Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) mengadakan kegiatan English for Office Communication: Basic Public Speaking Skills for Campus Staff yang berlangsung di Gedung K.H. A. Wahid Hasyim, Kampus Terpadu UII pada Jum’at (26/09). Kegiatan ini diikuti oleh tenaga kependidikan FIAI UII dengan menghadirkan narasumber Jovan Andry Wijaya, S.Pd salah satu senior pengajar bahasa Inggris Cilacs UII.

Kelas ini resmi dibuka oleh Wakil Dekan Bidang Sumber Daya FIAI UII, Dr. Nur Kholis, S.Ag., S.E.I., M.Sh.Ec. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan rasa bangga atas terselenggaranya kegiatan ini sebagai bagian dari upaya peningkatan kapasitas bahasa asing bagi staf FIAI UII. “Program ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dasar berkomunikasi dalam bahasa Inggris, sehingga seluruh divisi di FIAI UII mampu memberikan pelayanan yang lebih luas, bahkan kepada pihak internasional, tanpa terkendala bahasa. Semua itu tetap berlandaskan nilai Islami,” ungkapnya.

Dalam kegiatan tersebut seluruh peserta sangat antusias mengikuti materi yang diberikan oleh pengajar, program peningkatan kompetensi bahasa asing ini sebelumnya juga telah dilaksanakan untuk staf kependidikan di berbagai unit di lingkungan UII, antara lain Program Studi Farmasi, Informatika, Teknik Kimia, Badan Sistem Informatika, Direktorat Sumber Daya Manusia, serta Yayasan Badan Wakaf UII.

Sebagai pusat pengembangan bahasa, CILACS UII berkomitmen untuk terus berkontribusi dalam peningkatan kemampuan bahasa asing, tidak hanya bagi mahasiswa, tetapi juga tenaga kependidikan dan dosen. Melalui kegiatan seperti ini, UII meneguhkan langkahnya menuju kampus berkelas internasional dengan tetap menjaga nilai-nilai keislaman. (ANK/AHR/RS)

CILACS Universitas Islam Indonesia (UII) menerima kunjungan dari Indonesian International Education Foundation (IIEF) Jakarta dalam rangka diskusi, evaluasi, dan monitoring pelaksanaan TOEFL ITP Test pada Senin (15/09). IIEF sendiri merupakan  institusi non-profit yang didirikan pada tahun 1982. Memiliki misi dan komitmen dalam pengembangan bangsa Indonesia melalui pendidikan bertaraf Internasional. IIEF merupakan afiliasi dari IIE (Institute of Education International) yang memiliki 4 program utama yaitu scholarship & fellowship management, capacity building, service to education, dan testing & certification. Untuk menjalankan program-program tersebut IIEF bekerjasama dengan berbagai institusi seperti USAID, Ford Foundation, Cargil, Paiton, Kedutaan Amerika, Prometric dan Educational Testing Service (ETS).

Kunjungan yang berlangsung di kantor CILACS UII Demangan, dari IIEF diwakili oleh  Ditya Putri selaku Operations Coordinator IIEF Jakarta. Kehadirannya diterima  oleh Kepala Cilacs UII, Ratna Roostika, SE., MAC, Ph.D yang diwakili Yusuf Arief (Kepala Departemen Layanan Tes), Sudharmanto (Koordinator International Test Program), Suprihatin (Kepala Departemen Akademik), Aditya Suci (Kepala Departemen Pemasaran), Dinar Darundini (Staf Pemasaran), serta Aisyiyah (Kepala Departemen Keuangan).

Dalam pertemuan tersebut, kedua lembaga memaparkan perkembangan penyelenggaraan TOEFL ITP di Yogyakarta sekaligus membahas berbagai kendala yang dihadapi. Sebagai official venue test center di Yogyakarta sejak tahun 2003, CILACS UII menekankan bahwa tingginya minat masyarakat mengikuti TOEFL ITP Test didorong oleh banyaknya program beasiswa di Indonesia saat ini, seperti LPDP, yang mensyaratkan sertifikasi TOEFL ITP. Dan Cilacs UII yang sudah terpercaya dan memiliki reputasi puluhan tahun tentu saja siap memberikan pelayanan terbaiknya.

CILACS UII melalui manjamennya juga menyampaikan harapan adanya dukungan program-program kerjasama dari IIEF, khususnya terkait peningkatan kualitas layanan, termasuk percepatan penyampaian hasil tes bagi peserta. Menanggapi hal tersebut, Ditya Putri dari IIEF Jakarta menyatakan komitmennya untuk memperkuat kolaborasi dan membuka peluang kerja sama lebih lanjut demi peningkatan mutu pelaksanaan TOEFL ITP Test di Indonesia.(ANK/AHR/RS)

Pusat Studi Agama dan Demokrasi (PSAD) Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar Serial Diskusi Online #7 bertajuk “Urgensi RUU Perampasan Aset: Peluang dan Tantangannya”, Rabu (24/9). Acara ini menghadirkan dua narasumber utama, yakni Sugeng Purnomo, mantan Deputi Bidang Koordinasi Hukum dan HAM Kemenko Polhukam RI, serta Zainal Arifin Mochtar, dosen Fakultas Hukum UGM sekaligus peneliti Pusat Kajian Antikorupsi (PUKAT) FH UGM. 

