Ratusan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Daerah Istimewa Yogyakarta memadati Ruang Teatrikal Gedung Kuliah Umum, Prof. Dr. Sardjito, Kampus Terpadu Universitas Islam Indonesia (UII), pada Rabu (17/9). Mereka menghadiri Kajian Mahasiswa Muslim Jilid IV yang digelar Takmir Masjid Al Barkah LLDIKTI Wilayah V bekerja sama dengan UII dengan tema Islam, Etika, dan Keadilan: Solusi Islam untuk Negeri yang Terluka.

Acara ini diikuti oleh lebih dari 180 mahasiswa delegasi dari 92 perguruan tinggi yang berada di bawah koordinasi LLDIKTI Wilayah V. Dalam sambutannya, Prof. Setyabudi menegaskan pentingnya peran mahasiswa sebagai agen perubahan yang tidak hanya unggul dalam bidang akademik, tetapi juga kuat dalam hal akhlak dan moral. Ia menyoroti kondisi sosial mahasiswa di Yogyakarta yang belakangan ini memunculkan keprihatinan. Menurutnya, berbagai persoalan perilaku menyimpang membuat sebagian orang tua merasa khawatir menyekolahkan anak-anaknya di kota pelajar ini.

“Kondisi ini tentu memprihatinkan. Bahkan ada orang tua yang sampai takut menyekolahkan anaknya di Yogyakarta. Harapan kami, melalui kajian ini akan lahir secercah cahaya terang yang bisa menjadi inspirasi bagi mahasiswa untuk kembali meneguhkan nilai-nilai Islam, etika, dan keadilan,” ujar Prof. Setyabudi.

Puncak kegiatan diisi dengan kajian utama yang disampaikan oleh Ustadz Ahmad Sadzali, Lc., M.H. Dalam paparannya, Ia menekankan bahwa Islam menawarkan solusi menyeluruh bagi berbagai permasalahan bangsa. Menurutnya, keadilan dan etika adalah fondasi penting yang harus ditegakkan agar masyarakat dapat keluar dari krisis moral dan sosial.

Ustadz Sadzali juga menyoroti fenomena “matinya kepakaran” di era digital. Ia mengungkapkan keprihatinannya karena masyarakat saat ini cenderung lebih mempercayai pendapat influencer di media sosial dibandingkan para pakar yang memiliki kredibilitas keilmuan. “Ini fenomena yang miris. Popularitas seringkali lebih didengar daripada kompetensi. Jika hal ini terus dibiarkan, maka kebenaran bisa terkaburkan oleh opini yang dangkal dan menyesatkan,” tegasnya.

Menurutnya, mahasiswa memiliki tanggung jawab moral untuk tidak ikut terjebak dalam arus informasi yang menyesatkan. Ia mengajak generasi muda kampus untuk menghidupkan kembali budaya menghormati ilmu pengetahuan dan menjadikan para ahli sebagai rujukan utama dalam mencari kebenaran.

Antusiasme peserta terlihat sepanjang acara, banyak mahasiswa menilai topik yang diangkat sangat relevan dengan kondisi bangsa saat ini, terutama di tengah maraknya krisis keadilan sosial, degradasi moral, serta derasnya arus informasi yang tidak terverifikasi.

Melalui kegiatan ini, mahasiswa diharapkan tidak hanya memandang Islam sebatas ajaran spiritual, tetapi juga sebagai panduan etika yang mampu memberikan solusi nyata bagi berbagai problematika bangsa. Dengan demikian, generasi muda dapat berperan aktif mewujudkan negeri yang lebih adil, beradab, dan bermartabat. (ELKN/AHR/RS)

Tantangan kebebasan akademik

Dalam beberapa dekade terakhir, kebebasan akademik di perguruan tinggi menghadapi tantangan baru dari tiga arah (Rostan, 2010).

Pertama, relasi antara negara dan perguruan tinggi bergeser dari kontrol langsung menuju penyetiran jarak jauh (distant steering): kita diberi otonomi yang lebih luas, namun disertai tuntutan akuntabilitas dan pengukuran kinerja yang ketat, bahkan pendanaan kini dikaitkan dengan performa.

Studi yang dilakukan oleh Pap (2020) menegaskan bahwa pendidikan tinggi dan sains seseringnya dianggap sebagai barang publik, tapi dalam praktiknya bisa diperlakukan seperti komoditas di bawah tekanan neoliberal. Di Hungaria, pergeseran budaya politik yang lembut mempunyai pengaruh terhadap kebebasan akademik: sensor sendiri (self-censorship), pembatasan topik kritis, atau pelemahan institusi yang seharusnya menjaga kebebasan akademik (Pap, 2020).

