Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK ORMAWA) Lembaga Dakwah Fakultas Jamaah Fathan Mubina (LDF JAFANA) UII mengadakan kegiatan Sosialisasi Program Kerjasama tentang Pembentukan Komunitas Petani Cabai Pakembinangun pada Sabtu (09/08) di Aula Kalurahan Pakembinangun. Kegiatan sosialisasi ini diikuti oleh sejumlah pemangku kepentingan  dan para petani cabai berpengalaman yang terlibat dalam upaya penguatan dan pembentukan komunitas di sektor pertanian cabai di Kalurahan Pakembinangun, termasuk dari Tim PPK ORMAWA LDF JAFANA UII, PJ Pemerintah Kalurahan Pakembinangun, dan Direktur Bumdes (Badan Usaha Milik Kalurahan).

Acara sosialisasi dibuka secara simbolis dengan pemotongan pita oleh sejumlah pihak perwakilan yang hadir dari PPK ORMAWA LDF JAFANA UII dan Kalurahan Pakembinangun kemudian dilanjutkan dengan pemaparan dari Ihya Muhammad Salman (Mahasiswa Program Studi Hubungan Internasional Program Sarjana Angkatan 2022) sebagai Ketua Tim Pelaksana PPK ORMAWA LDF JAFANA UII mengenai berbagai rencana-rencana kegiatan dari program mereka.

Dalam pemaparannya, Ihya memilih Pakembinangun sebagai lokasi tim PPK ORMAWA LDF JAFANA UII untuk melakukan pendampingan budidaya cabai dan pembentukan komunitasnya karena Pakembinangun memiliki topografi yang subur sehingga dapat mendukung pertanian hortikultura.

“Topografi wilayah Pakembinangun yang terletak di lereng Gunung Merapi menjadi keunggulan tersendiri karena menghasilkan tanah yang subur untuk ditanam tanaman seperti cabai,” ungkap Ihya.

 Selain itu, Ihya menyampaikan bahwa Pakembinangun memiliki 86% penduduk dengan usia produktif yang mendukung potensi besar Pakembinangun dalam mengembangkan pertanian cabai sebagai komoditas utama. Ihya juga menyampaikan bahwa akan segera melaksanakan rencana program awal yaitu pembentukan komunitas petani cabai “SRI BINANGUN” yang bergerak dalam pemberdayaan petani, pemetaan kebutuhan, dan pelatihan dasar berkelanjutan.

Lebih lanjut, Joko Winarno selaku PJ Pemerintah Kalurahan Pakembinangun berterimakasih dan mengapresiasi langkah-langkah dari UII dalam menggerakkan mahasiswanya untuk turut serta dalam mengabdi di masyarakat salah satunya dengan pendampingan program pertanian.

“Kami mengucapkan terima kasih dan apresiasi kepada sivitas akademika UII untuk melakukan pendampingan pertanian, ini selaras dengan visi misi pemerintah kabupaten tentang bagaimana memaksimalkan pertanian, itu harus diperhatikan karena kita memiliki keunggulan geografis. Mau tidak mau kita harus mengikuti perkembangan zaman, siapa tahu anak-anak ini bisa menurunkan teknologi bagaimana bertani cabai semakin gampang,” ungkapnya.

Di akhir sesi, Supriyanto, sebagai Direktur Bumdes (Badan Usaha Milik Kalurahan) mewakili petani-petani cabai yang hadir dalam sosialisasi tersebut menambahkan bahwa langkah pertama yang harus dilakukan adalah melihat dan melakukan survei terlebih dahulu kondisi pertanian cabai di Pakembinangun. Ia juga mengaku petani-petani cabai yang diundang dalam kegiatan sosialisasi ini adalah hasil rekrutmen mereka yang menunjukkan bahwa para petani tersebut memiliki kapabilitas dan kapasitas dalam menyukseskan program sehingga ia berharap program pendampingan ini efektif dan tepat sasaran.

“Sebagai seorang petani kami merasa masalah yang sering dihadapi adalah kurangnya pendampingan. Selain workshop, sebelum itu kita akan melakukan kunjungan agar melihat dimana tempat budidaya cabai dan bagaimana kondisinya,” jelasnya.

Ia juga mengharapkan bahwa program-program yang sudah dibuat dan dijalankan tidak berakhir setelah timeline program pengabdian Tim PPK ORMAWA LDF JAFANA selesai. Ia menyampaikan bahwa pendampingan dari mahasiswa akan selalu dibutuhkan oleh masyarakat karena mahasiswa memiliki intelektualitas yang lebih tinggi sehingga diharapkan program pengembangan lebih cepat dan efektif.

“Membuat program itu gampang, karena ini dari pihak UII kami berharap sebisa mungkin tidak melepaskan. Munculnya lembaga ini, sanggatani SRI BINANGUN akan bermanfaat bagi khalayak luas. Jangan sampai hanya sekali periode program ini berjalan, harapannya berkelanjutan karena program yang dibawakan berpotensi menguatkan SDM dan ekonomi,” harapnya. (AAO/AHR/RS)

Program Studi Hukum Program Internasional (PSHPI), Fakultas Hukum (FH) Universitas Islam Indonesia (UII) bekerja sama dengan Cilacs Universitas Islam Indonesia menggelar kegiatan Global Leadership Program (GL Pro) 2025 sebagai upaya membekali mahasiswa dengan keterampilan kepemimpinan (leadership), berpikir kritis (critical thinking), dan kemampuan komunikasi (communication skill).

