Dalam memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia, Universitas Islam Indonesia (UII) melalui Direktorat Pembinaan Kemahasiswaan (DPK) menyelenggarakan acara Diskusi Panel Kesehatan Mental Mahasiswa: Dari Kebijakan hingga Aksi Nyata.Acara yang berlangsung pada Sabtu (11/10) di Gedung Kuliah Umum Prof. Dr. Sardjito, Kampus Terpadu UII, diikuti oleh sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Forum Pimpinan Perguruan Tinggi Bidang Kemahasiswaan (Forpimawa) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Kegiatan ini menghadirkan empat narasumber antara lain Muhammad Iqbal Fauzi, S.E., selaku Ketua Tim Pembelajaran dan Kemahasiswaan LLDIKTI Wilayah V, dr. Seruni Angreni Susila, M.Ph selaku Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Sleman, Latifatul Laili, S.Psi., M.Psi, Psikolog selaku Kepala Divisi Pembinaan Kepribadian dan Kesejahteraan DPK UII, dan Salma Fairuz Putri selaku Ketua PIK-M Aushaf UII.

Kebijakan Kampus Ramah Kesehatan Mental
Sesi pertama dibawakan oleh Iqbal Fauzi menyoroti hanya sebagian kecil saja remaja dengan masalah kesehatan mental yang pernah mengakses layanan psikologis, padahal prevalensi masalah kesehatan mental khususnya untuk isu kecemasan dan depresi makin meningkat.  Maka dari itu, penting untuk perguruan tinggi meningkatkan layanan kesehatan mental untuk mahasiswa.

Dari permasalahan tersebut, LLDikti Wilayah V menginiasiasi pembentukan Mental Health Center (MHC) yang mendorong setiap perguruan tinggi untuk menyediakan unit layanan konseling, membekali dosen dan tenaga kependidikan dalam psychological first aid (PFA), serta melakukan skrining kesehatan mental secara rutin.

“Kebijakan ini juga mencakup pembentukan kebijakan anti-stigma dan anti-diskriminasi terhadap mahasiswa dengan gangguan mental, serta kolaborasi dengan rumah sakit dan puskesmas untuk memperkuat sistem rujukan,” ungkap Iqbal Fauzi.

Upaya Pemerintah dalam Penguatan Kesehatan Jiwa
Survei Kesehatan Indonesia tahun 2023 menunjukkan provinsi DIY menempati peringkat 1 dengan prevalensi ODGJ tertinggi national dengan 2.936 jiwa berasal dari Kabupaten Sleman. Perolehan data ini menunjukkan urgensi penanganan masalah kesehatan mental yang semakin serius.

Menanggapi kondisi tersebut, Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman menginisasi program Mata Hati (Masyarakat Tangguh Sehat Jiwa) yang menempatkan kesehatan jiwa sebagai bagian integral dari pembangunan sumber daya manusia. Hingga tahun 2024, seluruh puskesmas di Sleman sudah memiliki tenaga psikolog dan fasilitas pendukung yang memadai.

Tidak berhenti disitu, program ini juga merespon zaman dengan menghadirkan layanan konsultasi psikolog daring yang semakin memudahkan masyarakat mengakses bantuan profesional. Terbukti, program ini menimbulkan dampak positif masyarakat hingga apresiasi pada level nasional dan internasional.

“Pemerintah daerah disini hadir berkolaborasi bersama seluruh sektor untuk menurunkan kesenjangan warga dalam mendapatkan akses yang setara untuk hidup layak khususnya kesehatan jiwa serta menghadirkan kesejahteraan yang adil dan setara bagi setiap warganya,” harap dr. Seruni.

Peran Universitas dalam Membangun Kesehatan Mental Mahasiswa
Kesehatan mental mahasiswa telah menjadi isu global yang mendapat perhatian serius, terutama mengingat prevalensi gangguan psikologis yang tinggi di lingkungan perguruan tinggi. Dalam hal ini, UII terus untuk selalu merespon dan menjadi pelopor yang secara konsisten mengembangkan layanan konseling mahasiswa. Sejak 2010, layanan ini terus berkembang hingga melibatkan konselor profesional dan sebaya.

Hingga pada tahun 2023, UII meluncurkan program PEKA (Peduli Kesehatan Mental Mahasiswa) UII Terpadu menghadirkan pendekatan menyeluruh dengan melibatkan sivitas akademika UII yang telah mendapat pelatihan psychological first aid (PSA) hingga penanangan kasus krisis yang bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman.

Kemudian tahun 2024, UII membukan layanan konseling berbasis kecerdasan buatan (AI) untuk level masalah psikologis ringan. Pengembangan ini menjawab kebutuhan konseling yang semakin besar dan bertujuan memperluas akses bagi mahasiswa yang membutuhkan dukungan awal sebelum dirujuk ke layanan profesional.

“Satu poin yang menurut perlu disuarakan bersama adalah mental health matters. Tidak ada kesehatan tanpa kesehatan mental, jadi mari kita urus kesehatan mental kita bersama,” tegas Latifatul Laili.

