Takmir Masjid Ulil Albab Universitas Islam Indonesia (UII) menyelenggarakan Kajian Peringatan Maulid Nabi Muhammad saw bertajuk “Prophet Vibes: Menyebar Cinta dan Akhlak Nabi di Era Digital” pada Sabtu (04/10) di Masjid Ulil Albab, Kampus Terpadu UII dengan menghadirkan Gus Maulana Al Arief. Kajian ini berhasil menggaet kisaran 350 peserta yang hadir dan mengikuti dari awal hingga akhir acara kajian.

Meski peringatan maulid Nabi Muhammad sudah terlewat satu bulan yang lalu, namun semangat dan cinta kepada Nabi yang melandasi panitia agar tetap terlaksananya acara ini. Jalannya acara dibersamai juga oleh Hadroh Al Munawwir oleh Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU) UII. Gus Maulana Al Arief sebagai pembicara yang hadir merupakan Pembina Pesma Anta Ya Maulana dan Pengasuh Pondok Tanah Jawi. Dalam penuturannya, Ia menceritakan secara singkat sejarah hidup Nabi Muhammad saw dan ciri-ciri fisik Nabi.

Diceritakan bahwa sejak kecil Nabi Muhammad saw telah menunjukkan tanda-tanda kenabian. Awan seolah selalu menaunginya, dan benda-benda pun tunduk kepadanya. Ciri-ciri fisik Nabi juga dijelaskan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik. Disebutkan dala hadis tersebut bahwa warna kulit beliau tidak terlalu putih dan tidak terlalu coklat.

“Rambut di kepala dan jenggotnya beliau ittu tidak lebih dari dua puluh helai,” ujar Gus Maulana dalam kajiannya. Selain itu, Rasulullah saw dikenal memiliki bulu mata yang lentik, alis yang menyambung, serta postur tubuh yang tegak.

Menutup sesi kajian, Gus Maulana mengingatkan pentingnya menumbuhkan cinta kepada Nabi tidak hanya melalui ibadah lahiriah, tetapi juga dengan mengenal sosok dan ilmunya. “Jadi mencintai Nabi dalam hal ini, itu lebih penting. Jadi jangan terus cuman tinggal shalat, tapi kamu gak tahu ilmunya.” pesannya. Ia juga menyampaikan doa bagi seluruh peserta kajian yang hadir. (NKA/AHR/RS)

Universitas Islam Indonesia (UII) melepas keberangkatan mahasiswa delegasi UII menuju Musabaqah Tilawatil Qur’an Mahasiswa Nasional (MTQMN) ke-XVIII 2025 bersama dengan Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Keagamaan, dan Alumni, Dr. Drs. Rohidin, S.H., M.Ag. dan Direktur Pembinaan Kemahasiswaan (DPK UII), Arif Fajar Wibisono, S.E., M.Sc. di Gedung GBPH Prabunigrat Rektorat UII pada Jum’at (03/10).

MTQMN adalah ajang kompetisi Musabaqah Tilawatil Qur’an Mahasiswa Nasional (MTQMN) ke- XVIII yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia dalam rangka mendukung pengembangan prestasi mahasiswa, implementasi Kampus Berdampak serta menumbuhkan karakter Qur’ani mahasiswa Indonesia. Pada tahun ini pelaksanaan MTQMN akan melalui seleksi Pra Nasional pada tanggal 6-9 Oktober 2025 di Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin. Dalam hal ini, UII mengirimkan 31 mahasiswa terpilih untuk 11 cabang lomba untuk menjadi delegasi peserta MTQMN.

Rektor UII, Fathul Wahid dalam sambutannya mengucapkan banyak terimakasih dan apresiasi kepada mahasiswa yang sudah mempersiapkan diri untuk menjadi delegasi UII dalam ajang MTQ Tingkat Mahasiswa Nasional. Ia juga mengingatkan bahwa mahasiswa harus selalu meluruskan niat, terutama karena ini berkaitan dengan Al-Qur’an maka yang utama adalah memuliakan Al-Qur’an. “Juara itu membuat bahagia. Tapi kalau niatnya lurus, kalau toh pun katakanlah kita ingin juara satu, ternyata juara dua, mudah-mudahan Insyaallah kita akan tetap semangat,” ucap Fathul.

