Upaya Mengenalkan Literasi Keuangan Syariah untuk Generasi Z
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam Fakultas Bisnis dan Ekonomi Universitas Islam Indonesia (P3EI FBE UII) mengadakan talkshow bertemakan “Literasi Keuangan Syariah Bagi Gen-Z” pada Kamis (19/06) di Ruang Aula Utara Kampus FBE UII. Kegiatan talkshow ini bertujuan untuk meningkatkan literasi dan mengenalkan lebih jauh mengenai keuangan syariah kepada audiens generasi Z. Talkshow ini menghadirkan dua narasumber inspiratif, Yunice Karina Tumewang, S.E., M.Sc., Ph.D., SAS. selaku Dosen FBE UII dan Harryka Joddy Pangalabuan, S.Psi., CFP, IFP. sebagai Certified Financial Planner
Talkshow diawali dengan sambutan dari Mohammad Bekti Hendrie Anto, S.E., M.Sc. selaku Dosen FBE UII yang menyoroti pentingnya kecerdasan finansial khususnya generasi z. Ia menyayangkan banyak generasi z yang berperilaku boros, senang membeli hal-hal yang tidak diperlukan, dan tidak suka berinvestasi sektor riil.
Terlebih lagi generasi z hidup di era volatility, uncertainity, complexity, dan ambiguity (VUCA) yang penuh dengan perubahan dan ketidakpastian. Ia berharap talkshow ini dapat bermanfaat dan menginspirasi khususnya bagi peserta mahasiswa. “Inspirasi tidak hanya ditangkap tapi inspirasi tentu harus dilaksanakan. Kalau ada bergerak, maka ilmu ini akan menjadi yang hidup”, tuturnya.
Lebih lanjut pada sesi pertama pemaparan materi yang dimoderatori Tiyas Kurnia Sari, S.Ak., M.Sc. selaku Dosen FBE UII, Yunice Karina Tumewang, S.E., M.Sc., Ph.D., SAS menjelaskan tentang pentingnya generasi Z memiliki pengetahuan keuangan syariah. Menurutnya, khususnya bagi peserta yang sebagian besar merupakan mahasiswa UII yang beragama Islam harus menyadari bahwa agama Islam bukanlah agama yang mengesampingkan persoalan ekonomi atau keuangan.
Ia menyoroti bahwa Al-Quran memberikan perhatian yang begitu besar terhadap masalah harta dengan berbagai bentuk katanya yang disebutkan sebanyak 86 kali. “Rasul (Nabi Muhammad saw -red) bahkan selalu menyemangati hamba-hambanya untuk berlaku profesional dan maksimal dalam bekerja”, tegasnya.
Yunice juga melanjutkan pembahasan mengenai kekhawatiran terhadap data 25% generasi Z yang lebih banyak menghabiskan uang untuk aktivitas non-essential seperti travel dan entertainment tapi tidak suka menabung (saving) dan itu akan memberikan dampak negatif. Kebiasaan menyebabkan financial security generasi Z akan menurun karena banyaknya pengeluaran ditambah persoalan-persoalan mental health dan tren flexing yang memicunya. Ia menyarankan solusi dari penurunan financial security adalah berusaha meraih diversifying income dengan cara yang halal, tapi yang jauh lebih penting dari itu adalah kemampuan mengatur spending/consumption sehingga kita akan selalu memiliki dana tabungan.
Selanjutnya dalam sesi terakhir penyampaian materi, Harryka Joddy Pangalabuan, S.Psi., CFP, IFP. selaku praktisi financial planner profesional, membahas lebih lanjut tentang strategi perencanaan keuangan bagi generasi Z yang sesuai dengan syariah dan mudah untuk dilakukan. Ia menegaskan langkah-langkah dalam strategi keuangan untuk berinvestasi tidak dilakukan secara asal tanpa pertimbangan dan mengabaikan kemampuan diri. “Teman-teman harus cek kondisi sekarang, misal uang saku, apakah minus, bisa nabung, atau masuk dan keluar biasa. Kalau teman-teman bekerja cek juga aset finansial dan riil, dan hutang jika ada. Kemudian tujuan keuangan tentu harus sesuai maqashid syariah baik itu jangka pendek, darurat, dan jangka panjang.” tuturnya.
Ia juga menambahkan keberhasilan strategi keuangan syariah didapatkan jika telah berkomitmen untuk melakukan hijrah finansial dan mendapatkan arus kas bersih. “Teman-teman mulai dari sekarang bikin gerakan hijrah finansial yang harus digarisbawahi tidak hanya pakai produknya, tapi harus financial check up dan break down. Dari situ kita bisa mengukur frugalitas dan akan mendapat arus kas bersih. Arus kas bersih ini yang harus dipegang dan bisa disalurkan untuk investasi. Ketika kuliah belajar dulu semua dan nanti bisa memutuskan instrumen investasi mana yang paling nyaman,” tambahnya. Hijrah finasial yang dimaksud Harryka juga berupa upaya meninggalkan belanja hal-hal non-essential, tidak berhutang kecuali kondisi darurat, dan tidak berjudi.
Terakhir, Harryka menyimpulkan bahwa perencanaan keuangan seperti investasi tidak perlu dilakukan terburu-buru. Semua tujuan keuangan memiliki jalan keluar meski dalam waktu persiapan singkat. Generasi Z harus menyiapkan terlebih dahulu pendapatan, pelunasan hutang, proteksi keuangan, kemauan menyisihkan dana baru kemudian memilih instrumen investasi yang nyaman dan sesuai syariah. “Investasi adalah proses yang terus menerus. Proses ini terus dilakukan hingga ketika kita tua dan diwariskan kepada keturunan kita,” pungkasnya. (AAO/AHR/RS)