Ketika menyiapkan sambutan ini, saya berpikir cukup keras. Saya teringat sebuah lembaga di Jakarta yang meminta izin untuk memasukkan salah satu tulisan ringan saya sebagai pembuka buku yang akan diterbitkan. Utusan lembaga ini pernah menemui saya dan memberi hadiah beberapa buku setelah menyimak sambutan wisuda saya secara daring. Pada saat itu, saya membahas tentang topik menjadi minat mereka.
Terkait dengan sambutan kali ini, saya akhirnya mengetikkan sebuah kata kunci dalam bahasa Inggris, di layanan portal buku langganan saya (Perlego.com). Pencarian dengan kata kunci tersebut menemukan 1.356 judul buku, sebagian dalam bahasa Inggris. Ah, ternyata selama ini saya menganggap remeh topik ini. Sehingga tidak mengherankan jika sebuah lembaga unik di Jakarta mempunyai koleksi ribuan buku tentang humor.
Penasaran dengan kata kuncinya? Kata kuncinya adalah “humor” (dan “humour” untuk ejaan Inggris Amerika). Apa itu humor? Kamus Merriam-Webster mendefinisikannya sebagai kemampuan mental untuk menemukan, mengungkapkan, atau menghargai hal-hal yang menggelikan atau tidak masuk akal.
Humor serius
Di Stanford Graduate School of Business, humor menjadi salah satu mata kuliah resmi, dengan nama “Humor: Seriuos Business”. Pengajarnya tiga orang: dua perempuan dan satu laki-laki. Kedua dosen perempuan tersebut menulis juga sebuah buku yang berjudul Humor, Seriously, yang isi bukunya menjadi bagian silabus mata kuliah yang mereka ajar. Kedua perempuan tersebut adalah Profesor Jennifer Aaker dan Dr. Naomi Bagdonas.
Mata kuliah ini menghadirkan banyak pemimpin perusahaan maju, penulis, dan bahkan laksamana angkatan laut, sebagai pembicara tamu. Mereka berbicara banyak hal, termasuk bagaimana memimpin dengan humor.
Hasil pencarian saya untuk menjawab rasa ingin tahu menemukan banyak kejutan. Apa yang akan saya sampaikan ini merupakan sebagian hasil pencarian personal saya.
Beragam riset ilmiah telah dikembangkan memberikan perhatian kepada topik humor. Pencarian di Google Scholar dengan kata kunci humor (dan humour) menemukan lebih dari 3,9 juta artikel ilmiah atau buku.
Bahkan saya temukan sebuah jurnal ilmiah berjudul Humor: International Journal of Humor Research yang diterbitkan oleh lembaga ternama De Gruyter Brill yang sudah menerbitkan riset ilmiah selama lebih dari 300 tahun.
Apa manfaat humor? Banyak sekali[1]. Di dunia kerja, riset menemukan bahwa humor meningkatkan kesejahteraan, kreativitas, kepuasan kerja, dan kinerja. Pada sisi individu, humor dapat melawan emosi negatif dan membantu dalam menoleransi kepedihan, selain juga membantu menangkal stres. Dalam kerja tim, humor akan meningkatkan komunikasi kelompok, efektivitas dan kohesi yang mengurangi konflik.
Peran humor
Secara metaforis, paling tidak terdapat dua peran humor dalam konteks interaksi dengan sesama, termasuk di dunia kerja, yaitu sebagai “tangga” dan “jembatan”.
Humor dapat dianggap sebagai “tangga”, alat bantu meningkatkan “kuasa”. Humor dapat meningkatkan status individu karena dipersepsikan mempunyai kompetensi dan rasa percaya diri (Bitterly et al., 2017). Ketika menghadapi masalah, individu dengan skor humor tinggi cenderung melihatnya sebagai tantangan, sedangkan yang skor humornya rendah, menganggapnya sebagai ancaman (Kuiper et al., 1993).
Ternyata, humor juga meningkatkan memori atau daya ingat (Bains et al., 2014). Temuan riset ini mengingatkan kepada saya, Indonesia pernah mempunyai presiden, seorang demokrat sejati, yang sangat humoris: Gus Dur. Beliau dapat mengingat ribuan nomor telepon. Memori yang sangat luar biasa.
Humor juga dapat memainkan peran sebagai “jembatan” untuk menjalin kedekatan. Humor memudahkan kita membuat koneksi dan meningkatkan hubungan (Bazzini et al., 2007), dan membantu orang asing atau kolega merasa lebih dekat (Fraley & Aron, 2024).
Humor juga ternyata dapat meningkatkan ketahanan terhadap stres baik sebagai individu maupun tim, dan membentengi dari aspek negatifnya (Keltner & Bonanno, 1997). Studi terhadap individu yang kehilangan pasangan dan mengenang cerita lucu merasa membaik secara lebih cepat serta menunjukkan berkurangnya stres, peningkatan kegembiraan tentang hidup, dan hubungan yang lebih baik.