Kegiatan ini diikuti oleh 47 mahasiswa PSHPI FH UII angkatan 2022, 2023, dan 2024, yang saat ini tengah menjalani program English for Academic Presentations (EAP) bersama Cilacs UII.

Kegiatan ini berlangsung selama dua hari Jumat–Sabtu (08-09/08) dengan konsep perpaduan antara pembelajaran di dalam ruangan (indoor learning) dan di luar ruangan (outdoor learning). Pada hari pertama, sesi indoor learning dan kegiatan bonfire digelar di Hotel Griya Persada, Kaliurang, Sleman. Sementara itu, pada hari kedua, kegiatan berlanjut di Ledok Sambi dengan rangkaian outbound yang interaktif. Seluruh peserta tampak antusias mengikuti setiap agenda yang telah dipersiapkan.

Acara resmi dibuka pada Jumat (8/8) pukul 14.00 WIB oleh Sekretaris Program Studi Hukum Program Internasional, Dr. Aroma Elmina Martha, S.H., M.H. Dalam sambutannya, beliau mendorong para peserta untuk mengikuti program ini dengan dengan penuh kesungguhan, karena pengalaman ini akan menjadi bekal soft skills yang sangat berharga bagi masa depan mereka.

Sesi kedua menghadirkan Dr.rer.nat. Dian Sari Utami, S.Psi., M.A. dengan materi berjudul “Strong Minds, Strong Leaders: Navigating Pressure in a Globalized World.” Dalam paparannya, ia mengajak peserta memahami pentingnya ketangguhan mental serta kepemimpinan yang adaptif dalam menghadapi tantangan global.

Kegiatan ini juga mendapat perhatian langsung dari Dodik Setiawan Nur Heriyanto, S.H., M.H., LL.M., Ph.D., Ketua Program Studi Hukum Program Sarjana FH UII, yang turut hadir meninjau jalannya acara. Menurut Dodik, acara Global Leadership Program, merupakan program unggulan bagi mahasiswa Program Internasional FH UII. Diharapkan dengan program ini mahasiswa semakin percaya diri untuk menjadi pemimpin dunia di masa yang akan datang. (ANK/AHR/RS)

Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menjadi tuan rumah program internasional Passage to ASEAN: UII Sustainable ASEAN Global Exchange (P2A UIISAGE) dengan tema tahun ini “Sustainable Ecotourism for a Better Future (SEFuture)”. Program yang diselenggarakan pada 4–10 Agustus 2025 ini bertujuan untuk mendorong kesadaran lintas budaya dan kolaborasi internasional dalam membangun praktik pariwisata berkelanjutan yang mendukung pelestarian lingkungan dan pemberdayaan masyarakat lokal.

Dalam rilis yang disampaikan oleh Kepala Divisi Mobilitas Internasional, Direktorat Kemitraan/ Kantor Urusan Internasional (DK/KUI) UII, Nihlah Ilhami, program ini diikuti oleh 20 mahasiswa internasional dari berbagai perguruan tinggi mitra UII, antara lain Universiti Malaya (Malaysia), Universiti Utara Malaysia (Malaysia), Chiang Mai Rajabhat University (Thailand), Van Lang University (Vietnam), Hoa Sen University (Vietnam), University of Economics and Law – VNU HCMC (Vietnam), Université Paris Est Créteil (Prancis), dan Davao Del Sur State College (Filipina).

“Para peserta berasal dari beragam latar belakang kebangsaan, termasuk Malaysia, Vietnam, Myanmar, Thailand, Filipina, Aljazair, Nigeria, Afghanistan, Pakistan, Kolombia, dan Kamboja, mencerminkan semangat inklusivitas dan jejaring global dalam pengembangan SDM muda di bidang pariwisata berkelanjutan,” jelasnya.

Dijelaskan oleh Dian Sari Utami selaku Direktur DK/KUI, Program SEFuture merupakan inisiatif non-akademik yang sepenuhnya bersifat budaya, dirancang untuk mendorong interaksi yang bermakna antar peserta internasional melalui serangkaian kegiatan budaya yang menarik dan interaktif. Selama kegiatan kunjungan, peserta akan mengunjungi Kraton Yogyakarta, Museum Sono Budoyo, Desa Wisata Nglanggeran, Pantai Parangkusumo, dan produksi Bakpia.

Lebih lanjut disampaikan Dian Sari Utami, kegiatan ini mendukung pencapaian beberapa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDG 11: Kota dan komunitas yang berkelanjutan, SDG 15: Kehidupan di darat, dan SDG 17: Kemitraan untuk mencapai tujuan.

Melalui program ini, UII berkomitmen untuk membentuk pemimpin muda yang sadar lingkungan dan tangguh dalam kolaborasi internasional. UII percaya bahwa pariwisata berkelanjutan bukan hanya tentang pelestarian alam, tetapi juga soal membangun hubungan lintas budaya yang saling menghargai. SEFuture 2025 menjadi bukti nyata peran aktif UII dalam membentuk masa depan Asia Tenggara yang lebih hijau dan berkelanjutan.