Lebih lanjut, Dr. Rohidin juga turut hadir memberikan semangat kepada mahasiswa untuk terus mengingat bahwa kompetisi ini disebut dengan ‘Musabaqah’ yang memiliki arti ‘bersegera atau berpacu dalam kebaikan’. Ia menegaskan mahasiswa untuk tidak saling mengalahkan dan meluruskan niat agar kemenangan itu menjadi berkah.

Direktur Direktorat Pembinaan Kemahasiswaan, Arif mengungkapkan, tahun lalu UII berhasil menduduki prestasi tiga besar nasional kategori PTN maupun PTS. Ia berharap tahun ini mahasiswa delegasi UII bisa mempertahankan dan meningkatkan rata-rata prestasi sehingga berhasil melampaui raihan prestasi tahun lalu.

Fathul Wahid juga berpesan, “ketika anda kesana (lomba), ini tidak hanya membawa nama personal pribadi tapi juga nama UII. Itu saya titip, dimana nama UII bisa dijaga terutama dalam bertindak, bersikap, dan berinteraksi dengan yang lain”. Ia berharap semuanya diberi kemudahan dan dilimpahkan yang terbaik dari Allah Swt. (NKA/AHR/RS)

Universitas Islam Indonesia (UII) terus berkomitmen untuk menjalin kemitraan dengan berbagai perguruan tinggi baik nasional maupun internasional. Kali ini UII menerima lawatan kerja sama dari National Yunlin University of Science and Technology (Yuntech), Taiwan pada Kamis (02/09) di Gedung Kuliah Umum Prof. Dr. Sardjito, Kampus Terpadu UII.

Kunjungan ini merupakan bagian dari upaya kedua universitas untuk mengeksplorasi peluang kerja sama di berbagai bidang, termasuk pertukaran mahasiswa dan dosen, penelitian kolaboratif, serta program pengembangan akademik dan inovasi bisnis. Delegasi Yuntech dipimpin oleh Presiden Yuntech, Chang Chuan Yu, didampingi sejumlah pimpinan Yuntech.

Rektor UII, Fathul Wahid, menyambut baik lawatan kerja sama Yuntech dan berharap kunjungan ini dapat memperkuat kemitraan antara kedua universitas.

“Saya dikasih tahu oleh kolega, kita sudah menjalin aktivitas bersama, seperti mengirimkan mahasiswa yuntech ke UII dan kami juga berbahagia karena Yuntech memberi beasiswa kepada satu dosen UII untuk melanjutkan studi disana. Kita disini untuk mendiskusikan kemungkinan untuk berkolaborasi lebih lanjut dan kami berharap kita bisa menghasilkan diskusi yang bermanfaat,” harap Fathul Wahid.

Lebih lanjut, Fathul Wahid menyampaikan bahwa UII memiliki keinginan kuat untuk menjadi universitas bertaraf global, sehingga membuka kesempatan bagi mahasiswa internasional menempuh studi di kampusnya.

“Walaupun UII berbasis Islam, universitas kami bukan hanya untuk muslim. Sejak awal berdirinya, kami juga memiliki mahasiswa non-muslim dan mereka bahagia berkuliah di sini. Kami menghormati semuanya. Selain itu, kami memiliki ribuan alumni yang berkarya di berbagai sektor, baik nasional maupun internasional, hal-hal ini yang membuat kami bersyukur,” tegas Fathul Wahid.

Dalam sambutannya, Presiden Yuntech, Chang Chuan Yu, menyampaikan apresiasi atas kesempatan menjalin silaturahmi dengan UII. Ia menekankan bahwa Indonesia memiliki posisi penting bagi Yuntech dalam pengembangan cultural studies. “Suatu kehormatan bagi saya untuk berdiri di sini mewakili Yuntech hari ini dan bertemu dengan sivitas akademika UII,” ujarnya.

