Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menunjukkan komitmennya dalam penguatan internasionalisasi melalui pelaksanaan kegiatan Promo Tour ke Pakistan pada 13–19 April 2025. Kegiatan ini difokuskan di wilayah Islamabad untuk memperluas jejaring akademik serta menjangkau calon mahasiswa internasional. Read more

Sebagai rangkaian kegiatan dalam memperingati Milad ke-82 dan Hari Bumi Sedunia, Universitas Islam Indonesia (UII) mengadakan kegiatan Aksi Hijau : Tanam Pohon untuk Bumi Lestari pada Selasa (22/04) di Taman Sisi Barat Gedung GBPH Prabuningrat Rektorat UII. Kegiatan ini diwujudkan dengan menanam sebanyak tiga pohon kepel setinggi empat meter yang diwakili oleh Sekretaris Yayasan Badan Wakaf (YBW) UII, Rektor UII, dan Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) UII sebagai bentuk kesadaran kolektif sivitas akademika UII dalam membangun kesadaran kolektif untuk merawat dan melestarikan bumi.

Dekan FTSP UII, Prof.Ar.Dr.-Ing.Ir. Ilya Fadjar Maharika, M.A., IAI mengatakan bahwa penanaman pohon kepel bukan hanya simbol kepedulian terhadap lingkungan, tetapi juga bentuk penghormatan terhadap kekayaan flora lokal Indonesia dan nilai-nilai spiritual yang menyertainya.

“Pemilihan pohon kepel tidak hanya berdasarkan nilai konservasinya, tetapi juga karena makna simbolik yang dikandungnya. Secara etimologis, kata “kepel” berkaitan dengan istilah Arab “kafala” yang bermakna mencukupi, merepresentasikan prinsip tanggung jawab dan keberkahan. Dalam budaya Jawa, kepel dikenal sebagai simbol kesucian, keanggunan, dan harmoni, yang dahulu hanya ditanam di lingkungan keraton dan dikonsumsi oleh putri bangsawan sebagai bagian dari tradisi kecantikan dan spiritualitas,” jelas Prof. Ilya

Dalam perspektif nilai-nilai Islam, pohon kepel mencerminkan pentingnya kesucian lahir batin, kesabaran, kesederhanaan, serta keseimbangan hidup antara manusia dan alam. Buahnya yang harum, pohonnya yang tumbuh perlahan, dan keberadaannya yang tidak mencolok menjadi pengingat tentang pentingnya hidup bersahaja namun bermakna. Selain manfaat ekologisnya seperti menyerap karbon dan meneduhkan lingkungan, kepel juga menjadi simbol rasa syukur atas karunia Allah dan tanggung jawab manusia sebagai khalifah di bumi.

Sementara itu, Rektor UII, Fathul Wahid menyatakan beragamnya tanaman yang ada di UII membuat banyak tamu yang berkunjung di UII merasa nyaman karena lingkungan kampus UII yang asri dan indah. Menurutnya, beragamnya keanekaragaman hayati yang ada di UII menggambarkan ekosistem UII yang multikulturalisme.

“Banyak teori serta temuan riset hutan yang monokultur yang pohonnya tunggal biasanya tidak bertahan lama, tidak banyak memberikan dampak yang diberikan oleh hutan yang multikultur. Itu juga yang terjadi di ekosistem UII, tifdak hanya pohonnya tetapi manusianya. Jadi ada keragaman perspektif, variasi pandangan dan semuanya itu mendapatkan tempat dan menurut saya itu menjadi salah satu yang menjadikan kita tumbuh cukup dinamis, karena kita merawat multikulturalisme, tidak hanya keanekaragaman hayati, tapi juga ragam pemikiran yang berkembang di UII,” terang Fathul