Mahasiswa sebagai Agen Perubahan Sosial
Pengawalan masalah kesehatan mental tidak hanya sebatas pada penerapan kebijakan dan peran universitas, tetapi ada andil mahasiswa dalam mengurai masalah ini. Banyak cara yang bisa dilakukan mulai dari kampanye media sosial, konseling sebaya, belonging project, hingga edukasi.

“Harapannya dapat terbentuk lingkungan kampus yang peduli akan kesehatan mental, sehingga mampu menciptakan dukungan kegiatan yang berkelanjutan dan membuat mahasiswa berani mencari bantuan tanpa takut akan stigma yang ada,” ungkap Salma

Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan seluruh pemangku kepentingan termasuk mahasiswa semakin sadar dan peduli bahwa isu kesehatan mental ini bukanlah hal yang sederhana. Diperlukan komitmen bersama untuk terus mengawal dan meningkatkan kualitas layanan penanganan masalah kesehatan mental, sehingga dapat terwujud sumber daya manusia yang unggul, dan sehat secara fisik maupun mental. (AHR/RS)

Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menorehkan prestasi terbaiknya dengan berhasil menyambet juara umum pertama dalam ajang Musabaqah Tilawatil Qur’an Mahasiswa Nasional (MTQMN) 2025 yang diselenggarakan di Universitas Lambung Mangkurat, Kabupaten Banjarmasin pada 5-9 Oktober 2025. Prestasi tersebut diraih melalui capaian gemilang 31 mahasiswa delegasi UII pada delapan bidang dengan 19 delegasi mencapai prestasi terbaik.

Beberapa diantaranya yaitu M. Rasihul Hilman sebagai Terbaik I bidang Tartil Qur’an, Muhammad Syauqy Fadlullah meraih Terbaik III bidang Qira’at Sab‘ah, serta Syamimi Assahira memperoleh Terbaik I bidang Qira’at Sab‘ah. Pada bidang Hifzhil Qur’an 20 Juz, prestasi Terbaik III diraih oleh Hasna Shofwatul Azizah, sementara Imron Syafii juga menyabet Terbaik III  bidang Khaththil Qur’an  Dekorasi, dan Rahma Yana mendapatkan Harapan I  bidang Khaththil Qur’an  Dekorasi.

Selanjutnya, Fatimah Az Zahra meraih Terbaik III bidang Fahmil Qur’an, Asep Rizki Suhada Muharom memperoleh Terbaik III pada bidang yang sama, serta D. Rajbani Gibran Ahmad berhasil mendapatkan Terbaik II  bidang Syarhil Qur’an. Pada bidang Debat Ilmiah Kandungan Al-Qur’anBahasa Arab, Ali Mutahari dinobatkan sebagai Terbaik I sekaligus menjadi Pembicara Terbaik. Di sisi lain, M. Fathul Anam juga meraih Terbaik 1 dan Pembicara Terbaik pada bidang yang sama.

Adapun capaian lainnya diraih oleh Ulil Albab Tirmidzi yang memperoleh Terbaik III bidang Pembacaan Kitab Maulid Nabi Muhammad, sementara peserta lainnya seperti Baiq Qori’atul Hafizah, Ahsana Matsway Benta Khot, Muh Subki, M Sirrul Asror, Mochamad Rizal Khoirushholihi, M. Haikal, dan Muhammad Latif Haqiqi turut berkontribusi dalam memperkuat posisi UII hingga berhasil keluar sebagai Juara Umum MTQMN 2025.

Di balik capaian gemilang ini, banyak kisah menarik dan tantangan yang dihadapi oleh delegasi UII yang berproses dengan giat, mulai dari persiapan intensif hingga pengalaman berharga selama kompetisi berlangsung.

Asep Rizki Suhada Muharom, salah satu delegasi saat diwawancarai menceritakan persiapan yang mereka hadapi menjelang kompetisi ini. Menurut penuturannya, Ia dan tim berupaya menggali informasi dan strategi dari universitas lain yang menjadi lawan dalam ajang bergengsi ini, langkah ini mereka lakukan agar dapat tampil maksimal di setiap bidang yang diikuti.

“Intinya banyak strategi yang dikumpulkan, saya dan temen-temen menginginkan adanya penyetaraan pembinaan yang lebih terstruktur dan sistematis, sehingga dibuatkan TQFI dengan fokus pembinaan di bidang MTQ dalam 7 bidang,” ungkap mahasiswa Program Studi Psikologi Program Sarjana angkatan 2022 ini.

Selain itu, Asep menuturkan untuk meraih capaian gemilang ini, Ia dan tim menjalani latihan rutin bersama pelatih dan ikut serta dalam ajang serupa sebagai program latihan menjelang MTQMN.

Persiapan menuju MTQMN pun tak lepas dari tantangan. Seleksi pra nasional MTQMN yang berdekatan dengan waktu pelaksanaan membuat kesempatan untuk berlatih menjadi terbatas. Situasi semakin menantang karena bersamaan dengan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN), sehingga Asep dan tim harus hati-hati dalam mengelola waktu agar bisa berlatih dengan maksimal tanpa harus mengorbankan kegiatan akademik lainnya.

