,

Tim Mahasiswa UII Juara 1 Airlangga Medical Scientific Week

Tim mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (FK UII) yang beranggotakan Adi Nugraha, Naila Salim Suparlan, dan Vatia Lucyana Hendyca berhasil menyabet juara 1 bidang lomba video edukasi pada gelaran Airlangga Medical Scientific Week, Minggu (24/10). Tim ini berhasil unggul dari peserta lainnya yang berasal dari berbagai universitas bergengsi di Indonesia

Dari tema Endocrine & Metabolic Disorders, tim UII mengambil topik mengenai penyakit Graves berdasarkan keprihatinan kasus yang ada di Indonesia. “Menurut Basic Health Research pada tahun 2007, jumlah penderita penyakit Graves di Indonesia mencapai 6.9% penduduk Indonesia,” kata Adi Nugraha.

Adi menjelaskan Penyakit Graves adalah penyakit autoimun yang menyebabkan tubuh menghasilkan hormon tiroid berlebih oleh kelenjar tiroid. Hormone tiroid berhubungan dengan fungsi sistem saraf, perkembangan otak, dan suhu tubuh. “Biasanya penderita akan mudah sekali merasakan kepanasan,” ujar Adi.

Vatia Lucyana Hendyca menambahkan, jika wanita lebih berisiko menderita penyakit Graves. Selain itu orang yang memiliki beban hidup yang berat atau stress juga memiliki risiko yang lebih tinggi. Kebiasaan buruk merokok dan usia antara 20-40 tahun lebih berisiko. “Riwayat keluarga juga salah satu faktor penting. Misalkan memiliki ibu yang menderita penyakit Graves, maka sang anak akan lebih berisiko,” jelasnya.

Vatia mengatakan jika penyakit Graves seringkali berhubungan dengan penyakit autoimun lainnya, seperti rheumatoid arthritis dan diabetes mellitus tipe 1. Ibu setelah melahirkan dalam kurun waktu satu tahun juga biasanya menderita penyakit ini.

Menurutnya, proses terjadinya penyakit ini adalah peran dari antibody TSI (thyroid-stimulating immunoglobulins) yang justru menyerang kelenjar tiroid sehingga menghasilkan hormone berlebihan. “Sederhananya sistem kekebalan tubuh yang seharusnya melindungi tubuh, justru menyerang tubuh,” jelasnya.

Naila berujar jika penyakit Graves bisa dikenali melalui beberapa gejala yang muncul seperti pembesaran kelenjar tiroid di leher, sering merasa tremor, jantung yang sering berdebar tidak beraturan, dan sensitif terhadap udara panas. “Penderita akan lebih menyukai tempat yang dingin dan akan mudah sekali berkeringat jika berada di udara panas,” katanya.

Naila menambahkan jika penyakit Graves bisa berdampak terhadap kehidupan seksual karena akan menurunkan gairah seksual, disfungsi ereksi, dan perubahan mood yang parah. Pada wanita akan muncul perubahan pada siklus menstruasi.

Menurut Naila dari sekian banyak perubahan yang muncul, sebetulnya ada tanda khusus yang hanya akan dijumpai pada penyakit Graves yaitu eksoftalmus. Eksoftalmus merupakan sebutan untuk mata menonjol, selain itu juga biasanya mata kering dan rasa seperti ditindih di bagian kelopak. “Penderita akan sensitif terhadap cahaya, jika tidak ditangani bisa menimbulkan kebutaan,” jelasnya.

Mengenai pengobatannya, Naila menyarankan untuk didahului dengan pemeriksaan seperti tes darah, tes antibody, dan tes yodium untuk melihat fungsi dari kelenjar tiroid. Jika didiagnosa positif dapat mengkonsumsi obat antitiroid seperti methimazole dan propylthiouracil.
Menurut Adi Nugraha penyakit Graves merupakan penyakit autoimun yang sulit dicegah. Namun, kita bisa mencegahnya dengan menghindari merokok serta menjaga berat badan ideal. (UAH/RS)