu Sumartinah dari Dapoer Timoer Resto hadir untuk memasak 11 menu masakan berbahan dasar rebung bambu terdiri dari 3 menu makanan ringan dan 8 menu makanan utama.

Hasil pelatihan, Kata Yulianto, dirayakan dalam acara Rebung Bujana wujud Dahar Kembul Mustika Rasa Rebung, sebagai ungkapan syukur atas sewindu kehadiran Bambooland Indonesia (BLID). Delapan tahun layanan BLID disyukurayakan bersama peserta, warga dan tamu undangan diwujudkan dalam delapan menu masakan utama.

“Acara ini sebagai rangkaian Pring Pethuk Bamboofest yang dihelat rutin sejak 2022 di Sleman dalam berbagai ragam, skema dan skala kegiatan sebagai ruang aktivasi kesenian dan kebudayaan bambu di D.I. Yogyakarta. Diharapkan dari acara ini produk Arang Bambu dan Rebung Bujana bisa menjadi alat dan seni diplomasi kuliner rebung di level nasional dan internasional yang akan meningkatkan ekonomi sirkular di kawasan tematik bambu,” harap Ketua Program Studi Profesi Arsitek UII. (YPP/AHR/RS)

UII Aksi Bela Palestina

Ratusan mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII) berkumpul di pelataran Auditorium Prof. K.H. Kahar Muzakkir dalam sebuah aksi solidaritas bertajuk “Aksi Bela Palestina: Palestina Terluka, UII Membela”. Aksi ini menjadi bentuk nyata dukungan moral dan kemanusiaan dari sivitas akademika UII terhadap penderitaan rakyat Palestina yang hingga kini masih menghadapi genosida dan penjajahan oleh rezim Zionis Israel.

Aksi ini merupakan kolaborasi sejumlah Lembaga Dakwah di lingkungan UII, yakni KODISIA (Korps Dakwah Mahasiswa UII), TMUA (Takmir Masjid Ulil Albab), HAWASI (Hafidz Hafidzah Mahasiswa UII), UAM (UII Ayo Mengajar), DHM (Dakwah Hijrah Mahasiswa), dan LDK Al Fath. Bersama-sama, mereka menggelar acara yang berlangsung tepat setelah pelaksanaan salat Jumat dan melibatkan berbagai elemen masyarakat, termasuk anak-anak dan warga sekitar.

Acara dibuka oleh dua pembawa acara, Sinta Prasetya Dewi dan Muhammad Agus Kurniawan, yang memandu jalannya aksi dengan khidmat. Kemudian, suasana dibuat hening dan penuh haru ketika Muhammad Zaki Tasnim Mubarok dan Diha Maulana Yusuf membacakan puisi bertema kemanusiaan dan perjuangan Palestina. Salah satu penggalan puisinya menyayat hati peserta aksi:

“Biarlah aku mati sebagai puisi,
Biarlah aku hidup sebagai bait terakhir yang tak pernah tunduk.
Dan akupun diam, bisu, karena malu
tlah membiarkan anak sekecil itu mengajarkan makna iman dengan cara paling kejam.”

Pembacaan puisi ini menjadi pengingat bahwa tragedi kemanusiaan yang berlangsung di Palestina bukan hanya statistik, melainkan kisah pilu yang mengiris nurani. Setelah sesi puisi, giliran dua mahasiswa, Dimas Al Fath dan Alfin Ibnu Hady, menyampaikan orasi mereka. Dalam orasinya, Alfin dengan lantang menyerukan:

“Saudara saudari sekalian. Siang hari ini, di tengah awan yang mending ini, kita akan menunjukkan kepada para pemimpin dunia bagaimana seharusnya bertindak.”

Orasi tersebut disambut dengan pekikan takbir dan seruan solidaritas dari para peserta aksi yang memenuhi area pelataran auditorium. Mereka membawa poster-poster bertuliskan “Free Palestine”, “Stop Genocide”, dan “Humanity for All”, sebagai simbol perlawanan terhadap penjajahan dan dukungan terhadap kemerdekaan Palestina.

Puncak acara ditandai dengan pembacaan Pernyataan Sikap Mahasiswa UII oleh Rival Mustaba. Dalam pernyataan tersebut, mahasiswa UII menegaskan lima poin sikap terhadap tragedi kemanusiaan yang terjadi di Palestina yaitu Pertama, bertekad untuk terus berdiri bersama rakyat Palestina dan mendukung kemerdekaannya dari segala bentuk penjajahan. Kedua, mendesak seluruh negara di dunia untuk mengakui kemerdekaan Palestina dan memberikan keanggotaan penuh dalam forum-forum internasional. Ketiga, menuntut agar Israel diadili di mahkamah internasional sebagai penjajah dan pelaku kejahatan kemanusiaan.

