UII dan Link Women Dorong Perempuan Lebih Percaya Diri Hadapi Dunia Kerja

Dalam upaya menumbuhkan kepercayaan diri perempuan di tempat kerja, Link Women Campus Roadshow menyambangi Universitas Islam Indonesia (UII) dalam sebuah talkshow bertajuk “Bersuara dan Berdaya: Menumbuhkan Kepercayaan Diri Perempuan di Tempat Kerja”. Acara yang diselenggarakan secara daring melalui Zoom dan YouTube ini menghadirkan dua narasumber utama, yakni Dr. Dra. Trias Setiawati, M.Si., Kepala Pusat Studi Gender UII, serta Ida Ayu Prasasti, Program Manager ICT Watch pada Senin (23/06).

Roadshow ini merupakan kolaborasi antara Markoding, LinkedIn, UN Women, dan UII, sebagai bagian dari kampanye mendukung kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan di ruang kerja digital maupun konvensional.

Acara ini dimulai dengan sambutan dari Irianto Almuna selaku Programme Manager Women’s Economic Empowerment, UN Women Indonesia. Ia menyampaikan bahwa UII mendapatkan kehormatan untuk menjadi kampus pertama dalam Link Women.  Sebelumnya program ini telah berhasil dilaksanakan di India pada 2022, yang telah melatih lebih dari 2.500 perempuan muda, dan sekarang program ini diperluas ke Indonesia.

Dalam sambutannya, Direktur Kemitraan dan Kantor Urusan Internasional UII, Dr.rer.nat Dian Sari Utami, S.Psi., MA., menyatakan bahwa edukasi perempuan sangat penting tidak hanya dalam konteks nasional, tetapi juga global. “Kami sangat mengapresiasi semangat belajar para mahasiswa internasional perempuan di UII. Ini mencerminkan pentingnya keterlibatan perempuan dalam membangun bangsa,” ujar Dian. Ia menekankan pentingnya edukasi yang tidak hanya menekankan pada keterampilan, tetapi juga pada pengetahuan gender, hak perempuan, dan keberanian mengambil keputusan.

Narasumber pertama, Dr. Trias Setiawati, memaparkan berbagai tantangan yang dihadapi perempuan di tempat kerja, mulai dari kesenjangan posisi manajerial, mikro-agresi, hingga pelecehan seksual. Berdasarkan data yang disampaikan, hanya 24% perempuan yang menduduki posisi senior manajerial, dan 79% perempuan merasa tidak percaya diri di tempat kerja.

“Stigma budaya patriarkis masih dominan. Banyak perempuan merasa dikerdilkan hanya karena menjadi ibu atau karena dianggap emosional,” jelas Trias. Ia menekankan pentingnya pelatihan inklusivitas, sistem pelaporan aman, mentoring, serta kebijakan kerja fleksibel sebagai langkah strategis memperkuat posisi perempuan.

Sesi kedua menyoroti perspektif lapangan dari Ida Ayu Prasasti, yang membagikan pengalaman ICT Watch dalam mengedukasi dan memberdayakan perempuan, khususnya di daerah rural. Ia menyoroti kesenjangan akses perempuan terhadap teknologi dan literasi digital, termasuk rendahnya keterlibatan perempuan dalam penggunaan kecerdasan buatan (AI).

“Data dari World Economic Forum menunjukkan hanya 20% perempuan yang menggunakan AI. Padahal, teknologi bisa jadi jalan pembuka bagi perempuan untuk bekerja secara fleksibel dan aman,” ujar Prasasti. Prasasti menegaskan pentingnya ruang digital yang aman dan mentor yang suportif agar perempuan dapat mengembangkan diri.

“Mentoring sangat krusial. Tapi hati-hati, karena tidak semua mentor sehat. Kita perlu membangun ekosistem yang benar-benar mendukung, termasuk dari pasangan dan keluarga,” tegasnya.

Talkshow ini ditutup dengan ajakan kepada peserta perempuan, khususnya mahasiswa, untuk percaya pada kemampuan diri dan berani bersuara. “Jangan biarkan dirimu sendiri menjadi penghambat. Kadang yang paling membatasi perempuan adalah pikirannya sendiri,” ujar Prasasti, mengutip buku The Mountain Is You sebagai rekomendasi bacaan inspiratif.

Kegiatan ini menjadi bagian dari serial UII Talk Series dan juga peluncuran program mentoring dan pelatihan Link Women yang menyasar perempuan muda untuk pengembangan karier dan peningkatan keterampilan digital. Acara ini diharapkan akan memicu lebih banyak inisiatif strategis dalam mendorong partisipasi perempuan di dunia kerja dan ruang digital secara lebih inklusif. (ELKN/AHR/RS)