Sementara itu, Fatimah Az-Zahra, salah satu delegasi UII, pengalaman mengikuti MTQMN XVIII di Kalimantan memberikan kesan mendalam. Baginya, budaya daerah yang sangat khas membuatnya terkesan

“Tapi tentu saja, momen paling mengharukan adalah ketika UII diumumkan sebagai juara umum di kota orang pula, bukan sebagai tuan rumah,” ungkapnya.

Perasaan haru semakin terasa karena ia menyaksikan langsung perjuangan teman-temannya dalam mempersiapkan lomba, termasuk dukungan penuh dari pihak universitas.

 “Sejak awal menjadi juara bukanlah target utama. Yang paling penting justru sejauh mana kami bisa menikmati prosesnya, meski tidak selalu mudah. Tapi dari proses yang penuh tantangan itu, Allah memberikan akhir yang indah sebagai hadiah.” tutur Mahasiswa Program Studi Psikologi Program Sarjana angkatan 2022 ini.

Lebih lanjut, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Keagamaan, dan Alumni UII, Dr. Drs. Rohidin, S.H., M.Ag mengapresiasi capaian prestasi ini. Dr. Rohidin mengungkapkan capaian ini adalah anugerah yang amat membanggakan bagi UII. Menurutnya, prestasi ini bukan hanya sekadar torehan kemenangan, tetapi sebagai manifestasi dari ruh dan identitas UII sebagai universitas Islam yang berkomitmen menegakkan nilai-nilai Al- Qur’an dalam setiap denyut kehidupan akademiknya.

“Keberhasilan ini memperlihatkan bahwa UII tidak hanya berfokus pada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga senantiasa mengakar kuat pada nilai-nilai spiritual yang menjadi napas perjuangan para pendirinya. Dalam konteks yang lebih luas, capaian ini menjadi refleksi nyata dari keberhasilan UII dalam menanamkan nilai-nilai Al-Qur’an sebagai fondasi moral, etika, dan intelektual bagi seluruh sivitas akademika,” ungkap Dr. Rohidin

Dr. Rohidin mengungkapkan peran pembinaan kampus dalam mengantarkan kafilah UII meraih prestasi gemilang ini sangatlah besar. Melalui sinergi yang kuat antara dosen pembina, unit kegiatan mahasiswa, lembaga dakwah, dan Direktorat Pembinaan Kemahasiswaan (DPK) UII, proses pembinaan dilakukan secara berkelanjutan, terarah, dan menyeluruh.

“Pembinaan tidak hanya berfokus pada kemampuan teknis seperti tilawah, tahfidz, atau tafsir, tetapi juga pada pendalaman makna, pemahaman konteks, serta penanaman nilai-nilai keikhlasan dan adab Qur’ani. Ekosistem kampus yang mendukung tumbuhnya tradisi Qur’ani menjadikan para peserta tidak sekadar tampil sebagai kafilah, tetapi juga sebagai duta nilai dan akhlak Al-Qur’an,” jelasnya.

Capaian juara umum ini menjadi momentum penting untuk memperkuat semangat Qur’ani di seluruh lini kehidupan kampus. Harapannya, semangat yang lahir dari ajang MTQMN tidak berhenti pada momen kemenangan, tetapi terus mengalir menjadi budaya yang hidup di tengah sivitas akademika UII. (AHR/RS)

Pustakawan Universitas Islam Indonesia (UII), Teguh Prasetyo Utomo, S.I.Pust., berhasil meraih Juara II dalam ajang bergengsi Indonesian Academic Librarian Award (IALA) 2025 yang diselenggarakan oleh Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia (FPPTI) Pusat di Universitas Tarumanegara, Jakarta, pada 8–10 Oktober 2025. Kompetisi ini mempertemukan para pustakawan perguruan tinggi terbaik dari berbagai provinsi di Indonesia yang sebelumnya menjuarai seleksi tingkat wilayah.

Tahun ini, ajang perlombaan IALA  mengusung tema “AI-Driven Academic Libraries: Innovation, Ethics, and the Future of Knowledge Management”, dengan tujuan memberikan wadah bagi pustakawan untuk menampilkan inovasi, berbagi pengetahuan, dan menunjukkan kemampuan adaptif terhadap perkembangan kepustakawanan di era digital.

Dalam ajang tersebut, Teguh mempresentasikan karya inovatif berjudul “GENBREV-AI: Praktik Terbaik Pemanfaatan AI Etis untuk Efisiensi Pengolahan dan Discoverability Koleksi Perpustakaan”. Inovasi GENBREV-AI (Generated Book Reviews with AI) memanfaatkan kecerdasan buatan (ChatGPT) dengan prinsip human-in-the-loop, pustakawan menghasilkan draf ulasan buku yang kemudian diverifikasi dan diberi label provenance sebelum diunggah ke sistem katalog daring Pustaka UII.