 

Program P2A UIISAGE Resmi Dibuka

Program internasional P2A UIISAGE secara resmi dibuka pada Selasa pagi (5/8), di Ruang Teatrikal Lantai 1, Gedung Prof. Dr. Sardjito, Kampus Terpadu UII. Acara diawali dengan penampilan dari Unit Kegitan Mahasiswa ‘Tari Xaviera Unisi’ dengan membawakan tarian tradisional khas Indonesia sebagai bentuk sambutan budaya kepada para peserta program internasional ini.

Dalam sambutannya, Wakil Rektor Bidang Kemitraan dan Kewirausahaan, Wiryono Raharjo, menekankan pentingnya keberlanjutan dalam kolaborasi antarbangsa, “We want this exchange to be sustainable, we meet new friends and who know it can connect you to opportunities. So this is not only about learning culture but also about spotting opportunities for the futures,” ujarnya di hadapan para peserta.

“UII berharap dengan program ini, peserta dapat menggali lebih dalam bagaimana praktik ekowisata bisa diterapkan untuk menjaga lingkungan, memberdayakan masyarakat lokal, sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi,” tutur Wiryono Raharjo.

Pembukaan program P2A UIISAGE bertujuan memberikan informasi umum terkait budaya dan bahasa Indonesia serta wawasan mengenai tantangan dan peluang dalam menerapkan prinsip ekowisata di wilayah ASEAN.

Kegiatan hari pertama ditutup dengan campus tour serta permainan tradisional Indonesia yang dirancang untuk mempererat hubungan antar peserta lintas negara. Peserta program ini berasal dari berbagai universitas di kawasan ASEAN seperti Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam. Mereka datang dengan semangat tinggi untuk belajar dan menjalin jejaring antarbangsa.

 

Peserta Antusias Mengikuti Program

Kornitah, mahasiswa dari Chiang Mai Rajabhat University, Thailand, mengaku tertarik karena aspek bahasanya. “It’s about language. The project are in English, and I interest about English, so that’s why I enjoy this program. I hope I will make new friend and new language like Indonesian language,” ungkapnya dengan semangat.

Sementara itu, Vy dari Van Lang University, Vietnam, mengapresiasi kesempatan membangun jejaring internasional dan implikasi SDGs yang menajdi topik bahasan dalam program SEFuture ini. “I want to connect with the students from other ASEAN country, and I want learn more about SDGs. I want to learn about new perspective,” ujarnya. Vy juga menambahkan kesannya terhadap atmosfer kampus UII, “It feels so warm and welcoming, the campus is really beautiful and everyone is very friendly,” katanya.

Dengan berbagai kegiatan eksplorasi budaya, hingga tantangan inovasi keberlanjutan yang akan berlangsung dalam beberapa hari ke depan, program ini diharapkan mampu menanamkan kesadaran kritis dan keterampilan praktis kepada generasi muda ASEAN dalam mewujudkan masa depan yang berkelanjutan. Sebagai bagian dari komitmen global untuk pendidikan lintas budaya dan pembangunan berkelanjutan, Passage to ASEAN (P2A) tak hanya menjadi platform pembelajaran, tetapi juga wadah persahabatan dan kolaborasi lintas negara demi dunia yang lebih baik. (NI/MFPS/AHR/RS)

Lembaga Wakaf Uang (LWU) UNISIA Yayasan Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia (YBW UII) menebarkan nilai-nilai kedermawanan dengan mengadakan Talkshow dan Gerakan UII Berwakaf Uang yang diadakan di Ruang Teatrikal Lantai 2, Gedung Kuliah Umum, Prof. Dr. Sarjito, Kampus Terpadu UII pada Selasa (05/08). Talkshow ini mengusung tema “Waqf Goes to Campus: Inovasi Wakaf Uang Perguruan Tinggi di Era Digital” dengan menghadirkan Dr. H. Tatang Astarudin, S.Ag., S.H., M.Si. (Wakil Ketua Badan Wakaf Indonesia) sebagai narasumber utama dan Drs. Achmad Tohirin, M.A., Ph.D selaku moderator. Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya memperkuat literasi wakaf serta berkolaborasi dengan perguruan tinggi dalam pengembangan wakaf uang produktif.

Rangkaian kegiatan diawali dengan sambutan oleh Drs. Aden Wijdan Syarif Zaidan, M.Si. selaku Ketua Bidang Pemberdayaan Masyarakat YBW UII. Ia berharap kedepannya UII lebih maksimal dalam memanfaatkan aset-aset wakafnya dan memberikan kebermanfaatan yang nyata. “Harapannya wakaf ini atau gerakan wakaf khususnya pengumpulan wakaf dan pemanfaatannya, pentasarufannya, itu bisa semakin membesar,” ungkapnya.

 Ia juga mengatakan bahwa kebijakan dana abadi dari peraturan negara dapat disebut sebagai wakaf. UII sebagai perguruan tinggi yang menjunjung nilai-nilai keislaman harus berupaya menjadi contoh terbaik dan pionir dalam pengembangan wakaf. YBW UII bersama dengan pihak-pihak lainnya akan terus berusaha dengan maksimal agar aset-aset wakaf UII tidak ada yang terbengkalai. “Oleh karena itu, kami berusaha untuk bagaimana aset wakaf yang ada di lingkungan UII untuk bisa dioptimalkan pemanfaatannya agar para waqif ini akan mendapatkan manfaatnya termasuk masyarakatnya,” ujarnya.