Keempat, mendukung sikap Pemerintah Indonesia untuk tidak menjalin hubungan diplomatik dengan Israel dalam kondisi dan alasan apapun. Kelima, mendukung kebebasan berekspresi masyarakat internasional, termasuk di dunia kampus, dalam menyuarakan dukungan bagi Palestina. Poin-poin tersebut tidak hanya menjadi sikap simbolis, namun juga bentuk komitmen mahasiswa UII untuk terus menggaungkan perjuangan Palestina di berbagai ruang publik, baik melalui aksi nyata maupun kampanye sosial di media.

Acara diakhiri dengan pembacaan doa oleh Muhammad Farhan Shiddiq, yang memohon keselamatan dan kemerdekaan bagi rakyat Palestina serta keistiqamahan umat Islam di seluruh dunia untuk terus membela keadilan. Suasana haru menyelimuti akhir acara, di mana banyak peserta meneteskan air mata dan saling berpelukan sebagai bentuk simpati mendalam atas tragedi yang terus berulang di tanah para nabi.

Aksi ini menjadi bukti bahwa semangat kemanusiaan dan solidaritas masih hidup di kalangan mahasiswa, khususnya di lingkungan UII. Melalui kegiatan ini, mahasiswa tidak hanya menjadi pelajar di ruang kelas, tetapi juga menjadi agen perubahan yang membawa suara-suara kebenaran ke ranah publik. Dengan aksi damai dan bermartabat ini, mahasiswa UII menegaskan bahwa isu Palestina bukan hanya isu umat Islam, melainkan isu kemanusiaan yang seharusnya menggugah hati nurani siapa pun yang cinta perdamaian. (MFPS/AHR/RS)

Dalam upaya mewujudkan kawasan permukiman yang layak huni, terjangkau, dan berkelanjutan bagi masyarakat berpenghasilan rendah di Kota Yogyakarta, Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPKP) Kota Yogyakarta memulai kegiatan penanganan kawasan kumuh di RT 18 RW 04 Kelurahan Kotabaru pada Kamis (03/07). Kegiatan tersebut dilaksanakan dengan konsep penataan MAHANANNI (Perumahan dan Permukiman Layak Huni) melalui skema konsolidasi lahan, yang didanai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Yogyakarta Tahun Anggaran 2025.

Program tersebut bertujuan untuk mengurangi luasan kawasan kumuh sekaligus menuntaskan nilai scoring kumuh menjadi nol, serta menjadi bagian dari Kegiatan Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh di Kota Yogyakarta.

Program Studi Profesi Arsitek (PPAr), Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP), Universitas Islam Indonesia (UII) kembali berpartisipasi aktif dalam proses desain dan perencanaan terkait penataan permukiman kawasan kumuh lembah Code, Kotabaru. Melalui kegiatan mata kuliah Desain Advokasi, PPAr UII mendesain kawasan dan 33 unit rumah penduduk. Dalam program ini 10 rumah yang tidak layak akan dibangun ulang menjadi layak dan semuanya terhubung jalan kawasan lembah Code.

Wakil Rektor Bidang Kemitraan dan Kewirausahaan UII, Ir. Wiryono Raharjo, M.Arch., Ph.D., pada kesempatan tersebut mengemukakan bahwa program tersebut merupakan kerjasama DPUPKP Kota Yogyakarta dan Universitas Islam Indonesia. “Kegiatan ini merupakan sebuah laboratorium belajar bersama, yang juga dijalankan di Nairobi, Kenya. Kedepannya akan dijadikan contoh untuk pelaksanaan program yang sama di negara lain, yang dalam waktu dekat ini akan dilaksanakan di Brazil,” tuturnya.

Kaprodi Program Studi Profesi Arsitek FTSP UII, Dr. Ar. Yulianto P. Prihatmaji, S.T., M.T., IPM, IAI, menambahkan bahwa hasil perkuliahan Advocacy Design (Addes) PPAr UII yang berkolaborasi dengan program Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh (PPKPK) Kota Yogyakarta dihilirisasi menjadi gerakan Housing Improvement Program (Hi-Move). UII mengajak jejaring nasional dan internasional dengan menggandeng The Society for the Promotion of Area Resource Centres (SPARC) India yang mengalokasikan dana untuk pembangunan kawasan kumuh di luar India, dan Strategi Pengkajian Edukasi Alternatif Komunikasi (SPEAK) Indonesia. (YPP/MNDH/AHR/RS)

Beberapa waktu lalu, dalam perjalanan dari Jakarta, saya menyempatkan diri mengunjungi sebuah toko buku. Saya membeli sebuah buku berjudul How to Tell a Story karya Meg Bowles dan kawan-kawan (2023).

Mengapa buku ini saya beli? Saya teringat perjalanan ke beberapa musem yang ada Eropa. Koleksi yang mereka punya sepintas “terlihat biasa”, tetapi mereka mampu menghadirkan narasi yang menggugah dan kontekstual, narasi yang luar biasa. Kemampuan menarasikan peristiwa atau bercerita inilah yang perlu kita asah.

Kemampuan bercerita relevan untuk banyak konteks: interaksi personal, komunikasi profesional, penyampaian gagasan di ruang publik, penulisan ilmiah, hingga penulisan status di media sosial. Cerita yang baik dapat menjembatani jarak, membangun kepercayaan, dan memikat perhatian.