Chang juga menambahkan bahwa saat ini terdapat 130 alumni Yuntech yang berkarier di Indonesia, dan pihaknya ingin memperkuat kolaborasi di bidang pendidikan, penelitian, serta inkubasi bisnis.

Kegiatan dilanjutkan dengan diskusi kerja sama antara kedua universitas, diikuti dengan menonton pagelaran gamelan di Gedung K.H. Wahid Hasyim Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) dan kunjungan ke Museum Candi Kimpulan yang terletak di Gedung Moh. Hatta Perpustakaan UII. Lawatan ini diharapkan menjadi langkah strategis bagi UII dan National Yunlin University of Science and Technology (Yuntech) Taiwan untuk terus memperkuat kolaborasi dan meningkatkan semangat kerja sama akademik. (AHR/RS)

Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK Ormawa) Jafana Universitas Islam Indonesia (UII) membentuk struktur kepengurusan Sanggar Tani Sri Binangun dilaksanakan pada Kamis (25/09)  di Lahan Ketahanan Pangan BUMKal Sambirejo. Kegiatan ini diselenggarakan karena Sanggar Tani Sri Binangun memerlukan struktur organisasi yang jelas untuk mengoptimalkan pengelolaan program ketahanan pangan dan koordinasi antar anggota, serta untuk mendistribusikan peran dan tanggung jawab secara efektif, meningkatkan akuntabilitas, dan memperkuat kapasitas kelembagaan dalam mendukung pengembangan pertanian berkelanjutan di wilayah Kalurahan Pakembinangun.

Kegiatan diikuti oleh Tim pelaksana, 10 anggota Sanggar Tani Sri Binangun yang berasal dari berbagai dusun yaitu Sempu, Sambirejo, Duwetsari, Sambi, Wonogiri, Paraksari, Balong, dan Banjarsari. Pelaksanaan kegiatan dilakukan melalui presentasi rancangan struktur organisasi, diskusi peran dan tanggung jawab setiap posisi, pemilihan dan penunjukan pengurus melalui voting terbuka, penetapan program kerja dan mekanismekoordinasi, serta dokumentasi hasil keputusan dalam berita acara pembentukan.

Kegiatan ini membuahkan hasil dengan dibentuknya struktur organisasi lengkap dengan susunan kepengurusan yang terdiri dari Harsana sebagai Ketua, Sutarno dan Ihsanuddin Rahmatullah sebagai Sekretaris 1 dan 2, Yuri Prasetyo sebagai Bendahara, serta pengurus bidang-bidang meliputi Produksi, Penelitian dan Pengembangan, Sarana dan Prasarana, dan Pemasaran. Struktur yang terbentuk diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pengelolaan program dan memperkuat koordinasi internal komunitas petani. (SAA/AHR/RS)

Program Peningkatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK Ormawa) Jafana Universitas Islam Indonesia (UII) melakukan studi banding ke lahan percontohan cabai di wilayah Turi dilaksanakan pada Sabtu (23/09) dengan mengunjungi tiga lokasi yaitu Oemah Bibit Cagar Alam Arjasari Wonokerto sebagai titik awal, lahan percontohan kedua di wilayah Turi, dan rumah praktisi pengusaha cabai Pak Supriyanto sebagai titik akhir.

Kunjungan lapangan ini dilatarbelakangi oleh kebutuhan untuk memahami praktik terbaik budidaya cabai secara langsung, karena optimalisasi budidaya cabai memerlukan pemahaman praktis tentang teknik penanaman yang efektif dan dapat diadopsi petani lokal untuk meningkatkan produktivitas serta efisiensi usaha tani. Kegiatan diikuti oleh tim pelaksana program yang melakukan interaksi langsung dengan praktisi budidaya cabai di Turi sebagai narasumber. Metode yang digunakan adalah observasi langsung terhadap berbagai sistem budidaya di ketiga lahan, diskusi mendalam dengan praktisi mengenai teknik-teknik yang diterapkan, dokumentasi visual dan tertulis mengenai praktik budidaya, serta analisis komparatif sistem penanaman antar lahan untuk mengidentifikasi praktik terbaik.