Kedua, di dalam perguruan tinggi, peran manajemen administratif semakin dominan. Ini adalah salah satu dampak pola pikir korporatisasi yang merupakan anak kandung neoliberalisme dana pendidikan tinggi. Efeknya, neoliberalisme memicu komersialisasi pendidikan tinggi: universitas dianggap sebagai institusi seperti bisnis, peneliti lebih bergantung pada pendanaan eksternal, dan kinerja serta produktivitas sering kali diukur berdasarkan variabel yang bersifat kuantitatif dan “terlihat” (Pap, 2020).

Profesionalisasi manajemen, atau korporatisasi, memang membantu mengelola mahasiswa dan riset yang kompleks, tetapi juga memperkuat kontrol internal yang dapat mempersempit ruang kekebasan akademik.

Korporatisasi dipercaya telah mendorong dunia akademik memasuki fase transisi yang penuh ketidakpastian ketika identitas dan tujuan perguruan tinggi tengah dipertaruhkan. Pergeseran menuju etos yang berorientasi konsumen mengancam untuk mengubah pendidikan dari sebuah proses pembentukan intelektual menjadi sekadar transaksi layanan (Alibašić et al., 2024).

Ketiga, tekanan dari ekonomi dan masyarakat semakin kuat. Perguruan tinggi diminta mendukung pembangunan, inovasi, dan menyiapkan lulusan siap kerja, sementara akademisi harus membuktikan relevansi riset dan pengajarannya bagi banyak pemangku kepentingan. Semua ini membawa manfaat, tetapi sekaligus menantang kemampuan kita menjaga kebebasan akademik sebagai fondasi kehidupan ilmiah.

 

Kebebasan akademik dan ekosistem politik

Di saat yang sama, dalam konteks yang lebih luas, temuan riset global selama hampir enam dekade menunjukkan bahwa kebebasan akademik sangat dipengaruhi oleh ekosistem politik. Demokrasi elektoral, parlemen bikameral, sistem pemilu proporsional, dan peradilan yang akuntabel terbukti memperkuat ruang kebebasan ini. Sebaliknya, sistem komunis menjadi hambatan terbesar bagi berkembangnya kebebasan akademik (Berggren & Bjørnskov, 2022).

Temuan ini mengingatkan kita bahwa kebebasan akademik bukan hanya persoalan internal kampus. Ia adalah cermin kesehatan politik suatu bangsa, dan hanya dapat tumbuh subur ketika lingkungan politiknya inklusif, adil, dan memberi ruang bagi kebebasan berpikir.

Perspektif ini sejalan dengan gagasan tanggung jawab intelektual, seperti yang digaungkan oleh Chomsky (Allot et al., 2019). Menurutnya, tanggung jawab utama seorang intelektual adalah mencari dan mengungkap kebenaran—terutama kebenaran yang disembunyikan atau diputarbalikkan oleh pemerintah, korporasi, atau media arus utama. Dalam esainya yang terkenal “The Responsibility of Intellectuals”, Chomsky menegaskan bahwa kewajiban intelektual adalah “to speak the truth and to expose lies.”

Lebih dari itu, intelektual dituntut untuk selalu bersikap kritis terhadap kekuasaan, khususnya kekuasaan negara, karena sering kali negara bertindak untuk melindungi kepentingan elite politik dan ekonomi, bukan kepentingan publik.

Tugas moral intelektual juga mencakup keberanian untuk menyuarakan kepentingan mereka yang tak bersuara, kelompok yang termarjinalkan, dan korban ketidakadilan. Sebab, diam di hadapan ketidakadilan sama artinya dengan menjadi bagian dari sistem yang menindas.

Abu Sa’id Al-Khudri meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: “Sesungguhnya, di antara bentuk jihad yang paling agung adalah menyampaikan perkataan yang adil di hadapan penguasa yang zalim.” (Jami’ At-Tirmidzi 2174)

 

Referensi

Alibašić, H., L. Atkinson, C., & Pelcher, J. (2024). The liminal state of academic freedom: Navigating corporatization in higher education. Discover education3(1), 7.

Berggren, N., & Bjørnskov, C. (2022). Political institutions and academic freedom: evidence from across the world. Public choice190(1), 205-228.

Pap, A. L. (2020). Academic freedom: A test and a tool for illiberalism, neoliberalism, and liberal democracy. The Brown Journal of World Affairs27(11), 1-22.

Rostan, M. (2010). Challenges to academic freedom: Some empirical evidence. European Review18(S1), S71-S88.

Allott, N., Knight, C., Smith, N., & Chomsky, N. (2019). The responsibility of intellectuals: reflections by Noam Chomsky and others after 50 years. UCL Press.