Fathul Wahid berharap dengan kegiatan ini, UII dapat terus merawat semangat multikulturalisme yang sudah dibentuk sejak UII berdiri. “Ada tokoh dari beragam latar belakang semuanya dapat menyatukan gagasan, ide, mengesampingkan perbedaan, dan mengedepankan persamaan. Ternyata itu yang menjadikan kita sampai hari ini masih bertahan dan berkembang,” ungkap Fathul (AHR/RS)

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (FK UII) telah selesai selenggarakan Webinar Nasional dengan tajuk “Tetap Sehat Pasca Ramadhan : Tips Kesehatan Menjaga Pola Makan dan Kebugaran Fisik Setelah Berpuasa” pada Sabtu (19/4). Acara tersebut disiarkan melalui aplikasi Zoom dan diikuti oleh sekitar 250 peserta yang hadir dan mengikuti rangkain webinar dari awal hingga akhir.

Webinar kesehatan ini mengundang dua dosen di FK UII sebagai pemateri yaitu dr. Muhammad Syukron Fauzi, M.Biomed., AIFO.K, dr. Nur Aini Djunet, M.Gizi, FINEM dan dr. Andra Gita Arumsari sebagai moderator.

“Kebugaran itu ditunjang oleh aktifitas fisik kita. Gampangnya kalo kita aktifitas fisiknya baik, kebugaran kita akan terjaga,” ucap dr. Fauzi yang membawa materi tentang kebugaran fisik pasca ramadhan. Ia memaparkan bahwa orang yang kebugaran tubuhnya baik maka akan semakin terhindar dari penyakit metabolik seperti darah tinggi, diabetes, kolesterol dll. Pada saat berpuasa, tubuh kita akan mengalami perubahan metabolik secara signifikan. Tubuh menjadi lebih hemat energi.

Dalam sesi materinya, ia memberi beberapa rekomendasi aktifitas fisik yang dibagi menurut usia. Kanak-kanak, remaja, dewasa dan orang tua. Metode olahraga FITT yang paling ia rekomendasikan dalam mengembalikan kebugaran pasca ramadhan. FITT berarti Frequency (seberapa sering), Intensity (seberapa berat), Time (berapa lama durasinya), dan Type (Apa jenisnya).

Di akhir, ia menyimpulkan bahwa kunci dari kebugaran yaitu konsisten, latihan terukur dan pemulihan yang cukup.

Pemateri kedua, dr. Aini membawa materi pada bagian menjaga pola makan setelah berpuasa. Ia menjelaskan bahwa setelah tubuh berpuasa selama sebulan, tubuh perlu beradaptasi dengan pola makan yang baru.

“Biasanya kalau sahur, itu kan kita ga bisa makan banyak-banyak. Jadi lambung itu ukurannya menyesuaikan,” ujarnya pada salah satu materi yang menyinggung tentang dampak puasa pada sistem pencernaan. Adaptasi awal pada saat idul fitri, perut banyak menerima makanan yang mempunyai kadar gula tinggi sehingga terjadilah lonjakan insulin.

Ia menekankan bagaimana pentingnya transisi pola makan dari kebiasaan kita di bulan ramadhan. Tips mengontrol porsi makan juga ia anggap penting, berhenti makan sebelum kenyang dan pahami sinyal tubuh (NKA/AHR/RS)

Program Studi Profesi Arsitek (PPAr) Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menyelenggarakan Sumpah Keprofesian Arsitek (SKA) Angkatan ke-15. Sebanyak 30 arsitek baru berhasil menuntaskan proses pembelajaran selama 1 tahun dengan 27 arsitek berpredikat Cumlaude, 2 arsitek berpredikat sangat memuaskan, dan 1 arsitek berpredikat memuaskan secara resmi diambil sumpah pada Sabtu (19/04) di Auditorium Gedung KH. Mohammad Natsir FTSP UII.