Selanjutnya dalam acara inti talkshow, Dr. H. Tatang Astarudin, S.Ag., S.H., M.Si menjelaskan seluruh ikhtiar, niat, dan aktivitas yang diniatkan untuk selamanya dan untuk kemanfaatan banyak orang dapat dikatakan sebagai wakaf secara fikih Islam. Ia juga meyakini bahwa wakaf adalah penopang dan pendukung pilar peradaban. Ia mencontohkan bagaimana konsep nilai-nilai sosial dalam wakaf mampu menopang suatu peradaban dalam kehidupan manusia di dunia ini. “Dahulu misalnya Rasulullah SAW membangun Masjid Quba. Adanya bangunan fisik itu menandakan adanya masyarakat yang sudah tidak nomaden. Alat bacanya adalah bangunan-bangunan ibadah itu hari ini dipahami sebagai wakaf. Maka, kita bisa mengatakan bahwa wakaf adalah alat baca peradaban,” jelasnya.

Lebih lanjut, Dr. H. Tatang Astarudin, S.Ag., S.H., M.Si juga mengatakan bahwa potensi wakaf di Indonesia itu sangat besar. Menurutnya, perguruan-perguruan tinggi di Indonesia memiliki potensi-potensi besar dalam pemberdayaan wakaf jika diakumulasikan. Prediksi potensi wakaf dari perguruan tinggi ini juga telah dibuktikan melalui riset dari Badan Wakaf Indonesia (BWI). “BWI pernah membuat perhitungan dengan hanya mengidentifikasi 17 klaster itu saja kami sudah mendapatkan angka 181 triliun Rupiah, salah satu klaster ini adalah PTKIN dan PTKIS. Perguruan tinggi keagamaan Islam yang berjumlah 895 buah, bahkan jika tidak berwakaf semua, BWI menghitung dalam satu gerakan sudah terkumpul 4 triliun Rupiah untuk dana wakaf,” katanya.

Dr. H. Tatang Astarudin, S.Ag., S.H., M.Si juga menegaskan bahwa wakaf tidak hanya sekadar urusan umat Islam. Wakaf adalah solusi Islam untuk kemanusiaan secara universal. Bahkan ia mengatakan bahwa dalam fikih Islam wakaf tetap boleh meski pemberi tidak beragama Islam. “Jadi, wakaf itu sudah sangat inklusif. Wakaf berbicara menjadi solusi kemanusiaan global.” Selain itu ia juga menyatakan bahwa di era digital wakaf semakin mudah dilakukan karena terdapat instrumen-instrumen yang fleksibel dan mudah diinvestasikan seperti Sukuk Wakaf Private Placement, Sukuk Wakaf Ritel, CWLD (Cash Waqf Linked Deposit), dan Deposito Wakaf dengan media bayar seperti transaksi pada umumnya selama itu halal.

Rangkaian kegiatan selanjutnya adalah penyerahan sertifikat wakaf uang dari Lembaga Wakaf Uang (LWU) UNISIA Yayasan Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia (YBW UII) kepada fakultas-fakultas yang telah memberikan wakaf uang baik secara temporer maupun permanen di UII seperti Fakultas Hukum (FH) dan Fakultas Bisnis dan Ekonomika (FBE). Kemudian, acara dilanjutkan dengan kegiatan Gerakan UII Berwakaf Uang yang dipandu oleh Dr. Siti Achiria, SE., MM. (Ketua Lembaga Wakaf Uang UNISIA) dan Ahmad Sadzali, Lc, M.H. (Kepala Divisi Pendidikan dan Dakwah DPPAI UII). Pada sesi tersebut dilaksanakan peluncuran program Gerakan UII Berwakaf Uang secara simbolis. Program ini merupakan hasil kerja sama antara Lembaga Wakaf Uang (LWU) UNISIA dengan Direktorat Pendidikan dan Pembinaan Agama Islam (DPPAI) UII. Kedua pihak tersebut sekaligus juga akan menjadi partner dalam memberikan edukasi wakaf bagi seluruh mahasiswa dan sivitas akademika UII. (AAU/AHR/RS)

Mengakhiri bulan Muharram tahun ini, Takmir Masjid Ulil Albab Universitas Islam Indonesia (TMUA UII) adakan Kajian On The Road x Wonderful Muharrom mengusung tema yang epik yaitu Merayakan Luka. Dengan mengundang pendakwah muda inspiratif Ust. Handy Bonny, acara ini mengajak peserta kajian yang hadir untuk sama-sama menyembuhkan luka dan taqwa. Acara dilaksanakan secara hybrid dengan di Masjid Ulil Albab UII dan juga live streaming di YouTube Masjid Kampus UII pada Ahad (27/7).

Sebelum kajian dimulai, peserta dihimbau untuk menulis cerita pada kertas dan pulpen yang telah disediakan oleh panitia. Disitu peserta bisa bebas menulis dan mencurahkan apa yang menjadi kekhawatiran dan masalah yang sedang dialami untuk kemudian di akhir sesi kajian akan dibaca satu persatu oleh Handy. Memantik materi kajian, Handy memberi kata-kata hari ini, “Jangan terlalu mengapresiasi luka,” tegasnya.