Model ini tidak hanya mempercepat proses pengisian sinopsis buku, tetapi juga menghadirkan transparansi, akurasi, dan konteks yang lebih kaya bagi pemustaka dalam menilai relevansi koleksi. Dengan kebutuhan teknis yang minimal dan dokumentasi yang lengkap, praktik GENBREV-AI sangat mudah direplikasi oleh perpustakaan lain di Indonesia, sekaligus menunjukkan bahwa teknologi AI dapat diterapkan secara etis untuk memperkuat, bukan menggantikan, peran profesional pustakawan.

“Penghargaan ini saya dedikasikan untuk seluruh pustakawan UII dan komunitas perpustakaan di Indonesia. Semoga praktik GENBREV-AI bisa menjadi inspirasi dalam menerapkan kecerdasan buatan secara etis dan bertanggung jawab di dunia perpustakaan,” ungkap Teguh usai menerima penghargaan.

Ketua Umum FPPTI Pusat, Mariyah, S.Sos., M.Hum., menilai IALA 2025 menjadi momentum penting bagi pustakawan untuk menunjukkan kapasitasnya dalam bertransformasi di era digital. “Kecerdasan buatan kini berperan sebagai ‘otak’ baru perpustakaan yang mampu mengorganisasi, memfilter, dan menyajikan pengetahuan secara efisien. AI bukan sekadar alat bantu teknis, tetapi mitra strategis bagi pustakawan dalam menghadirkan layanan yang cerdas, cepat, dan relevan dengan kebutuhan akademik masa kini,” ujarnya.

Ajang IALA 2025 menetapkan Pitoyo Widhi Atmoko, S.Si., M.Si. dari Universitas Brawijaya sebagai Juara I, disusul Teguh Prasetyo Utomo, S.I.Pust. dari Universitas Islam Indonesia sebagai Juara II, dan Nurru Alfi Fazri Furau’ki, S.Ptk., M.I.Kom. dari Institut Teknologi dan Sains Bandung sebagai Juara III.

Direktur Perpustakaan UII, Muhammad Jamil, SIP. menyampaikan apresiasi tinggi atas capaian ini, karena prestasi Teguh sekaligus menegaskan komitmen UII dalam mendorong transformasi digital di bidang kepustakawanan. “Keberhasilan ini mencerminkan budaya inovasi yang terus tumbuh di UII, di mana teknologi, etika, dan profesionalisme pustakawan berjalan beriringan,” ujanya.

Ke depan, inovasi GENBREV-AI akan dikembangkan lebih luas melalui program uji coba terukur di lingkungan UII dan akan dipresentasikan dalam forum kepustakawanan nasional. Penerapan ini diharapkan menjadi model replikasi bagi perpustakaan lain di Indonesia dalam menghadirkan layanan informasi yang cerdas dan bertanggung jawab di era kecerdasan buatan. (TP/AHR/RS)

Pusat Studi Agama dan Demokrasi (PSAD) Universitas Islam Indonesia kembali menyelenggarakan Srawung Demokrasi #9 pada Kamis (9/10) di Gedung Kuliah Umum Prof. Dr. Sardjito, Kampus Terpadu UII. Bertajuk “Membaca Arah Politik Indonesia Era Prabowo” acara ini sukses menarik perhatian peserta dari berbagai institusi. Srawung Demokrasi kali ini menghadirkan guru besar yang mendalami kajian Asia dari University of Melbourne, Prof. Vedi R. Hadiz, Ketua Departemen Politik dan Pemerintahan Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr. Abdul Gaffar Karim serta dimoderatori oleh Karina Utami Dewi, peneliti PSAD dan juga Ketua Program Studi Hubungan Internasional UII.

Menjelang satu tahun pemerintahan Prabowo Subianto, yang dilantik pada 20 Oktober 2024 lalu, arah politik yang ditempuhnya masih menyisakan kerancuan. Topik diskusi Srawung Demokrasi #9 kali ini menyoroti perubahan iklim politik nasional, melemahnya gerakan reformasi, serta tantangan demokrasi.

Kegiatan dibuka dengan sambutan Prof. Dr.rer.soc. Masduki, S.Ag., M.Si yang merupakan Kepala PSAD UII. Dalam sambutannya, Masduki mengungkapkan pentingnya forum akademik untuk membaca ulang arah demokrasi Indonesia pasca-reformasi. “Jadi, ini pusat studi yang memang diharapkan akan melibatkan teman-teman mahasiswa,” ucapnya.

Masduki juga menyinggung mengenai penangkapan aktivis sosial yang marak disebut kelanjutan dari September Kelabu dan juga program pemerintah tentang makanan bergizi gratis (MBG) yang semakin tidak jelas tujuan dan keberlanjutannya, “ada MBG yang ini sebetulnya beneran mau mendidik, atau ini adalah semacam proyek saja untuk pembagian kekuasaan dan ekonomi politik,” pungkasnya.