Dalam laporannya, Ketua PPAr UII, Dr. Ar. Yulianto Purwono Prihatmanji, ST., MT., IPM., IAI menyampaikan mahasiswa PPAr UII belajar dengan beragam disiplin ilmu bersama para tenaga ahli multidisiplin dari bidang perancangan dengan kasus nyata hingga pengabdian masyarakat.

“Secara keseluruhan, dalam kurun masa pembelajaran, mahasiswa telah terlibat dengan beragam kegiatan pembelajaran, pengabdian masyarakat dan penguatan karakter keprofesian, sehingga manakala mereka telah lulus mampu menerapkan Kode Etik Profesi dan Kaidah Tata Laku Arsitek yang telah mereka dapatkan bersama IAI (Ikatan Arsitek Indonesia -red). Lulusan telah siap bekerja bersama para Arsitek Mentor di biro-biro arsitek yang terkoordinasi oleh IAI di provinsi-provinsi seluruh Indonesia,” ungkap Ketua APTARI periode 2024-2027 ini.

Wakil Rektor Bidang Pengembangan Akademik dan Riset, Prof. Dr. Jaka Nugraha, S.Si., M.Si dalam sambutannya berpesan kepada arsitek baru UII untuk selalu mengasah literasi teknologi dan budaya agar sebagai seorang arsitek tidak ketinggalan perkembangan. Selain itu, arsitek perlu untuk terus menumbuhkan karakter positif saat nantinya mengadikan diri dengan bekerja keras, dapat diandalkan, menghargai perbedaan, dan mampu melayani dengan profesional.

“Kunci kesuksesan itu adalah adaptasi dan inovasi yang bertahan adalah yang mampu beradaptasi dengan perubahan karena perubahan adalah suatu kepastian, baik itu perubahan teknologi maupun lingkungan. Yang mampu memimpin adalah yang senantiasa melakukan inovasi. Jadilah arsitek yang selalu melakukan inovasi. mampu berkontribusi bagi masyarakat, menjaga kelestarian lingkungan, keseimbangan ekosistem, dan membangun perkembangan dengan keselarasan lingkungan,” pesan Prof. Jaka.

Ketua Umum Ikatan Arsitek Indonesia (IAI),  Ar. Georgius Budi Yulianto, IAI., AA berpesan juga dalam sambutannya bahwa era disrupsi dan digitalisasi khususnya kecerdasan buatan (AI) saat ini tidak terelakkan untuk semua profesi termasuk arsitek. Menurutnya, arsitek harus mengikutsertakan kecerdasan buatan dalam praktik kearsitekan tanpa melanggar etika.

“Pertama, jangan berhenti untuk memahami etika karena dengan etika yang baik akan bisa memanfaatkan AI untuk tujuan yang baik bukan untuk mengelabuhi. Kedua, harus terus melakukan literasi teknologi karena teknologi juga setiap tahun pasti ada yang baru. Ketiga adalah literasi budaya, kita tidak boleh lupa asal kita dan itu menjadi jati diri kita,” ungkap Ketua Umum IAI ini.

Sementara itu, Dewi Larasati, S.T., M.T., Ph.D selaku Sekretaris Jenderal Asosiasi Perguruan Arsitektur Indonesia (APTARI) berpesan menjadi arsitek profesional saat ini bukan hanya keterampilan menggambar atau kemampuan teknis kontruksi. Arsitek dituntut menjadi agen perubahan yang mampu menjawab kebutuhan masyarakat, merespons konteks lokal, dan tetap berpijak pada etika profesi ditengah tantangan krisis iklim global, ketimpangan sosial, dan tantangan urbanisme yang kompleks.