 

Sambutan pada Diskusi Kebebasan Akademik yang merupakan kerja sama antara Universitas Islam Indonesia dan The Indonesian Institute, Center for Public Policy Research, pada 18 September 2025

Fathul Wahid

Rektor Universitas Islam Indonesia 2022-2026

Yayasan Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia (YBW UII) menyelenggarakan Peresmian Rumah Peradaban Prof. KH. Abdul Kahar Mudzakkir dan Peluncuran  Prof. KH. Abdul Kahar Mudzakkir Center pada Selasa (16/09) di Kelurahan Purbayan, Kotagede, Kota Yogyakarta. Momentum bersejarah ini bertepatan dengan Milad YBW UII, sehingga menjadi penanda penting perjalanan yayasan dalam mengabdi bagi umat, bangsa, dan peradaban.

Acara ini akan dihadiri oleh sejumlah tokoh nasional dan daerah, di antaranya Ketua Umum Pengurus Yayasan Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia, Dr. Suparman Marzuki, S.H., M.Si dan Prof. Dr. Mahfud MD selaku narasumber yang juga Guru Besar Hukum Tata Negara Fakultas Hukum (FH) UII, serta Rektor Universitas Islam Indonesia, Fathul Wahid, bersama para tamu undangan lainnya.

Peresmian Rumah Peradaban Prof. KH. Abdul Kahar Mudzakkir merupakan ikhtiar merawat memorabilia pahlawan nasional sekaligus pendiri UII tersebut. Meski sederhana, rumah tinggal beliau menjadi saksi lahirnya berbagai gagasan kebaikan yang diwariskan hingga kini. Rumah ini telah direnovasi dengan tetap mempertahankan keasliannya melalui kurasi tim yang terdiri atas arsitek hingga ahli cagar budaya. Upaya ini menjadi bagian dari komitmen berkesinambungan untuk menjaga warisan bagi generasi mendatang.

“Kayu-kayu yang ada ini sebagian original, sebagian dicari ke berbagai tempat di Jawa Tengah agar menyerupai aslinya, sebagian dipertahankan. Sebagian tembok kalau Bapak Ibu lihat ini masih dijaga keasliannya, tidak diapa-apakan bahkan tidak dicat masih ada lumutnya agar memori menjadi lengkap. Karena kami ingat betul betapa sulitnya membangun kembali satu tempat dimana lahir dan pernah besar seorang pejuang,” ungkap Ketua Umum YBW UII ini.

Rumah Peradaban Prof. KH. Abdul Kahar Mudzakkir hadir sebagai ruang sejarah, seni, kebudayaan, sekaligus pemasyarakatan nilai-nilai luhur yang beliau wariskan. Kehadirannya diharapkan bukan hanya menjadi pengingat sejarah, tetapi juga wadah lahirnya gagasan baru serta media untuk mengenalkan figur Prof. Kahar kepada masyarakat luas.

“Semoga rumah peradaban menjadi momentum untuk merawat dan meneladan nilai-nilai luhur yang dijalankan dan diajarkan oleh Mbah Kahar, seorang intelektual, pejuang, tokoh yang visinya melampaui zamannya!,” harap Rektor UII, Fathul Wahid yang dituliskan dalam kanvas harapan.

Pada saat yang sama,  YBW UII juga meluncurkan Prof. KH. Abdul Kahar Mudzakkir Center. Lembaga ini lahir untuk mewarisi peran beliau sebagai ulama, intelektual, dan negarawan yang menanamkan fondasi Islam berpadu dengan keilmuan, kepedulian sosial, keterbukaan pemikiran, serta jejaring lintas bangsa. Semangat tersebut menjadi inspirasi lahirnya pusat ini, yang berkomitmen menjawab tantangan global mulai dari ketimpangan sosial, krisis kemanusiaan, hingga pembangunan berkelanjutan.

Prof. KH. Abdul Kahar Mudzakkir Center dirancang sebagai ruang yang menghubungkan kepedulian terhadap persoalan lokal dengan peluang global, sekaligus menghidupkan kembali semangat Prof. Kahar dalam membangun UII sebagai rumah terbuka bagi semua. Lembaga ini akan menjadi pusat unggulan Yayasan Badan Wakaf (YBW) UII dalam mengkoordinasikan pengabdian masyarakat berbasis filantropi Islam yang inovatif dan berkelanjutan sekaligus merelevansikan pemikiran Prof. KH Abdul Kahar Mudzakkir dalam menghadapi berbagai tantangan kontemporer.