Dari kegiatan ini diperoleh temuan penting bahwa sistem penanaman satu baris dengan jarak tanam 30 cm menunjukkan hasil terbaik dibanding sistem lain, penyemprotan perlu dilakukan setiap 5 hari sekali untuk pengendalian hama dan penyakit optimal, potensi produktivitas dapat mencapai 40-50 kali panen dalam satu siklus tanam dengan perawatan optimal, serta strategi timing penanaman pada Juli-Agustus dapat memaksimalkan keuntungan karena panen puncak jatuh pada Desember-Januari saat harga pasar tinggi. Sistem budidaya terintegrasi dengan timing yang tepat ini terbukti dapat meningkatkan pendapatan petani hingga 35% melalui optimalisasi harga jual saat musim permintaan tinggi. (SAA/AHR/RS)

Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Kementerian Pendidikan, Tinggi, Sains, dan Teknologi berkolaborasi dengan Universitas Islam Indonesia (UII) menyelenggarakan kegiatan Pendampingan Penulisan Artikel Ilmiah Internasional dan Workshop Jurnal Ilmiah menuju Terindeks Internasional Bereputasi pada Kamis (02/10) di Auditorium lantai 4 Gedung Fakultas Hukum, Kampus Terpadu UII.

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah dan kualitas publikasi sekaligus meningkatkan kapasitas dosen dalam menulis artikel untuk jurnal internasional bereputasi. Sejumlah dosen dari berbagai fakultas di lingkungan UII turut berpartisipasi aktif yang didampingi oleh pemateri ahli antara lain Prof. Amirul Mukminin, S.Pd., M.Sc.Ed., Ph.D. (Universitas Jambi), Prof. Dr. Muljono, S.Si, M.Kom  (Universitas Dian Nuswantoro), Prof. Ir. Muhammad Arsyad, SP., M.Si., Ph.D. (Universitas Hasanuddin), Dr. Eng. Ali Khumaeni, S.Si., M.Eng. (Universitas Diponegoro), Prof. Dr. Renea Shinta Aminda, S.E., (Universitas Ibn Khaldun), Prof. Dr. Jaka Sriyana (Universitas Islam Indonesia), Prof. Dr. Parmin, S.Pd., M.Pd. (Universitas Tidar), Prof. Dr. Istadi, S.T., M.T. (Universitas Diponegoro), Tinton Dwi Atmaja, S.T, M.T. (Badan Riset dan Inovasi Nasional), Antomi Saregar, M.Pd., M.Si. (UIN Raden Intan Lampung), dan Prof. Dr. Hariyanto, M.Hum., M.Pd (UIN Profesor Kiai Haji Saifuddin Zuhri)  yang memberikan pendampingan langsung kepada peserta dalam proses penulisan, penyuntingan, hingga strategi publikasi di jurnal internasional bereputasi.

Menulis Artikel yang Kuat dan Terarah
Sesi pertama disampaikan oleh Prof. Amirul Mukminin tentang materi Title, Authorship, Abstract, Keywords, and References yang menjelaskan bahwa elemen-elemen awal seperti judul dan abstrak sangat menentukan kesan pertama bagi editor dan pembaca. Menurutnya, judul yang baik harus ringkas, spesifik, dan mencerminkan kontribusi riset. Sementara kepengarangan harus ditetapkan berdasarkan kontribusi nyata, bukan karena jabatan atau hubungan personal.

Kualitas Hasil dan Pembahasan dalam Artikel Ilmiah
Dilanjutkan lagi paparan oleh Prof. Jaka Sriyana mengenai hasil, diskusi, dan kesimpulan pada penelitian yang menjadi inti dari naskah penelitian. Bagian ini tidak hanya menyajikan data, tetapi juga menunjukkan kontribusi ilmiah atau novelty yang membedakan penelitian tersebut dari karya sebelumnya. Penulis didorong untuk menafsirkan temuan dalam konteks yang lebih luas, sehingga hasil penelitian memberi dampak nyata pada pengembangan ilmu.

Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Penulisan Artikel Ilmiah
Lebih lanjut, Prof. Ir. Muhammad Arsyad, SP., M.Si., Ph.D memaparkan materi teknologi informasi dalam penulisan artikel ilmiah. Menurutnya, teknologi informasi menawarkan banyak maanfat dalam siklus artikel ilmiah mulai dari akses ilmu pengetahuan yang bervariasi hingga reproduksibilitas dan data yang terbuka yang mendorong transparansi, validitas, dan kolaborasi lanjutan.

Beragam platform seperti Journal FinderOpen Science Framework (OSF)Zenodo, hingga GitHub kini memudahkan kolaborasi dan penyimpanan data riset secara transparan. Selain itu, peneliti juga diingatkan agar berhati-hati terhadap jurnal predator yang sering menawarkan publikasi instan tanpa proses telaah sejawat yang valid.

Etika dan Integritas dalam Publikasi
Tak kalah penting, perlu untuk menjaga etika dan integritas agar menghasilkan jurnal ilmiah yang berdampak baik seperti yang dipaparkan oleh Prof. Jaka Sriyana  dalam materi Research Misconduct, Plagiarism, dan Penggunaan AI Pada Publikasi Ilmiah.

Prof. Jaka memaparkan berbagai bentuk pelanggaran etik dalam penelitian dan publikasi mulai dari fabrikasi, falsifikasi, manipulasi, hingga plagiarisme. Etika merupakan aturan pedoman moral yang sifatnya eksternal, sedangkan integritas merupakan kualitas individu yang bersifat pribadi Dua aspek ini menjadi tonggak penting dalam meningkatkan kejujuran dan tanggung jawab akademik.

Tidak hanya itu, Prof. Jaka juga menyoroti  penggunaan kecerdasan buatan (AI) yang menawarkan banyak keuntungan seperti peningkatan efisiensi hingga penyempurnaan tata kelola penulisan. Selain itu, ethical clearance untuk penelitian yang melibatkan manusia dan hewan sebagai sasaran dan tujuan risetnya juga perlu diperhatikan.

“Untuk penelitian yang tergolong menimbulkan risiko ketidaknyamanan ringan atau tidak ada risiko sama sekali (low and negligible risk), dokumen ethical clearance dapat diganti dengan pernyataan mandiri dari penulis tentang kepatuhan pada kelayakan etik, yang disetujui oleh mitra bestari dan penyunting,” ungkap Prof. Jaka.

Workshop Jurnal dan Pendampingan
Kegiatan dilanjutkan dengan workshop jurnal ilmiah yang membahas standarisasi substansi artikel, manajemen jurnal, etika penerbitan, serta substansi jurnal itu sendiri. Selanjutnya, peserta mendapatkan pendampingan dan sesi bedah jurnal secara kelompok. Melalui kegiatan ini, para dosen didorong untuk tidak hanya mengejar kuantitas publikasi ilmiah semata yang berpotensi menimbulkan pelanggaran etika akademik. Fokus utama diarahkan pada penguatan kualitas dan integritas dalam penulisan. Dengan demikian,  artikel yang dihasilkan tidak hanya bereputasi internasional, tetapi juga memberi dampak positif bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan kemaslahatan masyarakat luas. (AHR/RS)

Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menggelar agenda tahunan Rapat Koordinasi Kerja (Rakorja) Tahun 2025 pada Senin-Selasa (29-30/09) di Auditorium Prof. Dr. K.H. Abdul Kahar Mudzakkir, Kampus Terpadu UII. Rakorja UII tahun ini mengusung tema Kompak Rawat Nilai, Serempak dalam Aksi, Rampak Berkontribusi  yang dihadiri oleh pimpinan UII tingkat universitas, fakultas, dan jurusan hingga program studi.

Rektor UII, Fathul Wahid dalam sambutannya mengemukakan Rakorja tahun ini menjadi rakorja terakhir di periode kepemimpinannya. Ia mengibaratkan sisa periode jabatan ini seperti lampu lalu lintas.