“Menjadi arsitek bukan hanya sebagai karier, melainkan amanah peradaban. Arsitek tidak hanya merancang bangunan tetapi juga mewujudkan nilai menghadirkan ruang hidup yang adil, dan merawat bumi sebagai rumah bersama. Lulusan profesi arsitektur tidak cukup dibekali dengan keterampilan individual, tetapi juga tumbuh dalam ekosistem pembelajaran lintas disiplin, berpijak pada kolaborasi, dan peka terhadap dinamika sosial budaya,”  ungkapnya (MNDH/AHR/RS)

Ikatan Keluarga Ibu-Ibu (IKI) Universitas Islam Indonesia (UII) melaksanakan kegiatan syawalan pada Kamis (17/04) di Auditorium Prof. Abdul Kahar Muzakir, Kampus Terpadu UII. Kegiatan Syawalan 1446 H ini dihadiri oleh 450 anggota IKI yang terdiri dari pengurus struktural IKI UII, istri dosen, karyawan dan purnatugas UII. Acara juga diramaikan oleh bazar makanan & baju, pemeriksaan kesehatan, tausiyah, serta pelepasan beberapa ibu-ibu yang akan melaksanakan ibadah haji.

Dr. Siti Anisah S. H., M. Hum., salah satu ibu-ibu yang tergabung dalam IKI sebagai pengurus Yayasan Badan Wakaf menyambut hangat acara syawalan ini. “Saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Pengurus Yayasan Badan Wakaf, Keluarga Besar UII, seluruh ibu-ibu dan panitia, semoga silaturahmi ini berjalan dengan baik dan akan terus berjalan dengan baik,” ujarnya

Selain Dr. Siti, Ketua Ikatan Keluarga Ibu-ibu UII, Prof. Nurul Indarti, Sivilikonom., cand. Merc., Ph. D.,  juga menyambut meriah acara silaturrahmi perdana setelah lebaran ini. Ia menyebutkan bahwa acara syawalan ini tergabung dalam rangkaian kegiatan rutin silaturrahim keluarga IKI 2 bulan sekali. “ini merupakan wadah berbagi ilmu, inspirasi, menjaga silaturahmi sekaligus menjaga Kesehatan Bersama,” tegasnya.

Prof. Nurul menyampaikan partisipasi aktif IKI UII dalam rangkaian semarak milad universitas, melalui kegiatan bakti sosial, kajian bersama istri-istri pimpinan UII, dan kesenian hadroh.

“Program IKI UII lainnya adalah program tali asih Ramadhan, program ini telah berjalan untuk keempat kalinya. Sasaran penerima berbeda-beda setiap tahun, seperti pensiunan pegawai, satpam, cleaning service, dan tahun ini IKI UII menjangkau sekitar 80 pensiunan pegawai,” jelas Prof. Nurul.

Dalam berbagai kesempatan, IKI aktif mengumpulkan dana dan memberikan bantuan sosial kepada pihak-pihak yang dirasa membutuhkan, diantaranya penyintas gempa di Palu, penyintas banjir di Ciamis, dan warga Palestina.

“Perlu ibu-ibu ketahui, acara syawalan biasanya tidak disertai bazar, karena biar fokus. Tapi karena antusiasme dari anggota  dan dukungan dari tuan rumah Yayasan Badan Wakaf, maka hari ini kita dapat menikmati bersama,” ucapnya.

“Kami ingin mengucapkan selamat jalan untuk para ibu-ibu yang akan melaksanakan ibadah haji tahun ini. Mari kita doakan semoga Allah memberikan kesehatan, kekuatan dan kelancaran dalam rangkaian ibadahnya.” Ujar prof. Nurul diakhir sesi sambutan sebelum ditutup dengan sesi Tausiyah serta doa bersama oleh Dr. dr. Zaenal Muttaqien Sofro, Circ&Med, AIFM. (MNDH/AHR/RS)

UII Mengabdi sukses menggelar rogram pengabdian bertajuk Samudera Mengabdi: Jejak Asa di Gili Ketapang dan Bawean sukses digelar pada tanggal 5-13 April. Sebanyak 23 mahasiswa UII diterjunkan ke dua lokasi berbeda, yaitu Gili Ketapang dan Desa Lebak, Bawean. Mengusung lima sektor utama yaitu lingkungan, keagamaan, kesehatan, pendidikan, dan pariwisata, program ini tidak hanya bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tetapi juga menjadi ajang pembelajaran langsung bagi mahasiswa dalam mengabdi di wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar).