Ketua PSAD UII, Prof. Masduki, dalam sambutannya menekankan pentingnya RUU Perampasan Aset sebagai langkah strategis melawan gurita korupsi dan kejahatan terorganisir yang menghambat demokrasi. Ia menilai situasi saat ini menuntut kebijakan ekstra untuk mendorong sense of emergency di kalangan pembuat kebijakan. “kita lihat bagaimana pentingnya ini untuk mengatasi masalah masalah akut itu sendiri sekaligus juga memberi peluang bagaimana negara ini bisa sehat lebih lanjut bisa menegak amanah reformasi yaitu demokrasi itu sendiri”.

Sugeng Purnomo dalam paparannya menjelaskan bahwa RUU Perampasan Aset memiliki roh utama berupa mekanisme perampasan aset hasil kejahatan tanpa menunggu putusan pidana. Menurutnya, hal ini penting untuk mencegah aset haram dipindahkan atau dialihkan selama proses hukum berlangsung. Ia mengingatkan bahwa pemahaman publik perlu diluruskan agar tidak muncul kekhawatiran berlebihan bahwa aset masyarakat bisa dirampas sembarangan. Sugeng juga mengusulkan agar partisipasi publik diperkuat, tata kelola lembaga penegak hukum dibenahi, dan mekanisme pengawasan pengadilan dioptimalkan guna mencegah penyalahgunaan kewenangan.

Sementara itu, Zainal Arifin Mochtar menyoroti aspek konstitusional dan kelembagaan dari RUU ini. Menurutnya, nomenklatur “perampasan aset” sebaiknya diperluas menjadi asset recovery atau pemulihan aset, karena pengelolaan aset pasca-perampasan sama pentingnya dengan proses perampasannya. Ia juga mengingatkan potensi pelanggaran hak asasi manusia apabila regulasi tidak dirancang dengan hati-hati. “Prinsip partisipasi publik dan pengawasan perlu diperkuat agar undang-undang ini tidak justru menimbulkan masalah baru,” jelasnya.

Zainal juga menyoroti desain kelembagaan yang idealnya tidak hanya bertumpu pada kejaksaan. Ia mendorong pendekatan multi-stakeholder, misalnya melibatkan lembaga khusus atau kerja sama dengan sektor lain, untuk memastikan aset yang dirampas dapat dikelola secara optimal dan transparan.

Dalam sesi tanya jawab, peserta menanyakan bagaimana menyeimbangkan kepentingan negara dalam mengamankan aset dengan perlindungan hak individu. Menanggapi hal ini, Sugeng menegaskan bahwa perlindungan hukum tetap tersedia, misalnya melalui mekanisme keberatan di pengadilan, meski aset tetap bisa dikejar apabila terbukti berasal dari tindak pidana. Zainal menambahkan bahwa produk hukum ini harus berbentuk undang-undang, bukan sekadar peraturan pemerintah, agar benar-benar mencerminkan representasi rakyat melalui kontrak sosial.

Diskusi yang dihadiri lebih dari 270 peserta menegaskan bahwa pengesahan RUU Perampasan Aset merupakan kebutuhan mendesak bagi Indonesia. Meski demikian, implementasinya perlu disertai dengan pembenahan regulasi, penguatan tata kelola penegakan hukum, partisipasi publik yang luas, serta transparansi di setiap tahap proses. Dengan langkah tersebut, RUU ini diharapkan tidak hanya berfungsi sebagai instrumen pemberantasan korupsi, tetapi juga menjadi sarana pemulihan aset negara demi sebesar-besarnya kepentingan masyarakat. (ELKN/AHR/RS)

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Islam Indonesia (UII) kembali mengadakan seminar internasional The 2025 Fifth International Seminar on Science and Technology (5th ISSTEC 2025). Seminar internasional ini digelar pada Selasa (23/09) di Auditorium Prof. K.H. Abdul Kahar Mudzakkir, Kampus Terpadu UII dengan format hybrid yaitu tatap muka dan daring melalui kanal zoom meeting.