Ia memberikan salah satu contoh dalil dari Q.S At-Taghabun ayat 11, bahwa segala sesuatu yang menimpa manusia adalah izin dari Allah dengan tujuan menguji keimanan hamba-Nya. Menurutnya, semua orang pasti punya masalah dan ujiannya masing-masing, yang membedakan adalah bagaimana cara kita merespon masalah tersebut, “ada dua tipe manusia, satu ketika dia ada masalah/ujian dia menyalahkan orang lain yang berkaitan dengan masalah tersebut, dan satunya lagi yang fokus pada solusi,” ungkap Handy.

Labih lanjut, Handy membacakan arti ayat selanjutnya, tawaran solusi dari Allah untuk hamba-Nya yang sedang mengalami musibah, “Barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberikan petunjuk kepada hatinya,” ucap Handy. Dari sini, peserta diajak untuk memaknai musibah yang menimpa kita itu sebuah petunjuk agar kita lebih mendekat kepada-Nya. Lagi pula, Allah tidak akan menguji hamba-Nya lebih dari kemampuannya, jelas Handy.

Acara berlanjut pada pembacaan cerita yang telah ditulis oleh peserta. Masing-masing cerita yang dibacakan beberapa dikomentari oleh Handy sebagai bentuk dukungan dan saran. Di akhir acara, Handy berpesan kepada peserta kajian yang hadir tentang ayat seribu dinar, “selalu jadi orang yang taat, benerin hubungannya sama Allah, jaga sholatnya, fokus aja sama tujuan yang sekarang,”. (NKA/AHR/RS)

Universitas Islam Indonesia (UII) merayakan puncak Milad ke-82 dengan menggelar kegiatan Jelajah Kampus. Acara ini berlangsung meriah dan penuh semangat pada Minggu (27/7) di Auditorium Prof. K.H. Abdul Kahar Muzakkir yang dihadiri oleh sivitas akademika UII, purna tugas, serta jajaran pimpinan universitas dan Yayasan Badan Wakaf (YBW) UII.

Kegiatan dimulai sejak pagi hari, tepat pukul 06.00 WIB, dengan senam bersama di boulevard depan auditorium UII. Ratusan peserta, mulai dari dosen, karyawan, hingga jajaran pimpinan, larut dalam suasana kebersamaan. Selepas senam, rangkaian acara utama dibuka dengan laporan Ketua Panitia Milad ke-82, Ir. Fitri Nugraheni, S.T., M.T., Ph.D., IPM. Dalam laporannya, Fitri menegaskan bahwa Milad kali ini menjadi momentum untuk memperkuat komitmen UII terhadap keberlanjutan lingkungan hidup.

“UII Mengerti Bumi, yang ini merefleksikan komitmen kita, Universitas Islam Indonesia, sebagai institusi pendidikan yang tidak hanya fokus pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga peduli terhadap keberlanjutan lingkungan hidup. Kegiatan hari ini yaitu Jelajah Kampus, adalah bagian dari refleksi tersebut,” ungkap Fitri.

Rektor UII, Fathul Wahid, dalam sambutannya, turut mengajak seluruh sivitas akademika untuk menjadikan Milad ke-82 sebagai momentum kesadaran bersama.

“Milad ke-82 ini mengambil tema Mengerti Bumi dan kita harapkan, tema ini akan memantik kesadaran bersama bahwa apa yang kita nikmati hari ini adalah yang harusnya kita wariskan kepada generasi seterusnya. Kita tidak mengeksploitasi bumi, kita tidak mengotorinya, kita tidak melewati batas kemampuan bumi saat ini, sehingga insyaallah anak cucu kita semuanya mendapatkan manfaat dari bumi yang sama-sama kita tinggali,” ujarnya.

Salah satu momen penting dalam acara ini adalah pembukaan secara simbolis yang ditandai dengan pelepasan burung oleh jajaran pimpinan universitas. Pelepasan ini menjadi representasi kepedulian UII terhadap kelestarian lingkungan dan komitmen menjaga ekosistem. Setelah itu, rektor secara resmi mengibarkan bendera start, menandai dimulainya Jelajah Kampus.

Rute jelajah kali ini membawa peserta mengelilingi area kampus dan kawasan masyarakat sekitar UII. Sambil menikmati udara pagi, peserta disuguhi pemandangan hijau yang semakin memperkuat pesan utama tema “UII Mengerti Bumi”, sekaligus menjadi jembatan silaturahmi antara UII dan warga sekitar.

Setelah para peserta kembali ke auditorium, acara dilanjutkan dengan pengumuman hasil kompetisi olahraga antarunit yang telah berlangsung selama rangkaian Milad ke-82. Penyerahan Piala Juara Umum Olahraga menjadi puncak yang ditunggu-tunggu, diiringi sorak sorai pendukung masing-masing unit. Tidak kalah seru, sesi pengundian doorprize menjadi momen penuh antusiasme. Hadiah-hadiah menarik yang disiapkan panitia menjadi apresiasi bagi seluruh peserta yang telah memeriahkan acara.