Dengan Peresmian Rumah Peradaban Prof. KH Abdul Kahar Mudzakkir dan Peluncuran Prof. KH Abdul Kahar Mudzakkir Center, YBW UII berharap agar hal ini dapat menjadi upaya aktif untuk menyebarluaskan teladan dari para pendahulu dapat lestari hingga generasi mendatang. (SY/AHR/RS)

Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan(PPK Ormawa) Jafana Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar workshop pengendalian hama dan penyakit tanaman cabai untuk petani komunitas Sribinangun dilaksanakan pada Selasa (16/09) di Aula Kalurahan Pakembinangun. Workshop ini diselenggarakan sebagai respons terhadap kebutuhan petani dalam mengatasi permasalahan hama dan penyakit tanaman cabai di wilayah Sleman, dimana dengan karakteristik tanah lokal yang bertekstur berpasir dan tantangan penggunaan pupuk kimia yang tidak tepat, diperlukan pendekatan holistik dalam pengelolaan lahan dan tanaman yang berkelanjutan.

Tujuan workshop adalah meningkatkan pemahaman petani tentang karakteristik tanah lokal dan pengelolaannya, memberikan pengetahuan teknik pemupukan yang tepat dan ramah lingkungan, memperkenalkan teknologi Indigenous Microorganism (IMO) untuk pengelolaan mikroorganisme tanah, serta memberikan solusi praktis terhadap masalah daun keriting akibat pupuk kimia berlebihan. Kegiatan dihadiri oleh petani Komunitas Sribinangun dengan narasumber ahli dari BPTP (Balai Penelitian Teknologi Pertanian).

Pelaksanaan workshop dilakukan melalui pemaparan materi oleh narasumber tentang karakteristik tanah, pemupukan, dan teknologi IMO, diskusi interaktif berupa sesi tanya jawab dan sharing pengalaman antar petani tentang kendala di lapangan, demonstrasi praktis pembuatan pupuk organik cair (POC) dan pengenalan alat pengukur pH tanah, serta pendampingan teknis berupa bimbingan langsung teknik pecah cabang dan aplikasi kalium-kalsium.

Workshop berhasil mengidentifikasi bahwa penggunaan pupuk kimia berlebihan menyebabkan daun keriting dan pertumbuhan tanaman cabai terhenti, dan memperkenalkan pengetahuan baru tentang pentingnya pH meter untuk mengukur keasaman tanah, penggunaan H₂O₂ untuk sterilisasi, teknologi IMO untuk ekstraksi mineral alami, pembuatan POC dari kombinasi urin sapi, unggas, dan air kelapa, pupuk organik melalui fermentasi kotoran ternak selama 30 hari, serta teknik pecah cabang untuk optimalisasi pertumbuhan. Melalui pendekatan organik dan berkelanjutan ini, petani memperoleh pemahaman komprehensif tentang pengelolaan tanah, pembuatan pupuk organik alternatif, dan pentingnya menjaga keseimbangan mikroorganisme tanah. (SAA/AHR/RS)

Universitas tidak hanya berfokus pada ilmu pengetahuan dan penelitian, tetapi juga berkomitmen membentuk wirausahawan muda. Upaya ini menjadi langkah strategis untuk menghadirkan generasi yang berwawasan luas sekaligus berdaya cipta tinggi.

Dalam upaya mewujudkan komitmen tersebut, Universitas Islam Indonesia (UII) bersama UPZ  Baznas PT. Bank Permata Tbk dan Dompet Dhuafa menggelar Grand Launching Program Kantin Kontainer pada Senin (15/09) di Kawasan Embung Kladuan, Kampus Terpadu UII.

Tidak hanya membuka kantin kontainer, kegiatan ini juga bersamaan dengan kerja sama beasiswa UPZ yang secara resmi ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman oleh Rektor UII, Fathul Wahid dan Division Head of Shariah Advisory & Governance PT. Bank Permata Tbk, Habibullah Lc.,SE.,M.Si.

Dalam sambutannya, Rektor UII Fathul Wahid menyambut baik program ini. Ia berharap hadirnya kantin kontainer dapat memperkuat ekosistem kewirausahaan di kalangan mahasiswa UII yang telah dibangun sejak awal 2000-an melalui mata kuliah wajib universitas, pembinaan bisnis mahasiswa, hingga pendampingan UMKM baik secara mandiri maupun bekerja sama dengan dinas terkait di Kabupaten Sleman dan Provinsi DIY.

“Harapannya adalah akan mendorong pembangunan entrepreneurial mindset yang tidak harus dalam bentuk membangun usaha sendiri, tapi juga terkait dengan pola pikir risk taking, inovasi, dan lain-lain. Bisa juga diterapkan dalam pola pikir intrapreneurship yang bisa diwujudkan dalam organisasi atau perusahaan seperti bagaimana sensitivisme melihat peluang, mitigasi risiko, dan lain sebagainya,” ungkap Rektor UII ini.