Mengusung tema Recent Breakthroughs in Science, Technology, & Data Analysis, ISSTEC 2025 menghadirkan forum ilmiah internasional yang menyoroti terobosan terbaru di bidang sains, teknologi, dan analisis data. Ruang lingkup ISSTEC 2025 mencakup berbagai disiplin ilmu, mulai dari fisika teoritis dan eksperimental, kimia fisik, ilmu lingkungan, nanoteknologi, farmasi, statistika terapan, sains data, dan bidang terkait lainnya. Dengan perkembangan sains dan teknologi yang pesat, ISSTEC 2025 hadir sebagai ruang untuk mendorong diskusi, berbagi gagasan inovatif, serta membangun kolaborasi yang dapat menjawab tantangan global maupun lokal.

ISSTEC merupakan konferensi akademik dua tahunan yang telah diadakan sejak tahun 2009 dan berlanjut pada 2019, 2021, dan 2023. Selama 16 tahun penyelenggaraannya, ISSTEC sukses menjadi forum ilmiah yang memberi dampak global dan menarik perhatian para peneliti dan akademisi dunia. Tahun ini, partisipan yang mengikuti sebanyak 634 orang yang berasal dari berbagai negara, di antaranya Taiwan, Jepang, Thailand, Amerika Serikat, Brazil, dan Malaysia yang berprofesi sebagai peneliti, akademisi, praktisi, serta mahasiswa sarjana maupun pascasarjana.

Pada tahun ini, ISSTEC 2025 menghadirkan sejumlah pembicara terkemuka dari berbagai negara. Pada sesi keynote speech, hadir Prof. Teruna Jaya Siahaan dari School of Pharmacy, University of Kansas, Amerika Serikat yang menyampaikan materinya secara daring, serta tiga pembicara lainnya yang hadir secara langsung, yaitu Prof. Hiroyuki Nakamura dari Institute of Science, Tokyo, Jepang, Assoc. Prof. Mullika Traidej Chomnawang dari Mahidol University, Thailand, dan Prof. Daniel Wei-Chung Miao dari National Taiwan University of Science and Technology, Taiwan.

Selain itu, ISSTEC 2025 juga menghadirkan plenary speakers yang memperkaya diskusi akademik, di antaranya Assoc. Prof. ChM. Dr. Normah Binti Awang dari Universiti Kebangsaan Malaysia. Dari internal Universitas Islam Indonesia, turut menjadi pembicara yakni Dr. Sci. Dhina Fitriastuti, S.Si., M.Sc., Dr. Raden Bagus Fajriya Hakim, S.Si., M.Si., Ayundyah Kesumawati, S.Si., M.Si., Dr. apt. Oktavia Indrati, S.Farm., M.Sc., dan Dr. apt. Aris Perdana Kusuma, S.Farm., M.Sc.

Sejalan dengan tema ISSTEC, Rektor UII, Fathul Wahid memberikan pengingat penting dalam sambutannya. Fathul Wahid mengutip survei dari Ipsos Global Trust Trustworthiness Index 2024 terhadap 23.500 responden dari 32 negara bahwa ilmuwan menempati peringkat kedua sebagai profesi yang paling dipercaya di dunia dengan 56% responden menyatakan percaya pada ilmuwan. Menurutnya, hasil survei ini menjadi pengakuan yang luar biasa sekaligus tanggung jawab yang serius bagi para ilmuwan.

“Ini berarti masyarakat mengharapkan kita tidak hanya menghasilkan pengetahuan yang dapat diandalkan, tetapi juga mengomunikasikan temuan kita dengan jelas, berinteraksi dengan pembuat kebijakan, dan membagikan ilmu pengetahuan secara terbuka kepada publik. Kita harus menjaga kepercayaan ini melalui integritas, transparansi, dan relevansi dalam pekerjaan kita, sehingga ilmu pengetahuan terus menjadi panduan dalam mencari solusi terhadap tantangan zaman,” ungkap Fathul Wahid.

Lebih lanjut, Dekan FMIPA UII, Prof. Riyanto, S.Pd., M.Si., Ph.D., menyampaikan harapan agar seminar ini tidak hanya menjadi ajang akademik yang produktif, tetapi juga mampu memperkaya wawasan, memperluas jejaring profesional, serta memantik kolaborasi baru yang dapat berkontribusi bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, baik di Indonesia maupun di tingkat global. Beliau juga berharap seluruh rangkaian kegiatan ISSTEC 2025 dapat berjalan dengan lancar, memberikan pengalaman berharga, serta meninggalkan kesan mendalam bagi seluruh peserta. (VA/AHR/RS)

Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar acara Diskusi dan Peluncuran Buku Mengamati Islam di Indonesia 1971-2023 pada Selasa (23/09) di Gedung Kuliah Umum Prof. Dr. Sardjito, Kampus Terpadu UII. Buku ini merekam kajian antropologi budaya Islam Indonesia selama 52 tahun.