“Sekarang lampu hijau masih menyala, tapi kuning sudah terlihat. Harapannya, sebelum merah, kita bisa ngebut untuk menuntaskan janji-janji dalam renstra (rencana strategis -red). Insyaallah dalam satu tahun ke depan kita bisa melakukan banyak hal,” ujarnya.

Lebih lanjut, Fathul Wahid menekankan pentingnya menghidupi tema Rakorja tahun ini sebagai aksi kolektif untuk memastikan keberlangsungan visi misi UII tidak hanya untuk satu tahun kedepan, tapi untuk tahun-tahun mendatang.

“Pertama yaitu kompak rawat nilai. Merawat nilai bukan sekadar isapan jempol tapi sesuatu yang harus diyakini dan diikhtiarkan. Kedua, serempak dalam aksi dengan menyatukan langkah dan sepakat menuju visi sudah disepakati bersama. Ketiga, rampak berkontribusi yang tidak hanya soal waktu tetapi bagaimana menjaga langkah, ritme, dan harmoni,” jelas Fathul Wahid.

Sementara itu Ketua Umum Pengurus Yayasan Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia (YBW UII), Dr. Suparman Marzuki, menegaskan dalam arahannya bahwa perlu adanya kesinambungan rencana strategis antara YBW UII, universitas, dan fakultas. Ia menyampaikan YBW UII berupaya untuk menyempurnakan integrasi layanan teknis yang ada dengan tiga prinsip utama yaitu transparansi, integritas, dan akuntabilitas. “Kita ingin semua proses, mulai dari pengadaan hingga penggunaan keuangan, tercatat dan terkontrol dengan baik,” ujarnya.

Selain itu, Suparman juga menyoroti pentingnya pembenahan regulasi melalui perbaikan hierarki, harmonisasi, dan sinkronisasi aturan agar pelaksanaannya tidak tumpang tindih. Ia menegaskan perlunya penguatan fungsi kontrol auditor yang tidak hanya sekadar memeriksa, tetapi juga memberikan opini serta temuan yang jelas.

Lebih lanjut, YBW berencana mengoptimalkan fungsi sebagai fasilitator melalui pembenahan teknologi informasi. Suparman juga menekankan pentingnya optimalisasi aset serta pengembangan SDM melalui man power planning dan revitalisasi pusat studi.“Universitas dan fakultas tidak perlu lagi disibukkan dengan urusan teknis seperti kebersihan, keamanan, atau pengadaan barang. Fokus utama mereka adalah pendidikan,” tegasnya.

Kegiatan Rakorja berlanjut dengan presentasi rencana pengembangan dari seluruh fakultas dan jajaran pimpinan universitas. Paparan tersebut  meliputi potensi yang dimiliki oleh masing-masing unit, evaluasi pelaksanaan RKAT beserta pelajaran terpetik, tantangan yang dihadapi, program unggulan yang dapat dikembangkan, hingga prospek kolaborasi dan eskalasi ke depan.

Melalui rangkaian paparan tersebut, Rakorja diharapkan tidak hanya menjadi forum evaluasi, tetapi juga wahana merumuskan langkah strategis untuk memperkuat kontribusi UII dalam bidang pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat, dan dakwah Islamiyah di masa mendatang. (AHR/RS)

Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) mengadakan kegiatan English for Office Communication: Basic Public Speaking Skills for Campus Staff yang berlangsung di Gedung K.H. A. Wahid Hasyim, Kampus Terpadu UII pada Jum’at (26/09). Kegiatan ini diikuti oleh tenaga kependidikan FIAI UII dengan menghadirkan narasumber Jovan Andry Wijaya, S.Pd salah satu senior pengajar bahasa Inggris Cilacs UII.

Kelas ini resmi dibuka oleh Wakil Dekan Bidang Sumber Daya FIAI UII, Dr. Nur Kholis, S.Ag., S.E.I., M.Sh.Ec. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan rasa bangga atas terselenggaranya kegiatan ini sebagai bagian dari upaya peningkatan kapasitas bahasa asing bagi staf FIAI UII. “Program ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dasar berkomunikasi dalam bahasa Inggris, sehingga seluruh divisi di FIAI UII mampu memberikan pelayanan yang lebih luas, bahkan kepada pihak internasional, tanpa terkendala bahasa. Semua itu tetap berlandaskan nilai Islami,” ungkapnya.