Ketua UII Mengabdi, Audiva Nur Rahma, menjelaskan bahwa pemilihan lokasi sudah melalui berbagai pertimbangan. “Kami memilih Gili Ketapang dan Bawean karena keduanya memiliki potensi besar namun juga tantangan khas daerah 3T. Harapannya, kehadiran kami bisa menjadi stimulus pembangunan dan pemberdayaan di sana, sekaligus menjadi proses pembelajaran sosial yang nyata bagi mahasiswa,” ujarnya  saat sesi wawancara, yang turut dihadiri kedua ketua tim.

Di Gili Ketapang, tim yang dipimpin oleh Muhammad Arfa menjalankan berbagai program, salah satunya adalah penanaman apotek hidup di SMPN Sumber Asih. “Kami tanam bibit herbal di lahan sekolah, sekaligus kami ajarkan kepada siswa cara merawat dan memanfaatkannya. Tujuannya agar sejak dini mereka mengenal alternatif pengobatan alami yang mudah diakses dan ramah lingkungan,” jelas Arfa.

Selain itu, sektor lingkungan juga menjadi sorotan melalui edukasi pengelolaan sampah. “Kami mengadakan penyuluhan tentang bahaya sampah plastik dan memperkenalkan cara membuat ecobrick. Kami juga ajak masyarakat membuat kerajinan dari filter sampah plastik yang hasilnya bisa dijual,” tambahnya. Meski begitu, Arfa mengakui adanya tantangan. “Masyarakat masih cukup defensif, terutama terkait kebiasaan membuang sampah sembarangan. Tapi kami tetap berusaha mendekati dengan pendekatan persuasif, terutama lewat anak-anak dan kegiatan bermain sambil belajar,” tuturnya.

Sektor pariwisata pun tak luput dari perhatian. Tim Gili Ketapang menggagas pembuatan website dan akun media sosial untuk mempromosikan potensi wisata pulau tersebut. “Kami ingin memperluas jangkauan promosi Gili Ketapang ke dunia digital. Dengan adanya website, wisatawan bisa lebih mudah mengakses informasi destinasi, penginapan, hingga kegiatan lokal yang menarik,” ujar Arfa dengan semangat.

Sementara itu di Desa Lebak, Bawean, tim pengabdian yang dipimpin Muhammad Aji Bayu Saputra fokus pada pengembangan ekonomi kreatif dan digitalisasi pariwisata. “Kami mendirikan UMKM berbasis bahan lokal tepatnya hasil laut seperti kerupuk ikan Produk-produk ini dikemas menarik dan kami bantu pemasarannya lewat media sosial,” jelas Aji saat ditemui pada sesi wawancara.

Untuk mendukung sektor wisata, tim Bawean menyusun guidebook berisi informasi sejarah, lokasi wisata, serta budaya lokal Bawean. “Buku panduan ini kami bagikan ke penginapan dan pusat informasi wisata. Selain itu, kami juga buat konten digital berupa video dan poster yang disebarkan di media sosial untuk memperluas jangkauan promosi,” tambahnya. Tak hanya itu, tim juga aktif dalam kegiatan pendidikan dan keagamaan seperti mengajar di TPA serta memberikan pelatihan manajemen usaha bagi warga.

“Respon masyarakat sangat baik, mereka terbuka dengan ide-ide baru. Kami justru belajar banyak dari mereka soal nilai kebersamaan dan kearifan lokal,” kata Aji. Ia juga menegaskan bahwa program ini bukan hanya soal memberi, tetapi juga tentang bertumbuh bersama.