Prof. Emeritus Mitsuo Nakamura dikenal sebagai antropolog asal Jepang yang menaruh perhatian besar pada perkembangan Islam di Indonesia sejak awal 1971. Ia melakukan penelitian mendalam, terutama terkait gerakan Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, dan dinamika Islam kultural yang menjadikannya salah satu rujukan penting bagi kajian Islam di tanah air.

Buku ini merangkum perjalanan panjang riset Prof. Nakamura selama lebih dari lima dekade yang menyoroti tidak hanya perkembangan Islam di Indonesia, tetapi juga menelaah interaksi umat muslim Indonesia dengan tradisi, modernitas, dan perubahan sosial-politik.

“Buku ini bukan sekadar kumpulan esai, melainkan sebuah lensa panjang yang memungkinkan kita menengok perubahan sosial, kultural, dan keagamaan bangsa ini selama lima dekade terakhir. Menariknya, meskipun tulisan pertama dalam buku ini ditulis pada tahun 1971, cakupannya jauh melampaui rentang waktu tersebut,” ungkap Rektor UII, Fathul Wahid dalam sambutannya.

Menariknya dalam buku ini, lanjut Fathul Wahid memiliki makna istimewa untuk UII yang dituliskan dalam salah satu esai yang mengulas Prof. K.H. Abdul Kahar Mudzakkir, Rektor pertama UII dan tokoh gerakan pembaruan Islam di Indonesia. Melalui tulisan ini, pembaca dapat melihat gagasan dan perjuangan beliau, baik dalam pendidikan maupun dakwah yang menjadi bagian dari arus besar transformasi Islam Indonesia.

“Irisan ini mengingatkan kita bahwa perjalanan UII bukanlah entitas yang berdiri sendiri, melainkan bagian dari ekosistem keilmuan dan gerakan sosial-keagamaan yang turut membentuk wajah bangsa,” ungkap Fathul Wahid.

Fathul Wahid menegaskan bahwa peluncuran buku ini bukan hanya dimaksudkan untuk mengenang perjalanan, tetapi juga untuk melihat trajektori Islam Indonesia ke depan. Menurutnya, buku tersebut penting dalam menjaga warisan keterbukaan, moderasi, dan peran sosial-keagamaan yang telah lama menjadi ciri khas Islam di Indonesia. Ia menilai, karya Prof. Nakamura ini dapat membantu mendesain masa depan dengan memahami akar-akar yang membentuk kondisi saat ini.

Sementara itu, Prof. Mitsuo Nakamura yang hadir langsung dalam acara diskusi dan peluncuran menyampaikan keyakinan akademisnya secara jujur dan obyektif tentang gerakan Islam di Indonesia. Ia ingin memberikan pengetahuan yang cukup kepada pembaca tentang gerakan Islam di Indonesia.

“Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penelitian saya ini. Jadi ini dituliskan sama saya sebagai tanda terima kasih untuk orang-orang yang sudah membantu saya. Menurut keyakinan akademis saya sebagai antropolog, kalau hasil penelitian dituliskan hasilnya diberikan kepada orang-orang yang telah membantu, itu etika menurut saya,” ungkap Prof. Nakamura.

Acara ini dilanjutkan dengan diskusi dengan menghadirkan beberapa narasumber dari berbagai kalangan diantaranya Achmad Charris Zubair (budayawan), Prof. Dr. Drs. Yusdani, M.Ag (profesor hukum perdata Islam UII), Dr. Muhammad Najib Azca (dosen Sosiologi UGM), dan Prof. Dr. Phil. Al Makin, M.A (Guru Besr Filsafat UIN Sunan Kalijaga), bertindak sebagai moderator Dr. Trias Setiawati (Kepala Pusat Studi Gender UII). (AHR/RS)

Universitas Islam Indonesia (UII) menyelenggarakan Rapat Tinjauan Manajemen Sistem Penjaminan Mutu Universitas (RTM SPMU) pada Senin (22/09) di Gedung Kuliah Umum Prof. Dr. Sardjito. Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari Audit Mutu Internal (AMI) Tahun 2025 dengan rangkaian visitasi telah dilaksanakan pada 28 Agustus hingga 16 September 2025 melibatkan seluruh unit di UII. RTM sebagai tahapan berjenjang dilaksanakan di lingkup fakultas (RTM-SPMF) pada 15-18 September 2025. Dengan demikian, seluruh hasil audit dan evaluasi dari unit-unit di fakultas dihimpun, dibahas, dan dirumuskan dalam forum tingkat universitas.

RTM-SPMU merupakan forum refleksi bersama atas hasil audit mutu internal sekaligus sebagai ruang untuk menetapkan strategi perbaikan dan peningkatan. RTM SPMU tahun ini  memiliki makna khusus karena menjadi RTM terakhir bagi jajaran pimpinan universitas periode 2022-2026. Agenda yang dibahas dalam RTM yaitu hasil audit mutu internal, evaluasi umpan balik pelanggan, dan evaluasi kinerja unit (pencapaian sasaran, rencana, dan standar mutu). Selain itu, juga dibahas penanganan tindakan pencegahan dan koreksi, tindak lanjut RTM periode sebelumnya, perubahan yang dapat memengaruhi SPM, dan rekomendasi untuk peningkatan standar.