Suasana semakin meriah dengan penampilan band-band kebanggaan UII, seperti UNISI Music Community, Band Aslisip FTSP, dan tim Band KKA. Musik yang mengalun menghadirkan nuansa hangat dan kebersamaan, menjadi penutup rangkaian acara yang mengesankan. Tidak hanya sivitas akademika yang menikmati kemeriahan ini, masyarakat sekitar UII juga turut merasakan manfaatnya. Kehadiran pedagang yang berjualan di sekitar lokasi acara turut meramaikan suasana sekaligus memberikan dampak ekonomi positif.

Milad ke-82 ini bukan sekadar perayaan usia UII sebagai salah satu institusi pendidikan tertua di Indonesia, tetapi juga momentum refleksi akan tanggung jawab menjaga bumi. Melalui tema UII Mengerti Bumi, UII mengingatkan bahwa keberlanjutan lingkungan harus menjadi prioritas bersama, sejalan dengan misi pendidikan yang tidak hanya mencetak insan cendekia tetapi juga peduli pada alam. Dengan semangat kebersamaan dan kepedulian terhadap bumi, Jelajah Kampus Milad ke-82 UII berhasil menjadi perayaan yang membahagiakan sekaligus bermakna. Di usia ke-82 ini, UII terus melangkah maju dengan komitmen mewariskan bumi yang lebih baik bagi generasi mendatang. (MFPS/AHR/RS)

UII Talk

Direktorat Kemitraan/Kantor Urusan Internasional (DK/KUI) Universitas Islam Indonesia (UII) terus berupaya meningkatkan budaya diskusi intelektual dengan nuansa global dengan menghadirkan pembicara ahli dari mancanegara. Salah satunya dengan menyelenggarakan UII Talk Interactive Seminar bertemakan “Empowering Leadership and Entrepreneurship Mindset” pada (24/07) di Ruang IRC (Information Resource Centre) Lt. 1 Gedung Mohammad Natsir Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP). Seminar ini mendatangkan Prof. David Dawson yang merupakan Professor in Leadership dari Business, Computing & Social Sciences, University of Gloucestershire, UK.

Prof. David Dawson membawakan materi yang berfokus pada dua topik yang saling berkesinambungan yaitu praktik kepemimpinan yang positif dan jiwa entrepreneurship. Ia menjabarkan praktik kepemimpinan positif bertujuan untuk mendapatkan output yang positif bagi kepentingan bisnis dan lingkungan kerja. Ia menjelaskan bahwa pemimpin yang baik dapat diidentikasikan dengan sifat-sifat admirable, excellent, dan successful.

Prof. David Dawson menjelaskan bahwa terdapat dimensi-dimensi yang menjadi indikator keberhasilan leadership dan entrepreneurship seperti business focused (target oriented, standards focused, visionary, knowledgeable, hardworking – organized), leader/manager skills (having integrity, leadership – taking responsibility), dan staff focused (people centred, a developer).

Menurutnya pemimpin yang baik adalah pemimpin yang juga memahami orang-orang yang dipimpinnya. “Mereka (pemimpin-red) harus dapat dipercaya, bertanggungjawab, ketika muncul suatu permasalahan ia bertanggungjawab dan tidak menyalahkan yang lain, bahkan sebisa mungkin ia harus tetap mempertahankan dan menguatkan hati bawahan-bawahannya,” ungkapnya. Ia juga menggaris bawahi bahwa ternyata visionary bukanlah kata yang tepat untuk mendeskripsikan good leadership, “Kata visionary tidak tepat untuk seorang leader. Saya lebih menekankan vision setterkarena seorang pemimpin itu tidak melakukan semua hal akan tetapi membuat percakapan dan tantangan bagi stafnya,” jelasnya.

Selain itu ia juga menegaskan bahwa indikator-indikator leadership dan entrepreneurship dapat diperoleh secara maksimal dengan upaya organizational ambidexterity yaitu mampu mengoptimalkan kemampuan secara konsisten dan seimbang. Ia mengemukakan ambidexterity perlu dilakukan agar kita sebagai leader yang berjiwa entrepreneurship berwawasan luas dan peduli dengan sekitarnya. “Salah satu konsep dalam kepemimpinan adalah ambidexterity yaitu suatu konsep yang menegaskan bahwa pemimpin harus gemar mengeksplorasi hal-hal baru dengan efektif, contoh misal kamu memiliki produk, coba untuk pergi ke negara yang berbeda untuk melakukan perbandingan agar mengetahui kebutuhan apa yang dibutuhkan oleh orang sekitar,” ujarnya.

Sesi penyampaian materi dan diskusi dari Prof. David Dawson tidak bersifat monoton melainkan dilakukan secara interaktif. Ia juga mengajak para peserta untuk mensimulasikan analogi decision-making dan teamwork dengan cara membuat barisan secara berkelompok dan peserta yang berdiri di barisan paling belakang melempar gulungan kertas sejauh mungkin kedepan untuk ditangkap oleh peserta yang berdiri di barisan paling depan. “Disini saya menggambarkan ketika kelompok yang lemparan kertasnya paling cepat, lebih awal, dan tertangkap itu seperti orang yang inovatif dan mudah bekerjasama dalam tim,” pungkasnya. Seminar ini memberikan wawasan yang mendalam dan menginspirasi peserta untuk memiliki jiwa leadership dan entrepreneurship yang saling melengkapi.