Dalam kegiatan tersebut seluruh peserta sangat antusias mengikuti materi yang diberikan oleh pengajar, program peningkatan kompetensi bahasa asing ini sebelumnya juga telah dilaksanakan untuk staf kependidikan di berbagai unit di lingkungan UII, antara lain Program Studi Farmasi, Informatika, Teknik Kimia, Badan Sistem Informatika, Direktorat Sumber Daya Manusia, serta Yayasan Badan Wakaf UII.

Sebagai pusat pengembangan bahasa, CILACS UII berkomitmen untuk terus berkontribusi dalam peningkatan kemampuan bahasa asing, tidak hanya bagi mahasiswa, tetapi juga tenaga kependidikan dan dosen. Melalui kegiatan seperti ini, UII meneguhkan langkahnya menuju kampus berkelas internasional dengan tetap menjaga nilai-nilai keislaman. (ANK/AHR/RS)

CILACS Universitas Islam Indonesia (UII) menerima kunjungan dari Indonesian International Education Foundation (IIEF) Jakarta dalam rangka diskusi, evaluasi, dan monitoring pelaksanaan TOEFL ITP Test pada Senin (15/09). IIEF sendiri merupakan  institusi non-profit yang didirikan pada tahun 1982. Memiliki misi dan komitmen dalam pengembangan bangsa Indonesia melalui pendidikan bertaraf Internasional. IIEF merupakan afiliasi dari IIE (Institute of Education International) yang memiliki 4 program utama yaitu scholarship & fellowship management, capacity building, service to education, dan testing & certification. Untuk menjalankan program-program tersebut IIEF bekerjasama dengan berbagai institusi seperti USAID, Ford Foundation, Cargil, Paiton, Kedutaan Amerika, Prometric dan Educational Testing Service (ETS).

Kunjungan yang berlangsung di kantor CILACS UII Demangan, dari IIEF diwakili oleh  Ditya Putri selaku Operations Coordinator IIEF Jakarta. Kehadirannya diterima  oleh Kepala Cilacs UII, Ratna Roostika, SE., MAC, Ph.D yang diwakili Yusuf Arief (Kepala Departemen Layanan Tes), Sudharmanto (Koordinator International Test Program), Suprihatin (Kepala Departemen Akademik), Aditya Suci (Kepala Departemen Pemasaran), Dinar Darundini (Staf Pemasaran), serta Aisyiyah (Kepala Departemen Keuangan).

Dalam pertemuan tersebut, kedua lembaga memaparkan perkembangan penyelenggaraan TOEFL ITP di Yogyakarta sekaligus membahas berbagai kendala yang dihadapi. Sebagai official venue test center di Yogyakarta sejak tahun 2003, CILACS UII menekankan bahwa tingginya minat masyarakat mengikuti TOEFL ITP Test didorong oleh banyaknya program beasiswa di Indonesia saat ini, seperti LPDP, yang mensyaratkan sertifikasi TOEFL ITP. Dan Cilacs UII yang sudah terpercaya dan memiliki reputasi puluhan tahun tentu saja siap memberikan pelayanan terbaiknya.

CILACS UII melalui manjamennya juga menyampaikan harapan adanya dukungan program-program kerjasama dari IIEF, khususnya terkait peningkatan kualitas layanan, termasuk percepatan penyampaian hasil tes bagi peserta. Menanggapi hal tersebut, Ditya Putri dari IIEF Jakarta menyatakan komitmennya untuk memperkuat kolaborasi dan membuka peluang kerja sama lebih lanjut demi peningkatan mutu pelaksanaan TOEFL ITP Test di Indonesia.(ANK/AHR/RS)

Pusat Studi Agama dan Demokrasi (PSAD) Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar Serial Diskusi Online #7 bertajuk “Urgensi RUU Perampasan Aset: Peluang dan Tantangannya”, Rabu (24/9). Acara ini menghadirkan dua narasumber utama, yakni Sugeng Purnomo, mantan Deputi Bidang Koordinasi Hukum dan HAM Kemenko Polhukam RI, serta Zainal Arifin Mochtar, dosen Fakultas Hukum UGM sekaligus peneliti Pusat Kajian Antikorupsi (PUKAT) FH UGM. 