Acara dipandu oleh dosen Fakultas Hukum (FH) UII, Siti Rahma Novikasari, S.H., M.H. dan hasil Audit Mutu Internal (AMI) disampaikan langsung oleh Rektor UII, Fathul Wahid. Laporan mencakup seluruh unit di UII, mulai dari dekanat, jurusan, program studi di semua jenjang, badan, direktorat, pusat studi universitas, laboratorium ISO 17025, hingga jajaran rektorat. Dalam pemaparannya, Fathul menyoroti empat poin penting evaluasi. Pertama, mengenai persentase jumlah pendaftar, khususnya pada program sarjana yang masih menjadi indikator utama dalam sejumlah akreditasi.

Kedua, tingkat kelulusan mahasiswa tepat waktu sesuai masa tempuh kurikulum yang dalam instrumen penilaian dikenal sebagai persentase mahasiswa angkatan TS-4 yang sudah lulus. Ketiga, ketepatan waktu penyerahan nilai oleh dosen. Keempat, tingkat kehadiran dosen yang juga menjadi aspek penting dalam menjaga mutu pembelajaran. Selain itu, laporan AMI 2025 juga memotret capaian riset, publikasi, dan pengabdian kepada Masyarakat yang perlu diperkuat untuk mendukung pencapaian Sasaran Mutu, Rencana Strategis UII, dan standar akreditasi nasional maupun internasional.

Usai penyampaian hasil AMI rapat dilanjutkan dengan sesi diskusi untuk membahas berbagai rekomendasi tindak perbaikan. Dalam sesi ini, peserta rapat menyampaikan umpan balik dan saran perbaikan yang relevan dengan unit masing-masing. Hasil diskusi tersebut nantinya akan dirumuskan dalam Surat Keputusan (SK) Rektor yang bersifat mengikat. SK ini akan menjadi acuan tindak lanjut pada periode kepemimpinan berikut serta akan diintegrasikan ke dalam Rapat Kerja (Rakorja) universitas dan fakultas.

Dengan semangat rahmatan lil-‘alamin, RTM-SPMU 2025 semakin menegaskan komitmen UII untuk terus meningkatkan mutu pendidikan, memperkuat tata kelola, serta menyiapkan transisi kepemimpinan yang berkelanjutan. (RM/MKLW/AHR/RS)

Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK Ormawa) Jafana Universitas Islam Indonesia (UII) menyelenggarakan pelatihan pembuatan Nitrobacter dilaksanakan pada Senin (22/09)  di Lahan Ketahanan Pangan BUMKal Sambirejo, sebagai kelanjutan dari workshop IMO-1.
Nitrobacter merupakan bakteri penting dalam siklus nitrogen yang mengoksidasi ion nitrit (NO₂⁻) menjadi ion nitrat(NO₃⁻), dan pelatihan ini bertujuan memberdayakan petani untuk memproduksi Nitrobacter sendiri guna meningkatkan kesuburan tanah dan efisiensi penyerapan nitrogen oleh tanaman sebagai bagian dari program pertanian berkelanjutan. Kegiatan diikuti oleh Tim Pelaksana, Dosen Pembimbing, dan Komunitas Sri Binangun dengan narasumber Bapak Raisdari BPTPH.
Metode pelaksanaan meliputi pemaparan materi teori tentang siklus nitrogen dan peran Nitrobacter dalam ekosistem tanah, demonstrasi langsung pembuatan kultur Nitrobacter dengan teknik yang tepat, praktik pembuatan oleh peserta dengan pendampingan langsung dari narasumber untuk memastikan hasil optimal, serta diskusi dan tanya jawab teknis mengenai aplikasi di lapangan. Hasil pelatihan menunjukkan bahwa peserta mampu membuat kultur Nitrobacter secara mandiri, pemahaman meningkat tentang pentingnya bakteri nitrifikasi dalam siklus nutrisi tanaman, terbentuk formulasi Nitrobacter yang siap aplikasi, dan terbuka potensi penghematan biaya pupuk nitrogen hingga 30% dengan produksi bio-pupuk sendiri. Pelatihan berhasil meningkatkan kapasitas petani dalam memproduksi bio-pupuk Nitrobacter, dan integrasi teknologi ini dengan IMO 1 menunjukkan potensi besar dalam pengembangan sistem pertanian organik berkelanjutan yang lebih efisien dan ramah lingkungan. (SAA/AHR/RS)
Gambar diambil dari pexels.com

Hari ini kita berkumpul dalam sebuah momen yang istimewa: peluncuran dan diskusi buku yang menghimpun karya-karya Prof. Mitsuo Nakamura selama lebih dari setengah abad—dari 1971 hingga 2023—yang menelusuri denyut nadi perkembangan Islam di Indonesia. Buku ini bukan sekadar kumpulan esai, melainkan sebuah lensa panjang yang memungkinkan kita menengok perubahan sosial, kultural, dan keagamaan bangsa ini selama lima dekade terakhir.