Komunitas Gending Gamelan Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar pertemuan koordinasi anggota baru pada Senin (21/07), di Auditorium Gedung K.H. Wahid Hasyim, Fakultas Ilmu Agama Islam, Kampus Terpadu UII, Jl. Kaliurang km. 14,5, Sleman. Acara ini dihadiri oleh berbagai unsur sivitas akademika UII, termasuk Sekretaris Eksekutif UII Hangga Fathana, SIP., B.Int.St., MA., Kepala Bidang Humas UII Rifqi Sasmita Hadi, S.E., M.M., dan pelatih komunitas Anditya Dwi Nugroho.

Komunitas Gending Gamelan UII sendiri terbentuk pada Oktober 2023 sebagai wadah pelestarian budaya gamelan di lingkungan kampus. Komunitas ini terdiri dari dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa UII, dengan perangkat gamelan yang merupakan hibah dari keluarga R. Mujoko Rachmat Soerodirdjo. Pertemuan koordinasi kali ini menjadi momentum penting untuk menyambut gelombang kedua anggota komunitas serta membahas strategi pelatihan dan pengembangan kegiatan di periode mendatang.

Acara dibuka oleh MC dengan penjelasan singkat mengenai sejarah berdirinya komunitas dan visinya dalam menghidupkan kembali tradisi musik gamelan di kalangan sivitas akademika. Selanjutnya, Sekretaris Eksekutif UII, Hangga Fathana, menyampaikan sambutannya yang menekankan pentingnya partisipasi aktif seluruh warga kampus dalam menjaga warisan budaya. “Untuk melestarikan kebudayaan, tidak hanya dengan merawat gamelan, merawat fisiknya tetapi juga mengajak seluruh generasi, seluruh warga UII yang berminat untuk bisa bersama-sama berlatih bermain Gamelan,” ungkapnya.

Sesi sambutan berikutnya disampaikan oleh Anditya Dwi Nugroho selaku pelatih komunitas, yang menjelaskan ragam gending yang akan dipelajari dalam program pelatihan. “Kita untuk berlatih tidak hanya gendingan Jogjakarta, sebagian juga Gending Surakarta, Gending Semarangan, Gending Banyumasan, mungkin juga nanti Jawa Timuran,” jelas Anditya, seraya menekankan pendekatan lintas gaya yang diusung komunitas.

Setelah sambutan, acara dilanjutkan dengan sesi diskusi yang dipandu oleh Rifqi Sasmita Hadi. Diskusi ini menjadi ajang tanya jawab antara pengurus dan anggota, sekaligus membahas teknis pelaksanaan pelatihan. Rifqi menyampaikan bahwa batch kedua pelatihan ini mencatatkan 60 peserta dari berbagai kalangan, yang nantinya akan dibagi menjadi tiga kelompok.
“Di kesempatan ini, kami juga ingin menyampaikan bahwa, di batch kedua ini nantinya ada 60 peserta, 60 peserta ini ada dari dosen, ada tenaga kependidikan, ada mahasiswa. Nanti akan kami bentuk menjadi 3 kelompok, jadi satu kelompok satu sesi,” jelasnya.

Suasana diskusi berlangsung hangat, dengan banyak anggota baru menyampaikan harapan serta masukan untuk keberlangsungan komunitas. Beberapa anggota juga menyatakan kegembiraannya dapat bergabung dalam upaya pelestarian gamelan, yang tidak hanya menjadi sarana belajar musik tradisional tetapi juga memperkuat ikatan kebersamaan di lingkungan kampus.

Latihan ini menjadi langkah awal bagi peserta baru untuk mulai mengenal instrumen gamelan dan merasakan pengalaman bermain bersama dalam format kelompok.(MFPS/AHR/RS)

Lembaga Eksekutif Mahasiswa (LEM) Universitas Islam Indonesia (UII) bekerja sama dengan CILACS UII menggelar kegiatan Sosialisasi CEPT (Certificate of English Proficiency Test) yang bertempat di Gedung Kuliah Umum Prof. Dr. Sardjito UII, pada Jumat (18/07)

Kegiatan ini dihadirkan sebagai respons atas masih banyaknya mahasiswa UII yang mengalami kesulitan dalam memenuhi standar minimal skor CEPT sebagai salah satu syarat kelulusan. Kurangnya persiapan serta pemahaman terhadap strategi pengerjaan tes menjadi tantangan utama yang dihadapi mahasiswa.

Melalui sosialisasi ini, para peserta mendapatkan pemahaman mendalam mengenai berbagai strategi persiapan menghadapi CEPT, mulai dari latihan soal, pemahaman konsep, hingga teknik menjawab yang efektif. Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan diri dan kesiapan mahasiswa dalam menghadapi CEPT sebagai bagian penting dari perjalanan akademik mereka.

Lebih jauh, sosialisasi ini diharapkan dapat menjadi panduan komprehensif bagi mahasiswa untuk meraih hasil optimal dalam tes, sekaligus menumbuhkan kesadaran akan pentingnya persiapan sejak dini. Peserta diajak untuk mengenali kekuatan dan kelemahan mereka dalam berbahasa Inggris, sehingga dapat mengalami peningkatan skor CEPT yang signifikan.