Sesi diskusi berlangsung dengan pembahasan beragam isu, mulai dari penangkapan aktivis, sentralisasi kekuasaan, hingga pelaksanaan program MBG yang dinilai sarat muatan politik. Narasumber pertama Prof. Vedi mengatakan bahwa masa pemerintahan Prabowo tak lagi bisa disebut dengan masa reformasi. Menurutnya, masa reformasi sudah berakhir, digantikan oleh masa yang belum jelas arah politiknya kemana. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya peristiwa penangkapan, dan perburuan masyarakat.

“Yang saya bilang dengan berakhirnya reformasi ini sebetulnya berkaitan dengan konsep yang sering saya kemukakan yaitu tentang oligarki,” ujar Prof. Vedi. Selanjutnya, Ia membahas mengenai oligarki yang terkadang disalahpahami oleh sebagian besar orang adalah cenderung merujuk kepada orang kaya. Sejatinya, oligarki adalah suatu sistem kekuasaan terstruktur yang ditandai oleh aliansi antara politisi, birokrasi, dan pengusaha besar. Prof. Vedi mengkritisi bahwa dulunya cita-cita reformasi bukan hanya menciptakan demokrasi, melainkan keadilan sosial. Nyatanya, sejak reformasi ketimpangan terus meningkat.

Dr. Gaffar menyoroti kemerosotan kualitas demokrasi di Indonesia yang menurutnya turut dipengaruhi oleh melemahnya peran mahasiswa dan masyarakat sipil. Ia menyebut bahwa mahasiswa kini cenderung diarahkan untuk fokus pada pencapaian akademik dan karier pribadi, bukan lagi pada fungsi kritis mengawasi kekuasaan. “Gerakan mahasiswa itulah yang sebenarnya mengizinkan oligarki direstentralisasi tanpa ada resistensi yang signifikan,” ujarnya.

Ia menggambarkan situasi ini seperti “kodok yang direbus hidup-hidup”, di mana mahasiswa tidak menyadari bahwa kondisi demokrasi terus memburuk. Menurutnya, sistem pendidikan dan lingkungan kampus kini membentuk pola yang membuat mahasiswa sibuk dengan IPK tinggi, lulus cepat, dan kegiatan ekonomi, sementara kesadaran politik dan sosial perlahan menghilang.

Setelah sesi diskusi berakhir, Dr. Gaffar berpesan kepada seluruh peserta yang hadir untuk meninjau kembali apa yang seharusnya dilakukan oleh mahasiswa, “Mari kita tinjau, tengok lagi apa yang sebenarnya bisa dimainkan oleh gerakan mahasiswa. Bagaimana menumbuhkan kesadaran kritis, bagaimana tidak fokus hanya kepada pencapaian diri sendiri, tapi gerakan mahasiswa kampus harus tetap bisa memainkan fungsi kontrol terhadap pemerintahan yang demokratis.” ucap Dr. Gaffar menutup sesi diskusi pada Srawung Demokrasi #9. (NKA/AHR/RS)

Staf dan pengajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) dari Cilacs Universitas Islam Indonesia (UII) turut berpartisipasi dalam kegiatan “Diseminasi Program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA): Penguatan Regulasi dan Kemitraan Pengembangan Program BIPA” yang diselenggarakan oleh Pusat Pemberdayaan Bahasa dan Sastra (Pusdaya), Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah RI, bertempat di Hotel Malyabhara, Yogyakarta pada Rabu (08/10) diikuti oleh staf manajemen program BIPA dan perwakilan pengajar dari lembaga penyelenggara BIPA formal maupun non-formal di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Melalui kegiatan ini, para peserta mendapatkan pemahaman mendalam tentang regulasi penjaminan mutu pembelajaran BIPA, sekaligus berkontribusi dalam penyusunan standar penyelenggaraan program BIPA. Diskusi dilakukan dalam bentuk Diskusi Kelompok Terpumpun (DKT) untuk menjaring berbagai pandangan pemangku kepentingan terhadap unsur-unsur yang diperlukan dalam pengembangan standar tersebut.

Dalam sesi paparan, peserta menyimak materi dari Prof. Dr. Gatut Susanto, M.Pd. (Ketua APPBIPA Pusat) dan Agus Soehardjono, S.S., M.M. (Ketua Forkom BIPA DIY) yang membahas Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI), serta berbagai aspek standardisasi penyelenggaraan program BIPA. Selain itu, perwakilan dari berbagai lembaga seperti Perguruan Tinggi, Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP), Satuan Pendidikan Kerjasama (SPK), dan penyelenggara mandiri turut memaparkan praktik baik serta tantangan yang mereka hadapi di lapangan.