Menutup sesi wawancara Audiva Nur Rahma menyampaikan apresiasi mendalam serta harapan untuk kedepannya,

“Saya berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah bekerjasama menyukseskan program pengabdian ini. Saya berharap kerjasama ini tidak akan lekang oleh waktu, serta semoga semakin banyak pihak yang dapat berkolaborasi secara maksimal bersama pengabdian kami” pungkasnya. (IMK/AHR/RS)

Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar acara Halalbihalal dan Pelepasan Jamaah Calon Haji 1446 H pada Rabu (9/4) di Auditorium Prof. K.H. Abdul Kahar Muzakkir yang dihadiri oleh keluarga besar UII, serta para calon jamaah haji yang akan berangkat ke Tanah Suci tahun ini..

Sebagai bagian dari semangat silaturahmi dan saling memaafkan di bulan Syawal, sesi “Ungkapan Halalbihalal” menjadi salah satu momen yang menyentuh hati para hadirin. Perwakilan dari tiga elemen penting keluarga besar UII turut menyampaikan pesan dan kesan. Mereka adalah Cipta Aditya Pratama Kolopita, Ketua Dewan Permusyawaratan Mahasiswa UII sebagai perwakilan mahasiswa, Drs. Achmad Tohirin, M.A., Ph.D. selaku Ketua Ikatan Keluarga Pegawai UII, serta Ir. M. Samsudin, M.T. yang mewakili Paguyuban Pensiunan Pegawai UII. Ketiganya menekankan pentingnya menjaga ukhuwah Islamiyah, memaafkan dengan tulus, dan melestarikan tradisi Halalbihalal sebagai wujud kasih sayang antarsesama.

Selanjutnya, Rektor UII, Prof. Fathul Wahid, menyampaikan sambutannya. Dalam pidatonya, beliau menyampaikan rasa syukur atas terlaksananya acara ini sebagai ajang memperkuat ikatan keluarga besar UII. Ia juga menegaskan pentingnya menjaga nilai-nilai Islam dalam kehidupan kampus dan masyarakat luas.

“Saat ini kita tidak hanya berkumpul untuk saling bermaafan, namun juga turut mendoakan saudara-saudara kita yang akan melaksanakan ibadah haji. Semoga menjadi haji yang mabrur dan membawa berkah bagi UII,” ujar Fathul.

Sambutan berikutnya disampaikan oleh Ketua Umum Pengurus Yayasan Badan Wakaf UII, Dr. Suparman Marzuki, S.H., M.Si. Ia menyampaikan apresiasi kepada seluruh panitia atas terselenggaranya acara ini dengan baik serta mengajak semua pihak untuk terus menjaga semangat kolegialitas dan spiritualitas yang menjadi fondasi UII sejak awal berdiri.

Acara kemudian dilanjutkan dengan tausiyah Halal Bihalal yang disampaikan oleh tokoh nasional sekaligus dosen Fakultas Hukum UII, Prof. Dr. Moh. Mahfud MD, S.H., S.U. Dalam tausiyahnya, Mahfud MD membahas mengenai Rukun Islam dan makna Idul Fitri di Indonesia.

Acara ditutup dengan doa dan jabat tangan antar hadirin sebagai simbol saling memaafkan. Para undangan tampak antusias mengikuti seluruh rangkaian kegiatan hingga akhir. Melalui kegiatan ini, UII tidak hanya mempererat tali silaturahmi, tetapi juga menegaskan komitmennya dalam mendukung nilai-nilai keislaman. (ELKN/AHR)

Dalam rangkaian kegiatan Safari Iman Ramadhan (SafirUII), Masjid Ulil Albab Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar Diskusi Intelektual Muslim #2 bertajuk Pendidikan dalam Kerangka Keadilan Sosial pada Jumat, (21/03). Acara ini menghadirkan Anies Rasyid Baswedan sebagai pembicara utama, dengan Eko Riyadi, S.H., M.H., dosen Fakultas Hukum UII, bertindak sebagai moderator. Diskusi yang berlangsung di Auditorium Prof. Abdul Kahar Mudzakir UII ini menarik perhatian mahasiswa serta masyarakat umum yang antusias mengikuti jalannya acara. Read more