 

Memahami akar gerakan Islam

Menariknya, meskipun tulisan pertama dalam buku ini ditulis pada tahun 1971, cakupannya jauh melampaui rentang waktu tersebut. Prof. Nakamura mengajak kita kembali menelusuri peristiwa-peristiwa penting jauh sebelum itu, termasuk dinamika umat Islam di tahun 1930-an. Dengan demikian, buku ini memberi kita bukan hanya potret kontemporer, tetapi juga pemahaman historis yang mendalam mengenai akar-akar gerakan Islam di Indonesia.

Bagi Universitas Islam Indonesia (UII), buku ini memiliki makna yang istimewa. Salah satu esai penting di dalamnya mengulas Prof. K.H. Abdul Kahar Mudzakkir—Rektor pertama UII dan tokoh gerakan pembaruan Islam di Indonesia. Melalui tulisan ini, kita dapat melihat bagaimana gagasan dan perjuangan beliau, baik dalam pendidikan maupun dakwah, menjadi bagian dari arus besar transformasi Islam Indonesia. Irisan ini mengingatkan kita bahwa perjalanan UII bukanlah entitas yang berdiri sendiri, melainkan bagian dari ekosistem keilmuan dan gerakan sosial-keagamaan yang turut membentuk wajah bangsa.

Sebagai seorang antropolog yang tekun sekaligus sahabat bagi banyak tokoh Islam Indonesia, Prof. Nakamura telah menjadi saksi perjalanan panjang Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, dan berbagai ekspresi Islam lainnya, dari masa kolonial hingga era reformasi. Perspektif lintas generasi inilah yang menjadikan buku ini berharga: ia membantu kita melihat bagaimana gagasan, konflik, dan rekonsiliasi terbentuk, serta bagaimana itu semua membentuk wajah Islam Indonesia hari ini.

 

Mendesain masa depan

Peluncuran buku ini penting bukan hanya untuk mengenang perjalanan, tetapi juga untuk melihat trajektori: ke mana Islam Indonesia akan bergerak ke depan? Bagaimana kita menjaga warisan keterbukaan, moderasi, dan peran sosial-keagamaan yang selama ini menjadi ciri Islam di Indonesia? Buku ini membantu kita mendesain masa depan dengan memahami akar-akar yang membentuk masa kini.

Di tengah dunia yang kian terpolarisasi, kita perlu terus merawat ruang dialog, menjaga integritas akademik, dan menghadirkan riset yang jujur sekaligus kritis. Dengan membaca dan mendiskusikan buku ini, kita diajak untuk belajar dari masa lalu, menguji pemahaman kita terhadap masa kini, dan merancang langkah-langkah yang lebih bijak untuk masa depan.

Para kademisi maupun praktisi dapat menjadikan buku ini sebagai sumber inspirasi dan pijakan dalam membangun masyarakat yang inklusif dan berkeadaban. Semoga diskusi yang akan berlangsung hari ini memperkaya wawasan kita semua.

Sambutan pada acara Peluncuran dan Diskusi Buku Prof. Mitsuo Nakamura: Mengamati Islam Indonesia: 1971–2023, di Universitas Islam Indonesia pada 23 September 2025

Fathul Wahid

Rektor Universitas Islam Indonesia 2022-2026

Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK Ormawa) Jafana Universitas Islam Indonesia (UII) menyelenggarakan workshop pembuatan IMO-1 (Indigenous Microorganism) yang dilaksanakan pada Senin (22/09) di Lahan Ketahanan Pangan BUMKal Sambirejo. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan dan mengaplikasikan teknologi mikroorganisme lokal sebagai pembenah tanah, dimana IMO-1 merupakan tahap awal dari rangkaian proses IMO 1-5 yang berfungsi meningkatkan kandungan dan komposisi tanah untuk mendukung ketahanan pangan berkelanjutan. Workshop diikuti oleh Komunitas Sri Binangun dengan menghadirkan Rais dari BPTPH (Balai Proteksi Tanaman Pertanian Hortikultura) sebagai narasumber.