Partisipasi Cilacs UII dalam kegiatan ini menjadi bentuk komitmen lembaga dalam mendukung upaya nasional standardisasi dan penjaminan mutu pembelajaran BIPA, sekaligus memperkuat jejaring kemitraan dengan berbagai lembaga penyelenggara BIPA di Indonesia. (ANK/AHR/RS)

Program Studi Hubungan Internasional Universitas Islam Indonesia (UII) bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemlu RI) menyelenggarakan Policy Lab bertajuk “Shaping a Partnership Strategy between Indonesia and Pakistan with Academic Partners” pada Selasa (07/10).  Kegiatan ini digelar dalam rangka memperingati 75 tahun kerja sama Indonesia-Pakistan yang menandai perjalanan panjang persahabatan antara kedua negara sejak tahun 1950. Direktur Asia Selatan dan Tengah Kemlu RI, Ricky Eka Virgana Ichsan menyampaikan acara ini menjadi wadah kolaborasi antara akademisi, praktisi, dan pembuat kebijakan untuk merumuskan rekomendasi strategis dalam mempererat hubungan bilateral Indonesia-Pakistan di masa depan.

Rektor UII, Fathul Wahid, dalam sambutannya menyampaikan bahwa kerja sama di bidang akademik antara UII dan berbagai perguruan tinggi di Pakistan diharapkan menjadi tonggak penting dalam memperkuat hubungan kedua negara. “Kerja sama akademik merupakan fondasi penting bagi diplomasi jangka panjang. Pertukaran pengetahuan dan mobilitas mahasiswa dapat memperkokoh persahabatan antara Indonesia dan Pakistan,” ujar Fathul Wahid.

Sesi pertama kegiatan ini dibuka dengan paparan dari Duta Besar Pakistan untuk Indonesia, H.E. Zahid Hafeez Chaudhri. Ia menegaskan, “Sebagai dua negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, sangat penting bagi Indonesia dan Pakistan untuk mempererat kerja sama bilateral,”.  Ia juga menambahkan bahwa kolaborasi kedua negara telah terjalin di berbagai bidang, khususnya pertahanan, pendidikan, dan perdagangan.

Selaras dengan pernyataan tersebut, Pande Ketut Wuri Handayani, yang merupakan diplomat Kemlu RI juga menyampaikan bahwa Pakistan merupakan partner dagang yang penting bagi Indonesia di Kawasan Asia Selatan.“Penting untuk memanfaatkan instrumen kerja sama yang sudah ada, seperti Indonesia-Pakistan PTA untuk memperkuat kemitraan bilateral,” ujarnya.

Hadza Min Fadhli Robby sebagai Sekretaris Program Studi Hubungan Internasional Program Internasional dan dosen Kajian Asia Selatan, menyatakan, “Pesantren diplomacy penting digunakan sebagai bentuk kerja sama antarinstitusi keagamaan Indonesia-Pakistan. Kita sudah memiliki modal berupa people-to-people relations yang telah menjadi salah satu pilar dalam relasi kedua negara dan terjalin secara organik.” Ia juga menekankan bahwa peran Jamaah Tabligh dan potensi kolaborasi antarpesantren perlu difasilitasi oleh kedua pemerintah.

Policy Lab berlanjut ke sesi “Stocktaking Pilar Kerja Sama Kemitraan Indonesia-Pakistan” yang melibatkan akademisi Hubungan Internasional dalam kajian Asia Selatan dengan pemantik dari akademisi Hubungan Internasional antara lain Rochdi Mohan Nazala, Ph.D. (Universitas Gadjah Mada),Irawan Jati, Ph.D. (Universitas Islam Indonesia), dan Halifa Haqqi, S.I.P ., M.Si. (Universitas Slamet Riyadi Surakarta). Tak hanya itu, hadir pula sebagai peserta dalam kegiatan ini perwakilan akademisi Hubungan Internasional, Hukum Internasional, dan Studi Islam dari berbagai universitas di Yogyakarta dan sekitarnya, antara lain Universitas Islam Indonesia, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas Jenderal Soedirman, UPN “Veteran” Yogyakarta, Universitas Amikom Yogyakarta, Universitas Slamet Riyadi Surakarta, serta Universitas Respati Yogyakarta.

Rangkaian kegiatan ini menegaskan komitmen UII dalam memperkuat diplomasi Indonesia-Pakistan melalui penguatan jejaring akademik yang berlandaskan nilai-nilai keislaman. Melalui pendekatan yang inklusif dan berorientasi jangka panjang, UII dan Kemlu RI mendorong strategi kemitraan yang relevan bagi masa depan hubungan bilateral dan kontribusi Indonesia dalam perdamaian global. (KUD/AHR/RS)

Takmir Masjid Ulil Albab Universitas Islam Indonesia (UII) menyelenggarakan Kajian Peringatan Maulid Nabi Muhammad saw bertajuk “Prophet Vibes: Menyebar Cinta dan Akhlak Nabi di Era Digital” pada Sabtu (04/10) di Masjid Ulil Albab, Kampus Terpadu UII dengan menghadirkan Gus Maulana Al Arief. Kajian ini berhasil menggaet kisaran 350 peserta yang hadir dan mengikuti dari awal hingga akhir acara kajian.