Sementara itu, Direktur Program Pemberdayaan Dompet Dhuafa, Anna Rahmawati mengatakan program kantin kontainer di UII ini merupakan kantin yang ke-11 sejak dibuka tahun 2016. Saat ini, sudah menyebar ke beberapa provinsi hingga Sulawesi Utara tepatnya Manado.

“Alhamdulillah yang sudah dibuka itu (kantin kontainer -red) dapat memberikan pada manfaat bagi penerimanya . Sehingga kami (Dompet Dhuafa -red) mencoba buka lagi di titik-titik yang lain, kami punya harapan hingga tahun 2026 bisa mencapai 30 kantin,” harap Anna.

Berdasarkan data Dompet Dhuafa, penerima manfaat program kantin kontainer dapat memperoleh tambahan penghasilan lebih dari Rp1 juta, tergantung tingkat keramaian kantin. Anna juga mengapresiasi UII yang menyediakan lokasi strategis dengan pemandangan Embung Kladuan untuk mendukung keberlangsungan program ini.

Pada kesempatan ini, Unit Pengumpul Zakat Badan Amil Zakat (UPZ Baznas) PT. Bank Permata Tbk menyerahkan dana beasiswa sebesar 150 juta rupiah untuk mahasiswa UII yang diserahkan langsung oleh Pengawas Dewan Syariah PT. Permata Bank Tbk., Prof. Dr. H. Jaih Mubarok, S.E.,M.H., M.Ag kepada Rektor UII, Fathul Wahid. Selain itu, grand launching ini ditandai dengan penyerahan giant check dan pemakaian apron kepada lima mahasiswa pengelola kantin kontainer UII. (AHR/RS)

Sehubungan dengan maraknya tindak penipuan yang dilakukan melalui telepon seluler dan aplikasi WhatsApp messenger, diimbau kepada seluruh mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII) untuk dapat meningkatkan kewaspadaan terhadap berbagai modus penipuan yang mengatasnamakan institusi resmi atau dari pihak tertentu.

Salah satu modus yang dilaporkan adalah tuduhan bahwa data pribadi mahasiswa, seperti NIK, KTP, atau rekening bank, digunakan dalam tindak kriminal. Pelaku kemudian mengarahkan mahasiswa untuk mengikuti sesi interogasi melalui aplikasi Zoom.

Menyikapi hal tersebut, para mahasiswa diharapkan untuk dapat memverifikasi terlebih dahulu tentang kebenaran informasi yang didapat dan melaporkan kepada pemegang otoritas baik di tingkat universitas maupun fakultas.

Layanan aduan:
WhatsApp: 082132796699
Email: [email protected]

Upaya internasionalisasi Universitas Islam Indonesia (UII) kembali memperoleh momentum. Kali ini, UII mendapat kesempatan menghadiri undangan dari Deutscher Akademischer Austauschdienst (DAAD), sebuah organisasi gabungan dari institusi pendidikan tinggi di Jerman yang bekerja untuk memajukan hubungan akademik internasional.

Kegiatan yang berlangsung di Jerman pada 8-13 September 2025 ini bertujuan untuk menjajaki peluang kerja sama pertukaran mahasiswa dan tenaga pendidik dalam upaya memperkaya pengalaman global. Dalam kesempatan ini, Wiryono Raharjo – Wakil Rektor Bidang Kemitraan dan Kewirausahaan, adalah salah satu yang mendapat undangan untuk mewakili UII dalam program yang disponsori oleh DAAD tersebut.

Kegiatan tersebut tidak hanya membahas rencana kolaborasi akademik, tetapi juga menjadi ajang untuk memperkuat posisi UII dalam jaringan pendidikan tinggi internasional, khususnya kemitraan dengan Jerman. Selain UII, program tersebut juga diikuti oleh delegasi dari beberapa perguruan tinggi di Indonesia, diantaranya adalah IPB University, Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Kalimantan, Universitas Brawijaya, Universitas Syiah Kuala, Universitas Kristen Petra, Swiss German University, dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Dalam wawancara, Wiryono Raharjo menjelaskan bahwa agenda utama kegiatan ini berupa university and industry visit untuk membuka peluang kerja sama dengan beberapa universitas di Jerman. “Kerjasamanya sudah pasti dalam bentuk tri dharma pendidikan yaitu penelitian, pengajaran, dan pengabdian masyarakat, khususnya dengan university of applied sciences (Universitas Sains Terapan), yakni universitas yang mengedepankan aplikasi sains di lapangan,” ungkap Wiryono Rahajo yang juga pengajar di Jurusan Arsitektur UII ini.

