Arsitek Baru UII Angkatan Ke-15 Diambil Sumpah

Program Studi Profesi Arsitek (PPAr) Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menyelenggarakan Sumpah Keprofesian Arsitek (SKA) Angkatan ke-15. Sebanyak 30 arsitek baru berhasil menuntaskan proses pembelajaran selama 1 tahun dengan 27 arsitek berpredikat Cumlaude, 2 arsitek berpredikat sangat memuaskan, dan 1 arsitek berpredikat memuaskan secara resmi diambil sumpah pada Sabtu (19/04) di Auditorium Gedung KH. Mohammad Natsir FTSP UII.

Dalam laporannya, Ketua PPAr UII, Dr. Ar. Yulianto Purwono Prihatmanji, ST., MT., IPM., IAI menyampaikan mahasiswa PPAr UII belajar dengan beragam disiplin ilmu bersama para tenaga ahli multidisiplin dari bidang perancangan dengan kasus nyata hingga pengabdian masyarakat.

“Secara keseluruhan, dalam kurun masa pembelajaran, mahasiswa telah terlibat dengan beragam kegiatan pembelajaran, pengabdian masyarakat dan penguatan karakter keprofesian, sehingga manakala mereka telah lulus mampu menerapkan Kode Etik Profesi dan Kaidah Tata Laku Arsitek yang telah mereka dapatkan bersama IAI (Ikatan Arsitek Indonesia -red). Lulusan telah siap bekerja bersama para Arsitek Mentor di biro-biro arsitek yang terkoordinasi oleh IAI di provinsi-provinsi seluruh Indonesia,” ungkap Ketua APTARI periode 2024-2027 ini.

Wakil Rektor Bidang Pengembangan Akademik dan Riset, Prof. Dr. Jaka Nugraha, S.Si., M.Si dalam sambutannya berpesan kepada arsitek baru UII untuk selalu mengasah literasi teknologi dan budaya agar sebagai seorang arsitek tidak ketinggalan perkembangan. Selain itu, arsitek perlu untuk terus menumbuhkan karakter positif saat nantinya mengadikan diri dengan bekerja keras, dapat diandalkan, menghargai perbedaan, dan mampu melayani dengan profesional.

“Kunci kesuksesan itu adalah adaptasi dan inovasi yang bertahan adalah yang mampu beradaptasi dengan perubahan karena perubahan adalah suatu kepastian, baik itu perubahan teknologi maupun lingkungan. Yang mampu memimpin adalah yang senantiasa melakukan inovasi. Jadilah arsitek yang selalu melakukan inovasi. mampu berkontribusi bagi masyarakat, menjaga kelestarian lingkungan, keseimbangan ekosistem, dan membangun perkembangan dengan keselarasan lingkungan,” pesan Prof. Jaka.

Ketua Umum Ikatan Arsitek Indonesia (IAI),  Ar. Georgius Budi Yulianto, IAI., AA berpesan juga dalam sambutannya bahwa era disrupsi dan digitalisasi khususnya kecerdasan buatan (AI) saat ini tidak terelakkan untuk semua profesi termasuk arsitek. Menurutnya, arsitek harus mengikutsertakan kecerdasan buatan dalam praktik kearsitekan tanpa melanggar etika.

“Pertama, jangan berhenti untuk memahami etika karena dengan etika yang baik akan bisa memanfaatkan AI untuk tujuan yang baik bukan untuk mengelabuhi. Kedua, harus terus melakukan literasi teknologi karena teknologi juga setiap tahun pasti ada yang baru. Ketiga adalah literasi budaya, kita tidak boleh lupa asal kita dan itu menjadi jati diri kita,” ungkap Ketua Umum IAI ini.

Sementara itu, Dewi Larasati, S.T., M.T., Ph.D selaku Sekretaris Jenderal Asosiasi Perguruan Arsitektur Indonesia (APTARI) berpesan menjadi arsitek profesional saat ini bukan hanya keterampilan menggambar atau kemampuan teknis kontruksi. Arsitek dituntut menjadi agen perubahan yang mampu menjawab kebutuhan masyarakat, merespons konteks lokal, dan tetap berpijak pada etika profesi ditengah tantangan krisis iklim global, ketimpangan sosial, dan tantangan urbanisme yang kompleks.

“Menjadi arsitek bukan hanya sebagai karier, melainkan amanah peradaban. Arsitek tidak hanya merancang bangunan tetapi juga mewujudkan nilai menghadirkan ruang hidup yang adil, dan merawat bumi sebagai rumah bersama. Lulusan profesi arsitektur tidak cukup dibekali dengan keterampilan individual, tetapi juga tumbuh dalam ekosistem pembelajaran lintas disiplin, berpijak pada kolaborasi, dan peka terhadap dinamika sosial budaya,”  ungkapnya (MNDH/AHR/RS)