Meski peringatan maulid Nabi Muhammad sudah terlewat satu bulan yang lalu, namun semangat dan cinta kepada Nabi yang melandasi panitia agar tetap terlaksananya acara ini. Jalannya acara dibersamai juga oleh Hadroh Al Munawwir oleh Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU) UII. Gus Maulana Al Arief sebagai pembicara yang hadir merupakan Pembina Pesma Anta Ya Maulana dan Pengasuh Pondok Tanah Jawi. Dalam penuturannya, Ia menceritakan secara singkat sejarah hidup Nabi Muhammad saw dan ciri-ciri fisik Nabi.

Diceritakan bahwa sejak kecil Nabi Muhammad saw telah menunjukkan tanda-tanda kenabian. Awan seolah selalu menaunginya, dan benda-benda pun tunduk kepadanya. Ciri-ciri fisik Nabi juga dijelaskan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik. Disebutkan dala hadis tersebut bahwa warna kulit beliau tidak terlalu putih dan tidak terlalu coklat.

“Rambut di kepala dan jenggotnya beliau ittu tidak lebih dari dua puluh helai,” ujar Gus Maulana dalam kajiannya. Selain itu, Rasulullah saw dikenal memiliki bulu mata yang lentik, alis yang menyambung, serta postur tubuh yang tegak.

Menutup sesi kajian, Gus Maulana mengingatkan pentingnya menumbuhkan cinta kepada Nabi tidak hanya melalui ibadah lahiriah, tetapi juga dengan mengenal sosok dan ilmunya. “Jadi mencintai Nabi dalam hal ini, itu lebih penting. Jadi jangan terus cuman tinggal shalat, tapi kamu gak tahu ilmunya.” pesannya. Ia juga menyampaikan doa bagi seluruh peserta kajian yang hadir. (NKA/AHR/RS)

Universitas Islam Indonesia (UII) melepas keberangkatan mahasiswa delegasi UII menuju Musabaqah Tilawatil Qur’an Mahasiswa Nasional (MTQMN) ke-XVIII 2025 bersama dengan Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Keagamaan, dan Alumni, Dr. Drs. Rohidin, S.H., M.Ag. dan Direktur Pembinaan Kemahasiswaan (DPK UII), Arif Fajar Wibisono, S.E., M.Sc. di Gedung GBPH Prabunigrat Rektorat UII pada Jum’at (03/10).

MTQMN adalah ajang kompetisi Musabaqah Tilawatil Qur’an Mahasiswa Nasional (MTQMN) ke- XVIII yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia dalam rangka mendukung pengembangan prestasi mahasiswa, implementasi Kampus Berdampak serta menumbuhkan karakter Qur’ani mahasiswa Indonesia. Pada tahun ini pelaksanaan MTQMN akan melalui seleksi Pra Nasional pada tanggal 6-9 Oktober 2025 di Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin. Dalam hal ini, UII mengirimkan 31 mahasiswa terpilih untuk 11 cabang lomba untuk menjadi delegasi peserta MTQMN.

Rektor UII, Fathul Wahid dalam sambutannya mengucapkan banyak terimakasih dan apresiasi kepada mahasiswa yang sudah mempersiapkan diri untuk menjadi delegasi UII dalam ajang MTQ Tingkat Mahasiswa Nasional. Ia juga mengingatkan bahwa mahasiswa harus selalu meluruskan niat, terutama karena ini berkaitan dengan Al-Qur’an maka yang utama adalah memuliakan Al-Qur’an. “Juara itu membuat bahagia. Tapi kalau niatnya lurus, kalau toh pun katakanlah kita ingin juara satu, ternyata juara dua, mudah-mudahan Insyaallah kita akan tetap semangat,” ucap Fathul.

Lebih lanjut, Dr. Rohidin juga turut hadir memberikan semangat kepada mahasiswa untuk terus mengingat bahwa kompetisi ini disebut dengan ‘Musabaqah’ yang memiliki arti ‘bersegera atau berpacu dalam kebaikan’. Ia menegaskan mahasiswa untuk tidak saling mengalahkan dan meluruskan niat agar kemenangan itu menjadi berkah.

Direktur Direktorat Pembinaan Kemahasiswaan, Arif mengungkapkan, tahun lalu UII berhasil menduduki prestasi tiga besar nasional kategori PTN maupun PTS. Ia berharap tahun ini mahasiswa delegasi UII bisa mempertahankan dan meningkatkan rata-rata prestasi sehingga berhasil melampaui raihan prestasi tahun lalu.

Fathul Wahid juga berpesan, “ketika anda kesana (lomba), ini tidak hanya membawa nama personal pribadi tapi juga nama UII. Itu saya titip, dimana nama UII bisa dijaga terutama dalam bertindak, bersikap, dan berinteraksi dengan yang lain”. Ia berharap semuanya diberi kemudahan dan dilimpahkan yang terbaik dari Allah Swt. (NKA/AHR/RS)

Universitas Islam Indonesia (UII) terus berkomitmen untuk menjalin kemitraan dengan berbagai perguruan tinggi baik nasional maupun internasional. Kali ini UII menerima lawatan kerja sama dari National Yunlin University of Science and Technology (Yuntech), Taiwan pada Kamis (02/09) di Gedung Kuliah Umum Prof. Dr. Sardjito, Kampus Terpadu UII.