Sebanyak 71 mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII) turut serta dalam program Relawan Ramadhan yang berlangsung dari tanggal 1-17 Maret. Program ini diadakan oleh Dahwah Hijrah Mahasiswa (DHM UII) dengan tujuan untuk mendampingi masyarakat dalam menghidupkan masjid, mengajar anak-anak di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA), serta mempererat ukhuwah islamiyah di tujuh dusun sekitar UII. Read more

Joint/double degree merupakan program kolaborasi akademik Universitas Islam Indonesia (UII) yang memungkinkan mahasiswa memperoleh dua gelar dari dua institusi berbeda. Pada kesempatan ini, Fakultas Hukum UII (FH UII) mengadakan sosialisasi program joint degree dengan Coventry University sebagai mitra, pada Kamis (20/3) melalui Zoom Meeting dan diikuti oleh 60 peserta. Program ini memungkinkan mahasiswa meraih gelar Sarjana Hukum dari UII dan LL.B dari Coventry University.

Coventry University dikenal sebagai salah satu universitas terbaik di Inggris dengan fasilitas unggulan seperti mock courtroom, disruptive media learning lab, serta sistem pembelajaran berbasis praktik. Kota Coventry juga dinilai sebagai salah satu kota pelajar terbaik dengan biaya hidup lebih terjangkau dibanding kota besar lainnya.

“Belajar di Coventry University memperbolehkan mahasiswa untuk mengembangkan skill bidang hukum, berpikir kritis, dan perspektif global,” ujar Ting Wang, perwakilan dari Coventry University.

Kepala Program Studi Hukum Program Sarjana, Dodik Setiawan, menjelaskan bahwa mahasiswa yang mengikuti program ini akan menyelesaikan satu tahun studi di Coventry University atau kurang lebih 120 SKS yang dijalani dengan dua semester untuk mendapatkan gelar LL.B. Mahasiswa akan mengambil enam modul dalam satu tahun di Coventry, yang mencakup mata kuliah wajib dan pilihan, seperti Law, Innovation and Intellectual Property, International Criminal Law, dan International Human Rights Law.

Coventry University juga menyediakan Vice Chancellor’s Scholarship sebagai bantuan finansial, serta program mentorship atau orientasi selama dua minggu sebelum perkuliahan dimulai.  Program ini mencakup tur kampus, pengenalan perpustakaan, serta panduan dalam mengakses sumber belajar dan fasilitas akademik.

Selain itu, terkait persyaratan bahasa, Coventry University mensyaratkan IELTS dengan skor minimal 6.0. Namun bagi yang belum memenuhi syarat, tersedia opsi untuk mengikuti tes bahasa Inggris internal dari universitas atau program persiapan bahasa sebelum perkuliahan dimulai.

“Coventry University menyediakan layanan bimbingan karier hingga 36 bulan setelah kelulusan. Jadi, bagi mahasiswa yang ingin melanjutkan pendidikan atau bekerja di Inggris, tersedia pendampingan dari universitas,” jelas Dodik.

Mahasiswa yang mengikuti program ini pun diperbolehkan untuk bekerja paruh waktu selama masa studi namun dengan batasan. “Mahasiswa bisa bekerja paruh waktu tetapi dengan batasan. Perlu diingat bahwa tujuan utama ke UK ini adalah belajar bukan bekerja. Hal ini akan dinilai dalam wawancara kredibilitas,”jelas Ting Wang

Pada akhir sosialisasi, mahasiswa mendapatkan informasi lebih lanjut tentang prosedur pendaftaran di Coventry University melalui applicantportal.coventry.ac.uk yang dibuka sampai  bulan Mei 2025. (MANF/AHR/RS)