Sambutan ini terinspirasi beberapa gagasan dalam buku tersebut, terkait dengan bagaimana menceritakan pengalaman yang sifatnya personal. Meski perlu juga dicatat, artikel jurnal ilmiah atau buku juga intinya adalah bercerita (Angler, 2020). Gagasan atau temuan riset yang sama, bisa diceritakan dengan cara yang berbeda.

 

Cerita yang jujur

Buku tersebut mengingatkan kita bahwa kekuatan cerita personal tidak terletak pada kehebatan tokohnya, tapi pada kejujuran dan kerentanannya. Cerita yang mampu menggugah hati adalah cerita yang tidak dibuat-buat, yang menunjukkan sisi manusiawi—tempat di mana orang lain bisa melihat dirinya sendiri. Dalam konteks ini, kelulusan bukanlah akhir cerita, melainkan kelanjutan dari perjuangan yang sudah Saudara jalani, penuh warna dan emosi.

Kita sering tergoda untuk hanya menampilkan bagian yang indah dari perjalanan kita—kesuksesan, penghargaan, dan pencapaian. Padahal, cerita yang membekas justru sering berasal dari saat-saat kita tersandung. Saat merasa tidak cukup pintar. Saat nilai tidak sebaik harapan. Saat waktu hampir habis dan ide belum juga muncul. Tapi Saudara memilih bertahan. Di sanalah keajaiban narasi dimulai.

Dalam dunia yang makin dipenuhi dengan citra sempurna, keberanian untuk mengakui ketidaksempurnaan adalah tindakan radikal. Cerita tentang bagaimana Saudara pernah gagal, lalu bangkit, lebih jujur dan lebih kuat dibanding cerita kemenangan yang steril. Karena justru di saat-saat terendah, karakter diuji dan dibentuk. Dan di situlah orang lain bisa belajar, terinspirasi, dan terhubung secara emosional.

Cerita hidup bukan lomba pencitraan. Ia bukan katalog prestasi, melainkan perjalanan batin. Maka, tak perlu malu untuk bercerita tentang rasa takut, keraguan, atau kesedihan yang Saudara alami selama masa studi. Sebab, setiap detik yang Saudara lalui adalah bagian sah dari perjuangan, dan tidak satu pun dari itu sia-sia.

 

Menulis cerita hidup

Cerita yang layak dibagikan bukan yang membuat kita terlihat hebat, tapi yang menunjukkan kita tetap berusaha meski keadaan sulit. Dan orang-orang tidak terinspirasi karena kita tak pernah jatuh, melainkan karena kita selalu berusaha bangkit. Cerita seperti inilah yang membentuk empati, memantik semangat, dan menumbuhkan rasa percaya bahwa setiap orang punya ruang untuk berkembang.

Kegagalan bukan tanda bahwa Saudara lemah, tetapi bahwa Saudara sedang belajar. Bahkan, keberhasilan hari ini tidak berdiri sendiri. Ia dibentuk dari akumulasi keberanian di masa-masa sulit. Maka, jika Saudara hari ini berdiri di panggung kelulusan, itu bukan karena tidak pernah gagal, tetapi karena tidak menyerah ketika gagal.

Kelak, saat Saudara berkarya dan memimpin, ceritakanlah perjuangan itu. Jangan hanya bercerita tentang apa yang dicapai, tapi juga tentang apa yang dikorbankan, tentang luka yang sembuh perlahan, tentang air mata yang berubah menjadi kekuatan. Dunia yang kita nikmati hari ini disusun dari berjuta ketidaksempurnaan di masa lampau. Dunia tidak butuh lebih banyak kesempurnaan; ia butuh lebih banyak kejujuran.

Ingatlah: cerita paling kuat adalah yang paling manusiawi. Manusiawi berarti berani mengakui bahwa kita pernah goyah, pernah salah, tapi terus memilih berjalan. Sebagian episode cerita itu sudah Saudara susun di kampus ini.

Cerita seperti apa yang Saudara bayangkan untuk disampaikan ke anak cucu, tergantung dengan rangkaian ikhtiar baik selama mengemban beragam peran dan tanggung jawab selepas wisuda. Saya berharap di sana tidak ada cerita soal pengkhiatan, termasuk penyalahgunaan kewenangan dan korupsi.

Maka tulislah cerita hidup Saudara dengan tinta kejujuran, keberanian, dan harapan. Insyaallah, banyak orang siap mendengarkan, membacanya, dan terinspirasi.

 

Referensi

Angler, M. W. (2020). Telling science stories: reporting, crafting and editing for journalists and scientists. Routledge.

Bowles, M., Burns, C., Hixson, J., Jenness, S. A., & Tellers, K. (2023). How to tell a story: The essential guide to memorable storytelling from The Moth. Crown.

 

Sambutan pada acara wisuda Universitas Islam Indonesia, 28-29 Juni 2025.

Fathul Wahid

Rektor Universitas Islam Indonesia 2022-2026