Lebih lanjut Wiryono Raharjo mengemukakan bahwa kerja sama yang dibangun tidak hanya dalam lingkup universitas saja, tetapi juga melibatkan industri yang ada di Jerman. Hal ini sejalan dengan fokus kegiatan pada sinergi antara universitas dengan industri untuk menguatkan pendidikan tinggi yang bernuasa applied science (sains terapan). Diantara lembaga riset dan pendidikan di Jerman yang menerima kunjungan delegasi Indonesia adalah: DAAD, German Research Foundation, University of Bonn, TH Koln, Metabolon Institut, Heilbronn University of Applied Science, dan RheinMain University of Applied Science.

“Di Heilbronn dan RheinMain diselenggarakan forum match making yaitu diskusi dengan cara mendatangi meja masing-masing universitas Jerman, untuk membahas tentang prospek kerja sama. Saya juga ketemu alumni UII disana termasuk mahasiswa Indonesia untuk melihat situasi pendidikan yang ada disana, prospeknya seperti apa, bagaimana kendalanya, dan kapasitas akademik yang dibutuhkan,” terang Wiryono Raharjo.

Menanggapi kesertaan dalam kegiatan ini, Wiryono Raharjo selaku delegasi dari UII menyampaikan apresiasi positif. Menurutnya, UII telah memiliki banyak alumni, khususnya dosen, yang pernah menempuh studi di Jerman. Hal ini menjadi modal penting yang dapat mempermudah tindak lanjut dan pengembangan kerja sama ke depan. “Hal ini juga membuka jalan bagi dosen, mahasiswa, bahkan mungkin bisa tenaga kependidikan UII untuk bisa belajar jangka pendek atau jangka panjang ke Jerman,” terangnya.

Ke depan, lanjut Wiryono Raharjo, UII menargetkan sinergi melalui program gelar ganda (double degree), transfer kredit, dan program dosen tamu. “Sebenernya yang kita harapkan itu resiprokal, hanya saja untuk sekarang ini secara tradisional itu dengan skema outbound mobility. Outbound mobility ini kita jadikan strategi pembuka,” ungkapnya.

Lawatan university visit  ini menjadi tambahan peluang kerja sama yang telah dijajaki oleh UII. Diharapkan, langkah internasionalisasi ini mampu memperluas pengalaman global sivitas akademika UII, memperkuat jejaring internasional, serta membuka kesempatan belajar dan kolaborasi yang lebih luas bagi dosen, mahasiswa, dan tenaga kependidikan ke depannya. (AHR/RS)

Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menyelenggarakan Seminar Karya dan Pameran Arsitektur Indonesia (SAKAPARI) Seri 16. Kegiatan yang dilaksanakan pada Sabtu (13/09) mengangkat tema “Next Habitat: Designing a Responsible & Sustainable Tomorrow” merupakan kelanjutan dari rangkaian seminar dan pameran yang secara konsisten diadakan setiap semester sejak tahun 2016, guna membahas isu-isu aktual dalam dunia arsitektur, perkotaan, kawasan, dan lingkungan.

SAKAPARI kali ini mengundang Ar. Yanuar PF, IAI dari Aaksen Responsible Architecture sebagai narasumber utama dengan paparan mengenai desain arsitektur berkelanjutan dan tanggung jawab sosial arsitek di era perubahan global. Selain itu, seminar juga menghadirkan Wisnu H. Bayuaji, ST., M.A yang membahas strategi kombinasi pencahayaan dalam produktivitas di  lingkungan kerja dan Ar. Baritoadi BRR, ST., MA, IAI, GP yang memaparkan materi tentang ventilasi natural di rumah sakit guna mencapai efisiensi energi yang dimoderatori oleh Robbi Maghzaya, ST., M.Sc.

Dalam sambutannya, Ketua Jurusan Arsitektur FTSP UII, Prof. Ar. Noor Cholis Idham, Ph.D., I.A.I menyampaikan SAKAPARI ini bekerja sama dengan laboratorium teknologi kinerja bangunan (building science laboratory) sehingga tema yang diangkat kental  dengan nuansa teknologi dan keberlanjutan. Prof. Noor menambahkan, kegiatan ini tidak hanya diikuti oleh dosen, tetapi juga banyak mahasiswa sebagai upaya memperkaya wawasan mereka dalam mendesain masa depan.