Kunjungan ini merupakan bagian dari upaya kedua universitas untuk mengeksplorasi peluang kerja sama di berbagai bidang, termasuk pertukaran mahasiswa dan dosen, penelitian kolaboratif, serta program pengembangan akademik dan inovasi bisnis. Delegasi Yuntech dipimpin oleh Presiden Yuntech, Chang Chuan Yu, didampingi sejumlah pimpinan Yuntech.

Rektor UII, Fathul Wahid, menyambut baik lawatan kerja sama Yuntech dan berharap kunjungan ini dapat memperkuat kemitraan antara kedua universitas.

“Saya dikasih tahu oleh kolega, kita sudah menjalin aktivitas bersama, seperti mengirimkan mahasiswa yuntech ke UII dan kami juga berbahagia karena Yuntech memberi beasiswa kepada satu dosen UII untuk melanjutkan studi disana. Kita disini untuk mendiskusikan kemungkinan untuk berkolaborasi lebih lanjut dan kami berharap kita bisa menghasilkan diskusi yang bermanfaat,” harap Fathul Wahid.

Lebih lanjut, Fathul Wahid menyampaikan bahwa UII memiliki keinginan kuat untuk menjadi universitas bertaraf global, sehingga membuka kesempatan bagi mahasiswa internasional menempuh studi di kampusnya.

“Walaupun UII berbasis Islam, universitas kami bukan hanya untuk muslim. Sejak awal berdirinya, kami juga memiliki mahasiswa non-muslim dan mereka bahagia berkuliah di sini. Kami menghormati semuanya. Selain itu, kami memiliki ribuan alumni yang berkarya di berbagai sektor, baik nasional maupun internasional, hal-hal ini yang membuat kami bersyukur,” tegas Fathul Wahid.

Dalam sambutannya, Presiden Yuntech, Chang Chuan Yu, menyampaikan apresiasi atas kesempatan menjalin silaturahmi dengan UII. Ia menekankan bahwa Indonesia memiliki posisi penting bagi Yuntech dalam pengembangan cultural studies. “Suatu kehormatan bagi saya untuk berdiri di sini mewakili Yuntech hari ini dan bertemu dengan sivitas akademika UII,” ujarnya.

Chang juga menambahkan bahwa saat ini terdapat 130 alumni Yuntech yang berkarier di Indonesia, dan pihaknya ingin memperkuat kolaborasi di bidang pendidikan, penelitian, serta inkubasi bisnis.

Kegiatan dilanjutkan dengan diskusi kerja sama antara kedua universitas, diikuti dengan menonton pagelaran gamelan di Gedung K.H. Wahid Hasyim Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) dan kunjungan ke Museum Candi Kimpulan yang terletak di Gedung Moh. Hatta Perpustakaan UII. Lawatan ini diharapkan menjadi langkah strategis bagi UII dan National Yunlin University of Science and Technology (Yuntech) Taiwan untuk terus memperkuat kolaborasi dan meningkatkan semangat kerja sama akademik. (AHR/RS)

Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK Ormawa) Jafana Universitas Islam Indonesia (UII) membentuk struktur kepengurusan Sanggar Tani Sri Binangun dilaksanakan pada Kamis (25/09)  di Lahan Ketahanan Pangan BUMKal Sambirejo. Kegiatan ini diselenggarakan karena Sanggar Tani Sri Binangun memerlukan struktur organisasi yang jelas untuk mengoptimalkan pengelolaan program ketahanan pangan dan koordinasi antar anggota, serta untuk mendistribusikan peran dan tanggung jawab secara efektif, meningkatkan akuntabilitas, dan memperkuat kapasitas kelembagaan dalam mendukung pengembangan pertanian berkelanjutan di wilayah Kalurahan Pakembinangun.

Kegiatan diikuti oleh Tim pelaksana, 10 anggota Sanggar Tani Sri Binangun yang berasal dari berbagai dusun yaitu Sempu, Sambirejo, Duwetsari, Sambi, Wonogiri, Paraksari, Balong, dan Banjarsari. Pelaksanaan kegiatan dilakukan melalui presentasi rancangan struktur organisasi, diskusi peran dan tanggung jawab setiap posisi, pemilihan dan penunjukan pengurus melalui voting terbuka, penetapan program kerja dan mekanismekoordinasi, serta dokumentasi hasil keputusan dalam berita acara pembentukan.

Kegiatan ini membuahkan hasil dengan dibentuknya struktur organisasi lengkap dengan susunan kepengurusan yang terdiri dari Harsana sebagai Ketua, Sutarno dan Ihsanuddin Rahmatullah sebagai Sekretaris 1 dan 2, Yuri Prasetyo sebagai Bendahara, serta pengurus bidang-bidang meliputi Produksi, Penelitian dan Pengembangan, Sarana dan Prasarana, dan Pemasaran. Struktur yang terbentuk diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pengelolaan program dan memperkuat koordinasi internal komunitas petani. (SAA/AHR/RS)