Ketua PSAD UII, Prof. Masduki, dalam sambutannya menekankan pentingnya RUU Perampasan Aset sebagai langkah strategis melawan gurita korupsi dan kejahatan terorganisir yang menghambat demokrasi. Ia menilai situasi saat ini menuntut kebijakan ekstra untuk mendorong sense of emergency di kalangan pembuat kebijakan. “kita lihat bagaimana pentingnya ini untuk mengatasi masalah masalah akut itu sendiri sekaligus juga memberi peluang bagaimana negara ini bisa sehat lebih lanjut bisa menegak amanah reformasi yaitu demokrasi itu sendiri”.

Sugeng Purnomo dalam paparannya menjelaskan bahwa RUU Perampasan Aset memiliki roh utama berupa mekanisme perampasan aset hasil kejahatan tanpa menunggu putusan pidana. Menurutnya, hal ini penting untuk mencegah aset haram dipindahkan atau dialihkan selama proses hukum berlangsung. Ia mengingatkan bahwa pemahaman publik perlu diluruskan agar tidak muncul kekhawatiran berlebihan bahwa aset masyarakat bisa dirampas sembarangan. Sugeng juga mengusulkan agar partisipasi publik diperkuat, tata kelola lembaga penegak hukum dibenahi, dan mekanisme pengawasan pengadilan dioptimalkan guna mencegah penyalahgunaan kewenangan.

Sementara itu, Zainal Arifin Mochtar menyoroti aspek konstitusional dan kelembagaan dari RUU ini. Menurutnya, nomenklatur “perampasan aset” sebaiknya diperluas menjadi asset recovery atau pemulihan aset, karena pengelolaan aset pasca-perampasan sama pentingnya dengan proses perampasannya. Ia juga mengingatkan potensi pelanggaran hak asasi manusia apabila regulasi tidak dirancang dengan hati-hati. “Prinsip partisipasi publik dan pengawasan perlu diperkuat agar undang-undang ini tidak justru menimbulkan masalah baru,” jelasnya.

Zainal juga menyoroti desain kelembagaan yang idealnya tidak hanya bertumpu pada kejaksaan. Ia mendorong pendekatan multi-stakeholder, misalnya melibatkan lembaga khusus atau kerja sama dengan sektor lain, untuk memastikan aset yang dirampas dapat dikelola secara optimal dan transparan.

Dalam sesi tanya jawab, peserta menanyakan bagaimana menyeimbangkan kepentingan negara dalam mengamankan aset dengan perlindungan hak individu. Menanggapi hal ini, Sugeng menegaskan bahwa perlindungan hukum tetap tersedia, misalnya melalui mekanisme keberatan di pengadilan, meski aset tetap bisa dikejar apabila terbukti berasal dari tindak pidana. Zainal menambahkan bahwa produk hukum ini harus berbentuk undang-undang, bukan sekadar peraturan pemerintah, agar benar-benar mencerminkan representasi rakyat melalui kontrak sosial.

Diskusi yang dihadiri lebih dari 270 peserta menegaskan bahwa pengesahan RUU Perampasan Aset merupakan kebutuhan mendesak bagi Indonesia. Meski demikian, implementasinya perlu disertai dengan pembenahan regulasi, penguatan tata kelola penegakan hukum, partisipasi publik yang luas, serta transparansi di setiap tahap proses. Dengan langkah tersebut, RUU ini diharapkan tidak hanya berfungsi sebagai instrumen pemberantasan korupsi, tetapi juga menjadi sarana pemulihan aset negara demi sebesar-besarnya kepentingan masyarakat. (ELKN/AHR/RS)