Kegiatan dilaksanakan dengan metode pelatihan praktik langsung pembuatan IMO-1 , dimana peserta diberikan pembekalan teori tentang konsep IMO dan praktik pengumpulan mikroorganisme lokal dari lingkungan sekitar untuk dijadikan starter kultur. Workshop berhasil dilaksanakan dengan antusiasme tinggi dari seluruh peserta, dimana peserta mampu memahami konsep IMO-1 dan berhasil membuat IMO-1 sebagai starter untuk proses selanjutnya. Material IMO-1  yang dihasilkan siap untuk dikembangkan menjadi IMO 2-5 dalam tahapan berikutnya, dan diharapkan peserta dapat melanjutkan pembelajaran dengan workshop IMO tahap 2-5 secara berkelanjutan agar dapat mengaplikasikan teknologi ini secara optimal di lahan pertanian mereka untuk meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan pertanian. (SAA/AHR/RS)

Pusat Studi Perubahan Iklim dan Kebencanaan (PUSPIK) Universitas Islam Indonesia dan Yayasan Generasi Cerdas Iklim (GCI) bersama dengan dukungan pendanaan Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan dari PT. Arthaasia Finance (AAF), menyelenggarakan kegiatan Pendampingan Program Kampung Iklim (PROKLIM) di Kalurahan Banguntapan, Bantul pada Jum’at dan Sabtu (19-20/09). Kegiatan ini melibatkan partisipasi aktif dari perangkat desa, tokoh masyarakat, kader lingkungan, serta kelompok ibu-ibu PKK dari sebelas padukuhan yang ada di Banguntapan.

Dalam sambutannya, Lurah Banguntapan, Basirudin, menyampaikan rasa syukur dan apresiasinya kepada seluruh pihak yang telah berkolaborasi dalam kegiatan ini. Baginya, PROKLIM bukan sekadar program nasional, melainkan sarana nyata bagi desa kami untuk belajar, memperkuat kelembagaan, dan menghidupkan semangat warga agar peduli terhadap lingkungan.

 “Kami sangat mengapresiasi kehadiran tim CSR dari PT. Arthaasia Finance bersama Yayasan Generasi Cerdas Iklim dan PUSPIK UII. Kehadiran kegiatan ini menjadi motivasi bagi kami untuk semakin berbenah dan berproses. Kami berharap langkah kecil ini menjadi awal dari perjalanan panjang menuju Banguntapan sebagai PROKLIM Lestari,” harap Basirudin.

Ikrom Mustofa, Koordinator tim pendamping sekaligus Pendiri Yayasan Generasi Cerdas Iklim dan Dosen Jurusan Teknik Lingkungan UII, menekankan pentingnya menjadikan pendampingan PROKLIM ini sebagai program berkelanjutan.

“Kegiatan ini tidak berhenti hanya pada dua hari pelaksanaan. Program Pendampingan PROKLIM yang kami lakukan bersama mitra akan menjadi bagian dari pengabdian masyarakat yang berkesinambungan. Akademisi, praktisi, dan komunitas harus terus hadir dalam mengawal masyarakat agar tidak hanya memahami konsep, tetapi juga mampu menerapkan langkah-langkah adaptasi dan mitigasi perubahan iklim di lingkungannya sendiri. Kami percaya, kolaborasi lintas pihak ini akan memperkuat kapasitas desa-desa dalam menghadapi tantangan perubahan iklim,” jelas Ikrom.

Sementara itu, Tiro Nugroho, General Manager PT. Arthaasia Finance, mengungkapkan kegembiraannya melihat partisipasi warga dan keberhasilan kegiatan yang berlangsung selama dua hari. Menurutnya, CSR perusahaan tidak hanya sebatas bantuan finansial, melainkan juga komitmen untuk membangun masa depan yang lebih baik.

“Kami merasa sangat bangga dapat menjadi bagian dari perjalanan Kalurahan Banguntapan menuju PROKLIM Lestari. Melalui CSR ini, kami ingin menunjukkan bahwa sektor swasta bisa berkontribusi nyata dalam aksi iklim di tingkat komunitas. Melihat antusiasme bapak-ibu dukuh, kader lingkungan, serta ibu-ibu PKK, kami semakin yakin bahwa program ini akan memberikan dampak jangka panjang. Semoga kerjasama ini menjadi titik awal kolaborasi yang berkesinambungan dengan masyarakat dan dunia akademik,” jelasnya.

Dewi Wulandari, Direktur PUSPIK UII, menambahkan bahwa kolaborasi ini sejalan dengan misi perguruan tinggi untuk terlibat dalam pembangunan berkelanjutan. Ia menyatakan, kehadiran tim yang ia pimpin bukan hanya untuk memberikan pengetahuan, tetapi juga untuk belajar dari kearifan lokal yang sudah ada di masyarakat Banguntapan.

