Perkuat Kesadaran Demokratis Mahasiswa, PSAD UII Gelar School of Democracy and Diversity #3

Pusat Studi Agama dan Demokrasi (PSAD) Universitas Islam Indonesia (UII) rmenyelenggarakan School of Democracy and Diversity (SDD) edisi ketiga pada Jumat-Sabtu (19-20/12) di Sokkyo Homestay, sebagai upaya memperkuat kesadaran demokratis di tengah keragaman bangsa. Kegiatan yang diikuti oleh 25 aktivis mahasiswa lintas agama dan suku ini menghadirkan tokoh-tokoh nasional serta akademisi terkemuka untuk mendiskusikan peran agama dalam harmoni sosial serta tantangan politik identitas di era modern. Melalui pelatihan intensif selama dua hari, para peserta diharapkan mampu menjadi pionir dalam membangun masyarakat Indonesia yang lebih inklusif, toleran, dan damai.

Sesi pertama diawali dengan pemaparan materi mengenai pengetahuan fundamental (fundamental knowledge) oleh Hangga Fathana, S.IP., B.Int.St., M.A., peneliti PSAD UII. Dalam sesi ini, Ia memberikan pengantar mendalam mengenai konsep demokrasi dan keberagaman sebagai landasan utama kegiatan. Materi tersebut menyoroti potret demokrasi di Indonesia yang menghadapi tantangan substantif seperti polarisasi sosial dan konflik antar kelompok pasca-reformasi. Sesi ini dirancang interaktif agar aktivis mahasiswa dapat membangun kesadaran kritis dalam bingkai keberagaman. Diskusi mengalir dengan berbagai pembahasan, seperti pertimbangan dampak pendidikan terhadap nilai moral, pengaruh media terhadap opini publik dan ketidaksetaraan sosial dan demokrasi.

Memasuki sesi kedua, diskusi semakin mendalam dengan pembahasan mengenai prinsip dan urgensi demokrasi yang disampaikan oleh Prof. Dr. Moh. Mahfud MD, S.H., S.U., M.I.P. Prof Mahfud yang kebetulan berhalangan hadir memberikan sesi materi melalui video yang direkam dan ditampilkan kepada peserta lewat proyektor. Pada sesi ini, Prof. Mahfud menekankan tidak perlu perdebatan apakah demokrasi itu hal yang baik atau buruk.

“Urusan baik atau buruk, tepat atau salah, demokrasi itu sudah diputuskan melalui diskusi yang panjang penuh retorik serta argumentatif dulu oleh para pendiri kita,” ucap Prof Mahfud membuka sesi diskusi. Selain membedah sejarah demokrasi, sesi ini mengidentifikasi berbagai problem aktual yang membayangi praktik demokrasi di Indonesia guna memberikan pemahaman kepada peserta bahwa demokrasi merupakan kebutuhan mendesak bagi bangsa yang plural.

Pada sesi ketiga, pembahasan berlanjut dengan fokus pada sejarah dan kontekstualisasi perjalanan demokrasi di Indonesia oleh Prof. Dr. Ni’matul Huda, S.H., M.Hum. Prof Ni’matul menguraikan linimasa perkembangan demokrasi tanah air serta membedah berbagai mazhab, mulai dari liberal hingga transisi (flawed). Prof. Ni’matul juga menyoroti tantangan nyata dalam praktik pemilihan umum daerah di Indonesia. Melalui perspektif hukum tata negara, peserta diajak memahami bahwa demokrasi adalah proses yang dinamis dan terus menghadapi ujian sesuai konteks sosiopolitik yang ada.

Penyelenggaraan SDD #3 ini kembali menegaskan komitmen Pusat Studi Agama dan Demokrasi UII dalam mengawal narasi demokrasi yang sehat di Indonesia. Dengan mempertemukan mahasiswa dari berbagai latar belakang, kegiatan ini menjadi tempat bertukar pikiran guna menyatukan perbedaan. PSAD UII berharap inisiatif ini dapat terus berkelanjutan guna mencetak pemimpin masa depan yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki empati sosial dalam menjaga harmoni di tengah keberagaman bangsa. (NKA/AHR/RS)