Tentu, masih banyak peran humor dalam kehidupan, termasuk di tempat kerja, aktivitas sosial, di ruang kelas, maupun dalam kehidupan bernegara. Tentu di sana ada kepatutan (permissibility) yang harus diperhatikan. Kepatutan humor tergantung pada empat hal: muatannya, pelakunya, audiensnya, dan juga konteksnya (Wilk & Gimbel, 2024).
Ada banyak isu dan strategi lain dalam mengembangkan humor yang tampaknya waktu yang ada tidak cukup untuk menyampaikannya. Humor dalam bentuk komedi dapat menjadi koreksi sosial, karena ia menyingkap kebodohan dan kejahatan menjadi bahan tertawaan dan ejekan (Larkin-Galiñanes, 2017).
Terkait dengan ini, kita masih ingat, pada Juni 2024, Paus Fransiskus mengundang 100 komika dari 15 negara ke Vatikan. Bagi Paus, komedi dapat membantu menciptakan dunia yang lebih berempati dan saling mendukung. Selain itu, Paus mengakui bahwa komika sering menggunakan lawakan mereka untuk mengkritik kebijakan publik dan isu-isu sosial.
Kita simpan diskusi lanjutannya untuk kesempatan lain.
Referensi
Bains, G. S., Berk, L. S., Daher, N., Lohman, E., Schwab, E., Petrofsky, J., & Deshpande, P. (2014). The effect of humor on short-term memory in older adults: A new component for whole-person wellness. Advances in Mind-Body Medicine, 28(2), 16-24.
Bazzini, D. G., Stack, E. R., Martincin, P. D., & Davis, C. P. (2007). The effect of reminiscing about laughter on relationship satisfaction. Motivation and Emotion, 31(1), 25-34.
Bitterly, T. B., Brooks, A. W., & Schweitzer, M. E. (2017). Risky business: When humor increases and decreases status. Journal of Personality and Social Psychology, 112(3), 431-455.
Fraley, B., & Aron, A. (2004). The effect of a shared humorous experience on closeness in initial encounters. Personal Relationships, 11(1), 61-78.
Keltner, D., & Bonanno, G. A. (1997). A study of laughter and dissociation: distinct correlates of laughter and smiling during bereavement. Journal of Personality and Social Psychology, 73(4), 687-702.
Kuiper, N. A., Martin, R. A., & Olinger, L. J. (1993). Coping humour, stress, and cognitive appraisals. Canadian Journal of Behavioural Science, 25(1), 81-96.
Larkin-Galiñanes, C. (2017). An overview of humor theory. Dalam S. Attardo (ed.). The Routledge Handbook of Language and Humor (4-16).
Rosling, H., Rosling, O., & Rönnlund, A. R. (2018). Factfulness: Ten Reasons we’re Wrong about the World–and Why Things are Better than You Think. Flatiron books.
Wilk, T., & Gimbel, S. (2024). In on the Joke: the Ethics of Humor and Comedy. De Gruyter.
Sambuan pada acara wisuda Universitas Islam Indonesia pada 26 April 2025
Fathul Wahid
Rektor Universitas Islam Indonesia 2022-2026
[1] Hasil beragam riset dirangkum di https://web.stanford.edu/dept/gsb-ds/Inkling/Leading_with_Humor/index.html. Beberapa bagian lain sambutan ini didasarkan pada informasi di laman ini.
Teknik Lingkungan UII Adakan Workshop Fotografi Bersama Fotografer Jurnalis Senior
Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) menyelenggarakan workshop fotografi pada Kamis (1/5) dengan tema Akademik dan Karir : Memotret Momen, Menciptakan Kesan. Acara workshop diadakan di Auditorium Gedung Moh. Natsir FTSP UII dihadiri 90 mahasiswa UII dengan mengundang Arbain Rambey, seorang fotografer jurnalis senior Indonesia.
Dalam sambutannya, Dr. Eng. Awaluddin Nurmiyanto, S.T., M.Eng sebagai Ketua Jurusan Teknik Lingkungan UII menyampaikan harapannya kepada mahasiswa yang hadir di acara workshop fotografi untuk bisa mengikuti acara ini dengan baik dan bisa menyerap sebanyak-banyaknya ilmu yang akan diberikan oleh pemateri.
“Mungkin Pak Arbain berkenan untuk membagi insight dengan adik-adik di teknik lingkungan khususnya. Karena di akhir masa studi, kita diminta untuk membuat eksibisi, menampilkan poster tugas akhir dan juga ada video dan foto-foto,” ujar Awaluddin.
Sesi berlanjut dengan pemaparan materi oleh Arbain yang dimoderatori oleh Dr. Ir. Andik Yulianto, S.T., M.T selaku Kaprodi Teknik Lingkungan UII. Arbain memulai sesi diskusi dengan menekankan bahwa semua orang bisa belajar fotografi, meski latar belakang akademiknya tidak sejalan. Menurutnya, tidak perlu takut untuk belajar menjadi fotografer handal.