“Tema Next Habitat: Designing a Responsible & Sustainable Tomorrow menekankan urgensi arsitektur dalam merancang ruang hidup yang tidak hanya berfungsi secara estetis dan teknis, tetapi juga memperhatikan keberlanjutan lingkungan dan tanggung jawab sosial. Di tengah pesatnya urbanisasi, perubahan iklim, dan tantangan global lain seperti krisis energi dan keterbatasan sumber daya, arsitektur dituntut mampu melahirkan solusi yang berorientasi pada masa depan,” ungkap Prof. Noor.

Next Habitat mengajak para akademisi, praktisi, dan masyarakat luas untuk memikirkan kembali bagaimana desain dapat menciptakan hunian dan ruang hidup yang inklusif, adaptif, dan ramah lingkungan. Arsitektur tidak lagi sekadar menciptakan bangunan, melainkan harus menyusun strategi bagaimana manusia dapat hidup berdampingan secara harmonis dengan alam. Konsep “responsible architecture” berperan penting dalam memastikan bahwa setiap karya desain mampu mempertanggungjawabkan dampaknya baik secara sosial, ekologis, maupun ekonomi bagi generasi mendatang.

Rangkaian kegiatan SAKAPARI dilengkapi dengan pameran karya arsitektur, yang menampilkan hasil penelitian, desain mahasiswa, maupun gagasan praktisi. Pameran ini bertujuan memperlihatkan kontribusi nyata arsitektur dalam menjawab isu-isu kontemporer sekaligus menjadi inspirasi bagi generasi muda arsitek.

Dengan tema yang sangat menarik ini, acara ilmiah ini telah berhasil menarik sebanyak 119 proposal makalah partisipan yang juga didukung oleh berbagai mitra, di antaranya Universitas Aisyiyah Yogyakarta, Universitas Muhammadiyah Bengkulu, Universitas Halu Oleo, dan Universitas Mulawarman. (NCI/AHR/RS)

Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menyambut kedatangan mahasiswa internasional melalui program beasiswa Kemitraan Negara Berkembang (KNB) dan Kredit Transfer internasional (ICT) tahun akademik 2025/2026. Sebanyak 12 mahasiswa dari berbagai negara hadir untuk menempuh studi di UII pada jenjang sarjana, magister, maupun doktor.

Acara penyambutan resmi bertajuk Campus Orientation KNB–ICT 2025 diselenggarakan pada Jumat (12/09) di Gedung Rektorat GPBH Prabuningrat lantai 2, Kampus Terpadu UII. Rektor UII, Fathul Wahid, hadir  memberikan sambutan sekaligus motivasi kepada para mahasiswa baru program beasiswa KNB dan ICT. Adapun Beasiswa KNB merupakan program bantuan pendidikan inklusif yang ditawarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia kepada calon mahasiswa internasional yang berasal dari negara-negara berkembang. Program ini memberikan kesempatan bagi warga negara asing untuk menempuh pendidikan  jenjang Sarjana (S1), Magister (S2), dan Doktoral (S3) di salah satu perguruan tinggi pengelola Beasiswa KNB di Indonesia, salah satunya adalah UII.

Mahasiswa penerima beasiswa KNB dan program kredit transfer internasional  yang akan studi di UII pada semester ganjil tahun akademik 2025/2026 ini berasal dari delapan negara, antara lain Pakistan, Afghanistan, Nigeria, Kenya, Rwanda, Gambia, Turki, dan Australia. Mereka akan menempuh studi di  program studi Manajemen, Ilmu Ekonomi, Hukum, Akuntansi, Manajemen, Psikologi, dan Ahwal Syakhshiyah.

Sebagai bagian dari rangkaian kegiatan, UII juga mengadakan diskusi kelompok terarah antara mahasiswa penerima beasiswa KNB tahun sebelumnya dengan mahasiswa baru penerima beasiswa KNB. Diskusi kelompok  ini menjadi wadah berbagi pengalaman terkait strategi menguasai bahasa Indonesia, tips penyesuaian dan adaptasi dengan budaya lokal, hingga strategi sukses menempuh studi di UII.

Direktur Kemitraan/Kantor Urusan Internasional, Dian Sari Utami juga menyampaikan bahwa orientasi kampus ini merupakan “Welcome Days” untuk menyambut kedatangan mahasiswa baru internasional di UII. Diharapkan mahasiswa dapat saling berbagi informasi dan pengalaman baru, serta menguatkan relasi antar mahasiswa baru, dan mengembangkan kepercayaan diri untuk memulai kehidupan akademik dan non-akademik di UII. Orientasi kampus bertujuan untuk mengenalkan UII, siapa saja, serta apa saja layanan dan fasilitas yang disediakan bagi mahasiswa baru sehingga memudahkan mahasiswa untuk mengakses kebutuhan studi dan tinggal di UII.

