,

Samudera Mengabdi: Progam Mahasiswa UII untuk Pemberdayaan Gili Ketapang dan Bawean

UII Mengabdi sukses menggelar rogram pengabdian bertajuk Samudera Mengabdi: Jejak Asa di Gili Ketapang dan Bawean sukses digelar pada tanggal 5-13 April. Sebanyak 23 mahasiswa UII diterjunkan ke dua lokasi berbeda, yaitu Gili Ketapang dan Desa Lebak, Bawean. Mengusung lima sektor utama yaitu lingkungan, keagamaan, kesehatan, pendidikan, dan pariwisata, program ini tidak hanya bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tetapi juga menjadi ajang pembelajaran langsung bagi mahasiswa dalam mengabdi di wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar).

Ketua UII Mengabdi, Audiva Nur Rahma, menjelaskan bahwa pemilihan lokasi sudah melalui berbagai pertimbangan. “Kami memilih Gili Ketapang dan Bawean karena keduanya memiliki potensi besar namun juga tantangan khas daerah 3T. Harapannya, kehadiran kami bisa menjadi stimulus pembangunan dan pemberdayaan di sana, sekaligus menjadi proses pembelajaran sosial yang nyata bagi mahasiswa,” ujarnya  saat sesi wawancara, yang turut dihadiri kedua ketua tim.

Di Gili Ketapang, tim yang dipimpin oleh Muhammad Arfa menjalankan berbagai program, salah satunya adalah penanaman apotek hidup di SMPN Sumber Asih. “Kami tanam bibit herbal di lahan sekolah, sekaligus kami ajarkan kepada siswa cara merawat dan memanfaatkannya. Tujuannya agar sejak dini mereka mengenal alternatif pengobatan alami yang mudah diakses dan ramah lingkungan,” jelas Arfa.

Selain itu, sektor lingkungan juga menjadi sorotan melalui edukasi pengelolaan sampah. “Kami mengadakan penyuluhan tentang bahaya sampah plastik dan memperkenalkan cara membuat ecobrick. Kami juga ajak masyarakat membuat kerajinan dari filter sampah plastik yang hasilnya bisa dijual,” tambahnya. Meski begitu, Arfa mengakui adanya tantangan. “Masyarakat masih cukup defensif, terutama terkait kebiasaan membuang sampah sembarangan. Tapi kami tetap berusaha mendekati dengan pendekatan persuasif, terutama lewat anak-anak dan kegiatan bermain sambil belajar,” tuturnya.

Sektor pariwisata pun tak luput dari perhatian. Tim Gili Ketapang menggagas pembuatan website dan akun media sosial untuk mempromosikan potensi wisata pulau tersebut. “Kami ingin memperluas jangkauan promosi Gili Ketapang ke dunia digital. Dengan adanya website, wisatawan bisa lebih mudah mengakses informasi destinasi, penginapan, hingga kegiatan lokal yang menarik,” ujar Arfa dengan semangat.

Sementara itu di Desa Lebak, Bawean, tim pengabdian yang dipimpin Muhammad Aji Bayu Saputra fokus pada pengembangan ekonomi kreatif dan digitalisasi pariwisata. “Kami mendirikan UMKM berbasis bahan lokal tepatnya hasil laut seperti kerupuk ikan Produk-produk ini dikemas menarik dan kami bantu pemasarannya lewat media sosial,” jelas Aji saat ditemui pada sesi wawancara.

Untuk mendukung sektor wisata, tim Bawean menyusun guidebook berisi informasi sejarah, lokasi wisata, serta budaya lokal Bawean. “Buku panduan ini kami bagikan ke penginapan dan pusat informasi wisata. Selain itu, kami juga buat konten digital berupa video dan poster yang disebarkan di media sosial untuk memperluas jangkauan promosi,” tambahnya. Tak hanya itu, tim juga aktif dalam kegiatan pendidikan dan keagamaan seperti mengajar di TPA serta memberikan pelatihan manajemen usaha bagi warga.

“Respon masyarakat sangat baik, mereka terbuka dengan ide-ide baru. Kami justru belajar banyak dari mereka soal nilai kebersamaan dan kearifan lokal,” kata Aji. Ia juga menegaskan bahwa program ini bukan hanya soal memberi, tetapi juga tentang bertumbuh bersama.

Menutup sesi wawancara Audiva Nur Rahma menyampaikan apresiasi mendalam serta harapan untuk kedepannya,

“Saya berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah bekerjasama menyukseskan program pengabdian ini. Saya berharap kerjasama ini tidak akan lekang oleh waktu, serta semoga semakin banyak pihak yang dapat berkolaborasi secara maksimal bersama pengabdian kami” pungkasnya. (IMK/AHR/RS)