“PUSPIK UII melihat bahwa kolaborasi antara dunia akademik, masyarakat, dan korporasi menjadi model penting dalam menjawab tantangan perubahan iklim. Kami berterima kasih kepada PT. Arthaasia Finance dan Yayasan Generasi Cerdas Iklim yang telah membuka ruang kolaborasi ini. Semoga apa yang kita lakukan hari ini akan memberikan manfaat berkelanjutan bagi masyarakat Banguntapan,” tutur Dewi.

Lebih jauh, Ibnu Darmawan, tim pendamping yang juga Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi UII, menyoroti metode partisipatif yang diterapkan dalam kegiatan ini. Menurutnya, pendekatan yang dilakukan oleh tim PUSPIK UII bukan satu arah, tetapi berbasis partisipasi.

“Para dukuh dan kader yang hadir tidak hanya mendengar paparan, melainkan juga aktif terlibat dalam diskusi kelompok, melakukan self-assessment, dan menyusun ide-ide prioritas mereka sendiri. Dengan cara ini, masyarakat merasa memiliki program PROKLIM, bukan sekadar menjadi objek kegiatan. Proses bersama inilah yang akan membuat hasilnya lebih kuat dan berkelanjutan.”

Sebagai bentuk dukungan nyata, tim juga memberikan bantuan instrumen teknis kepada padukuhan berupa biopori dan komposter ke sebelas padukuhan yang ada di Banguntapan.

“Alat-alat ini sederhana tetapi berdampak besar dalam upaya mitigasi perubahan iklim, terutama dalam pengelolaan sampah organik dan perbaikan kualitas tanah. Kami ingin agar warga bisa langsung mempraktikkan apa yang sudah dipelajari dalam workshop, sehingga hasilnya lebih terasa dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Diah Ayu Prawitasari selaku Ketua Divisi Teknis kegiatan sekaligus Dosen Teknik Lingkungan UII.

Selain dari tim internal, kegiatan ini juga menghadirkan narasumber eksternal yaitu  Sri Wahyuningsih, pendiri Komunitas Banyu Bening yang membagikan pengalaman dan inspirasi tentang pemanenan air hujan sebagai strategi adaptasi.

“Air adalah sumber kehidupan. Melalui pemanenan air hujan, kita tidak hanya menghemat sumber daya, tetapi juga mengajarkan kepada generasi berikutnya pentingnya hidup selaras dengan alam. Saya berharap warga Banguntapan bisa menjadikan pemanenan air hujan sebagai kebiasaan, bukan sekadar proyek. Jika hal ini dilakukan secara konsisten, kita akan memiliki ketahanan air yang kuat di masa depan,” harapnya.

Tidak hanya di lapangan, kegiatan ini juga diperkuat dengan agenda strategis di kampus. Di sela acara, dilakukan kunjungan ke Universitas Islam Indonesia untuk menandatangani implementation agreement (IA) antara PT. Arthaasia Finance, Yayasan GCI, dan PUSPIK UII. Penandatanganan ini menjadi tonggak penting yang mempertegas komitmen semua pihak dalam melanjutkan kerja sama CSR di bidang lingkungan dan iklim.

Awaluddin Nurmiyanto, Ketua Jurusan Teknik Lingkungan UII, menyampaikan bahwa kerja sama ini adalah contoh nyata kolaborasi yang efektif. Ia menegaskan dengan program ini menunjukkan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) tidak serta merta hanya soal bantuan dana, tetapi juga bagaimana membangun program yang adaptif, partisipatif, dan berkelanjutan.

 “Saya sangat mengapresiasi langkah yang diambil PT. Arthaasia Finance bersama Yayasan Generasi Cerdas Iklim dan PUSPIK UII. Dengan melibatkan akademisi, masyarakat, dan pemerintah lokal, kita tidak hanya menguatkan PROKLIM Banguntapan, tetapi juga memberi contoh model kolaborasi yang bisa direplikasi di daerah lain,” ungkapnya

Kegiatan pendampingan PROKLIM Banguntapan ini menghasilkan sejumlah capaian penting: baseline kesiapan PROKLIM di sebelas padukuhan, Buku Panduan PROKLIM tingkat padukuhan, serta rencana prioritas kegiatan untuk beberapa tahun ke depan. Dengan dukungan alat mitigasi berupa biopori dan komposter, warga diharapkan segera dapat menerapkan praktik adaptasi dan mitigasi yang dipelajari.

Penutupan kegiatan ditandai dengan optimisme bersama bahwa Banguntapan dapat segera naik kelas dari PROKLIM Utama menuju PROKLIM Lestari dan memotivasi padukuhan lainnya untuk mendaftarkan wilayahnya ke sistem PROKLIM. Lebih dari itu, kegiatan ini menjadi bukti nyata bahwa kolaborasi triple-helix yaitu korporasi, akademisi, dan komunitas  mampu mendorong terciptanya aksi nyata menuju pembangunan rendah karbon dan berketahanan iklim. (IM/AHR/RS)