Dengan demikian, kehadiran mahasiswa baru internasional, khususnya program beasiswa KNB dan kredit transfer internasional  diharapkan semakin menguatkan semangat “internasionalisasi di rumah sendiri” sebagai kebutuhan kolektif serta mengembangkan jejaring  global dan keberagamaan di UII. (NI/AHR/RS)

Kepedulian terhadap isu lingkungan yang mendesak telah mendorong sekelompok Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari Universitas Islam Indonesia (UII) Angkatan 71 untuk menciptakan sebuah terobosan. Berlokasi di Desa Kalibening, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, mereka berhasil merancang dan membangun sebuah prototipe insinerator (alat pembakar sampah) yang efektif, menjadi jawaban atas masalah pengelolaan sampah rumah tangga yang telah lama menjadi tantangan bagi warga setempat.

Program KKN yang berlangsung sejak 12 Agustus 2025 hingga ditutup pada 12 September 2025 ini tidak hanya meninggalkan sebuah karya fisik, tetapi juga warisan pengetahuan dan semangat kemandirian bagi masyarakat desa.

Sebelum program ini dimulai, Desa Kalibening, seperti banyak desa lainnya, menghadapi tantangan dalam pengelolaan sampah. Keterbatasan fasilitas tempat pembuangan akhir (TPA) yang jauh dan sistem pengelolaan sampah yang belum terstruktur membuat warga seringkali terpaksa membakar sampah di pekarangan rumah secara terbuka atau membuangnya di sungai sekitar. Praktik ini tidak hanya menimbulkan polusi udara dan bau tidak sedap, tetapi juga berisiko terhadap kesehatan dan kebersihan lingkungan.

“Dari hasil observasi dan diskusi awal kami dengan perangkat desa dan warga, masalah sampah ini menjadi salah satu prioritas utama. Itulah yang memotivasi kami untuk menghadirkan sebuah solusi yang praktis dan bisa diterapkan langsung oleh masyarakat,” ungkap salah seorang mahasiswa KKN UII.

Sebagai program kerja utama, pembangunan incinerator ini dirancang dengan konsep teknologi tepat guna. Para mahasiswa secara cermat memanfaatkan sumber daya lokal yang mudah dijangkau dan terjangkau, seperti bata merah, tanah liat sebagai perekat, dan kerangka dari besi bekas.

Keunggulan utama dari desain insinerator ini terletak pada sistem sirkulasi udara ganda yang dirancang di bagian bawah dan atas tungku. “Kami membuat rongga-rongga udara yang memastikan pasokan oksigen selama proses pembakaran tetap optimal. Aliran udara ini membantu api menyala lebih besar dan lebih panas, sehingga sampah terbakar lebih cepat dan sempurna. Inilah kunci mengapa asap yang dihasilkan sangat minim,” jelasnya secara teknis.

Desain yang cermat ini memastikan insinerator tidak hanya efisien dalam membakar sampah, tetapi juga lebih terjamin untuk digunakan oleh warga. Para mahasiswa menyadari bahwa alat secanggih apapun tidak akan berguna tanpa adanya perubahan perilaku dari penggunanya. Oleh karena itu, program pembangunan incinerator ini diiringi dengan sosialisasi edukasi yang intensif. Mereka melakukan sosialisasi kepada perangkat desa, tokoh masyarakat dan warga sekitar agar semua memahami terkait incinerator. Materi edukasi mencakup tiga pilar utama: pertama pentingnya pemilahan sampah, kedua tata cara penggunaan insinerator, dan ketiga dampak positif jangka panjang dari adanya incinerator.

Inisiatif ini disambut dengan antusiasme tinggi, baik dari warga maupun pemerintah desa. Kepala Desa Kalibening secara terbuka mengapresiasi inovasi mahasiswa KKN UII sebagai solusi konkret yang selama ini dibutuhkan.

“Kami sangat bangga dan berterima kasih. Ini bukan sekadar bantuan, tetapi sebuah pencerahan. Semoga alat ini menjadi langkah awal bagi Desa Kalibening untuk lebih mandiri dan berdaya dalam mengelola lingkungan kami,” ujar Kepala Desa.

Penutupan program KKN Angkatan 71 telah dilangsungkan pada 10 September 2025, acara tersebut diadakan dalam sebuah bentuk upacara serah terima simbolis incinerator dari mahasiswa kepada perangkat pemerintah desa. Momen ini menjadi simbol komitmen bersama untuk merawat dan melanjutkan program pengelolaan sampah. Mahasiswa berharap, keberhasilan adanya incinerator di Desa Kalibening dapat menjadi model percontohan yang menginspirasi desa lain di sekitar Magelang untuk mengatasi tantangan sampah serupa.(RE/AHR/RS)