,

Berbagi Bersama Anak Disabilitas di Tengah Pandemi

Mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) UII yang tergabung dalam Center for Medical Islamic Activities (CMIA) menggelar bakti sosial dengan mengunjungi Panti Bina Siwi Bantul pada Minggu (9/1). Panti Bina Siwi merupakan panti asuhan yang menaungi anak-anak disabilitas dan berkebutuhan khusus.

Tinton Candra, selaku ketua acara mengatakan momen kali ini bisa menjadi wadah berbagi ilmu pengetahuan dan meningkatkan kualitas individu serta organisasi CMIA. Dalam kegiatan ini, pihaknya membagikan baju layak pakai, kebutuhan sehari-hari, dan menemani bermain anak-anak penghuni panti. Pandemi covid-19 tidak menyurutkan keinginan mereka untuk aktif dalam kegiatan sosial.

Sementara itu, Sugiman selaku salah seorang pengasuh panti menyampaikan pembentukan panti asuhan berawal dari sekolah luar biasa (SLB) pada tahun 1996. Namun karena pertimbangan anak berkebutuhan khusus memiliki kesulitan akses untuk pulang pergi. Akhirnya dengan bantuan para donatur berdirilah sebuah panti asuhan bagi anak-anak berkebutuhan khusus. “Kini ada sekitar 38 anak dengan 9 pengasuh yang menjaga dan melatih selama 24 jam,” jelasnya.

Ia sangat bersyukur dengan kunjungan mahasiswa CMIA FK UII yang mengajak anak-anak bermain bersama. Sebelum pandemi Covid-19, anak-anak sering diundang ke berbagai acara untuk menampilkan kesenian seperti angklung.

Keterampilan anak-anak di Panti Bina Siwi terbukti dengan penampilan mereka yang menampilkan seni gamelan bindri dan sluku-sluku bathok dilanjutkan angklung manuk dadali dan leleng dengan penuh semangat dan antusias. Mereka bahkan tidak dilatih oleh instruktur musik, namun oleh kakak seniornya di panti. “Jadi sistem pembelajarannya adalah yang senior melatih anak-anak yang junior,” jelasnya.

Selain diajari untuk bermain musik, anak-anak juga dilatih berbagai keterampilan seperti menjahit, membuat bantal, membuat keset, kado wisuda, guci tanah liat, dan pertanian. “Hasil produksi tersebut nanti dijual untuk membantu operasional panti. Namun, poin pentingnya di sini adalah agar mereka nantinya mampu berdaya di masyarakat dengan keterampilan yang dimiliki,” jelasnya.

Melatih Kemandirian Dengan Seni

Dia menceritakan ada salah satu anak bernama Erwin Sutikno penderita Cerebral Palsy yang mahir melukis. Laki-laki yang akrab disapa Erwin tersebut terbiasa melakukan segala kegiatannya menggunakan kaki, termasuk melukis. Setelah lelah melukis ia akan bermain musik menggunakan keyboard dengan sama terampilnya. “Ia mandiri sekali seperti mandi, mencuci, dan menyapu mampu dilakukan tanpa bantuan orang lain,” tutur Sugiman.

Dia menerangkan jika 90% anak-anak di panti sudah tidak memiliki orang tua, 10% lainnya orang tuanya sudah lansia sehingga tidak bisa merawat mereka. Di Panti Bina Siwi inilah rumah mereka untuk bernaung dan berteduh.

Bukan hal mudah untuk melatih dengan mengajar anak-anak dengan keterbatasan khusus. Tapi, dengan cara-cara menyenangkan pengasuh berusaha sebaik mungkin agar anak-anak mampu berlatih dan betah di pondok. “Kuncinya adalah mereka senang di sini sehingga bisa berlatih dengan baik,” pungkasnya. (UAH/ESP)