Melalui kolaborasi antara LEM UII dan CILACS UII ini, diharapkan semakin banyak mahasiswa yang tidak hanya berhasil mencapai skor CEPT yang dipersyaratkan, namun juga memiliki kesiapan berbahasa Inggris yang mumpuni sebagai bekal akademik dan profesional di masa depan. (ANK/DNR/AHR/RS)

Penyelenggaraan Seminar Nasional Civil Engineering Research Forum 2025 (CE ReForm ke-9) mengindikasikan konsistensi dari Jurusan Teknik Sipil Universitas Islam Indonesia, dengan dukungan komunitas, untuk mengawal bahwa jembatan antara pengambil kebijakan, praktisi, dan akademisi harus terus dirawat.

Sebelum melanjutkan, saya harus melakukan pengakuan, bahwa latar belakang keilmuan saya sama sekali tidak berhubungan dengan disiplin teknik sipil. Tapi saya setuju dengan teori sistem umum (general system theory) yang dikembangkan oleh Ludwig von Bertalanffy (1968), seorang alhi biologi yang juga ahli filsafat Austria.

 

Reduksionisme dan isomorfisme

von Bertalanffy mengkritik pendekatan reduksionisme dalam melihat sebuah fenomena atau dalam pengembangan ilmu.

Salah satu perspektifnya yang sering kita temukan dan bahkan kita kutip adalah: “The whole is more than the sum of its parts.” Keseluruhan lebih dari sekadar jumlah bagian-bagiannya.

Dia juga mengenalkan konsep isomorfisme. Baginya ada kesamaan struktural dalam berbagai disiplin, yang memungkinkan kita mentransfer tilikan antardisiplin.

Sebagai contoh, jaringan saraf tiruan yang menjadi salah satu pemodelan penting dalam perkembangan akal imitasi (AI) terinspirasi cara kerja saraf biologis. Demikian juga algoritma semut, yang terinspirasi kerja koloni semut.

Bahkan, teori komunikasi yang kita kenal selama ini, mengutip model komunikasi Shannon-Weaver di bidang teknik elektro untuk sistem telekomunikasi.

Yang terbaru, pada 2024, dua orang pemenang hadiah Nobel bidang Fisika, John J Hopfield dari Princeton University (Amerika Serikat) dan Profesor Geoffrey E Hinton dari University of Toronto (Kanada), adalah pengembangan akal imitasi. Konsep fisika mereka gunakan sebagai fondasi.

Apa yang saya pahami di bidang informatika atau sistem informasi, disiplin yang saya tekuni, bisa jadi relevan digunakan untuk melihat fenomena lain di disiplin yang berbeda.

 

Kolaborasi transdisiplin

Baik, kita lanjutkan. Terkait dengan ketiga kelompok: pengambil kebijakan, praktisi, dan akademisi.

Beragam konseptualisasi bisa dikembangkan untuk melihat karakteristik dominan perspektif ketiga kelompok ini. Jika kita kaitkan dengan pembangunan infrastruktur, salah satu kata kunci dalam seminar kali ini, beragam perspektif dominan mungkin kita temui. Perbedaan ini seharusnya dapat saling melengkapi.

Perspektif Fokus utama Cara pandang Horizon waktu
Pengambil kebijakan Kepentingan publik dan politik Infrastruktur sebagai alat pembangunan Menengah–panjang
Praktisi Implementasi teknis dan operasional Infrastruktur sebagai sistem teknis Pendek–menengah
Akademisi Pemahaman kritis dan reflektif Infrastruktur sebagai fenomena sosial-teknis Panjang

Sebagai contoh, pengambil kebijakan cenderung melihat infrastruktur dengan kaca mata kepentingan publik dan bahkan politik. Mereka mengatakan, “Infrastruktur jalan ini penting untuk membuka akses dan mendongkrak perekonomian daerah.”

Praktisi melihatnya dengan fokus pada implementasi teknis dan operasional. Mereka tertarik dengan ungkapan: “Desain jembatan ini harus sesuai standar beban maksimum dan kondisi tanah setempat.”

Di sisi lain, akademisi memberikan perhatian pada pemahaman kritis dan reflektif. Mereka secara kritis akan mengatakan: “Infrastruktur mencerminkan relasi kuasa dalam masyarakat dan menentukan siapa yang mendapat akses dan siapa yang tidak.”

Tentu, ilustrasi di atas adalah sebuah penyederhanaan untuk memudahkan melihat keragaman perspektif, yang kadang dipertentangkan. Titik pijak awal akan menentukan cara pandang kita dan bahkan bingkai waktu yang digunakan: jangka pendek, menengah, dan panjang.

Pengambil kebijakan akan cenderung melihat infrastruktur sebagai alat pembangunan. Konseptualisasi pembangunan sendiri bisa membuka diskusi yang panjang.

Praktisi lebih tertarik melihat infrastruktur sebagai sistem teknis, dan akademisi memandangkan sebagai fenomena sosial-teknis.

Melihat keragaman perspektif, karenanya menjadi penting dan menarik, untuk menghasilkan pendekatan yang lebih komprehensif yang meminimalkan reduksionisme, atau penyederhanaan berlebihan. Saya berharap pola pikir dan pendekatan seperti ini yang muncul dalam diskusi pada seminar kali ini.

Referensi

Von Bertalanffy, L. (1968). General system theory. New York.

 

Sambutan padaSeminar Nasional CE ReForm ke-9 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia, 23 Juli 2025

 

Fathul Wahid

Rektor Universitas Islam Indonesia 2022-2026