Materi yang dibawakan oleh Arbain seputar teknik fotografi yang tepat, tips bagi jurnalis untuk mendapatkan momen dan angle yang membuat foto terlihat menarik. Menurut pemaparannya, visual sangat memainkan makna dalam fotografi. Begitu juga dengan proporsi foto, bagaimana foto bisa terlihat bagus dan menarik ketika dalam mode landskap maupun potret. Ia banyak menampilkan contoh-contoh foto jurnalistik yang diambil dari website Kompas.com.
Arbain memberikan pesan kepada mahasiswa yang hadir untuk membayangkan objek atau acara apa yang akan difoto sehingga nanti dapat dijadikan referensi untuk menentukan angle dan pencahayaan yang baik. Sehingga nantinya akan didapatkan foto yang menarik secara visual dan memiliki makna dibaliknya (NKA/AHR/RS)
UII Perkuat Jangkauan Global Melalui Misi Akademik ke Uzbekistan
Universitas Islam Indonesia (UII) terus memperkuat strategi internasionalisasi melalui misi akademik strategis ke Uzbekistan yang berlangsung pada (23-25/04). Kunjungan resmi ini bertujuan untuk memperluas kemitraan institusional dan mempromosikan program akademik UII kepada calon mitra dan mahasiswa di kawasan Asia Tengah, khususnya di kota Tashkent dan Samarkand.
Dengan dukungan penuh dari Kedutaan Besar Republik Indonesia di Tashkent, delegasi UII yaitu Dr. Bambang Suratno selaku Kepala Divisi Kemitraan Dalam Negeri Direktorat Kemitraan/Kantor Urusan Internasional (DK/KUI) UII dan Muhammad Ferry Rizki selaku Staf Kemitraan Dalam Negeri DK/KUI UII melakukan serangkaian pertemuan tingkat tinggi dengan institusi akademik terkemuka di Uzbekistan. Misi ini menegaskan komitmen UII dalam membangun kolaborasi internasional yang saling menguntungkan sebagai bagian dari visi strategis globalnya.
“Selama kunjungan, perwakilan UII mengadakan pertemuan konstruktif dengan beberapa institusi utama, termasuk National University of Uzbekistan (NUU), Tashkent State Technical University (TSTU), Tashkent State University of Economics (TSUE), International Islamic Academy of Uzbekistan (IIAU), Madrasah Kukeldash, dan Samarkand State University (SSU),” ungkap Bambang
Dalam kegiatan ini, UII mampu mewujudkan beberapa capaian penting yakni sosialisasi program beasiswa UII, Beasiswa Kemitraan Negara Berkembang (KNB), dan TIAS kepada calon mitra dan mahasiswa internasional. Penjajakan program gelar ganda (double degree) di bidang Manajemen, Hukum, Kimia, Farmasi, dan program studi lainnya yang memungkinkan.
Selain itu, promosi program mobilitas mahasiswa dan staf, termasuk program sekolah musim panas dan pertukaran mahasiswa. Inisiasi proposal kerja sama riset bersama dan kolaborasi melalui skema Erasmus+. Terakhir, pelaksanaan program keterlibatan budaya dan keagamaan yang menghubungkan warisan Islam antara Indonesia dan Uzbekistan.
“Rangkaian kegiatan ini tidak hanya membuka peluang kerja sama institusional, tetapi juga memperlihatkan kesiapan UII untuk menjadi mitra akademik strategis di kawasan tersebut. Setiap pertemuan menekankan potensi kemitraan jangka panjang yang dilandasi oleh keunggulan akademik, keselarasan budaya, dan tujuan pembangunan bersama,” jelas Kepala Divisi Kemitraan Dalam Negeri DK/KUI ini.
Sebagai tindak lanjut, akan diselenggarakan diskusi daring yang lebih mendalam antara universitas-universitas terkait, dengan melibatkan langsung fakultas dan program studi masing-masing.
Universitas Islam Indonesia menyampaikan apresiasi yang tulus kepada Kedutaan Besar Republik Indonesia di Tashkent atas dukungan dan fasilitasi yang telah diberikan selama misi berlangsung. UII optimis bahwa hubungan yang terjalin dalam kunjungan ini akan berkembang menjadi kolaborasi yang berdampak, memperkaya kedua institusi, dan mendukung visi UII untuk menjadi universitas kelas dunia yang berakar pada nilai-nilai Islam. (BS&MFR/AHR/RS)
PSAD Gelar Diskusi Online Bahas Strategi Indonesia Hadapi Perang Tarif Global
Pusat Studi Agama dan Demokrasi (PSAD) Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menyelenggarakan diskusi daring sebagai bagian dari upaya memperkuat peran perguruan tinggi dalam merespons isu-isu global yang berdampak langsung terhadap kebijakan nasional. Diskusi bertajuk “Membaca Tantangan dan Arah Kebijakan Indonesia dalam Menghadapi Perang Tarif Global” ini dilaksanakan secara daring melalui platform Zoom Meeting pada Rabu (30/04) , dan diikuti oleh peserta dari berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa, akademisi, hingga pegiat masyarakat sipil.
Kegiatan ini menghadirkan dua narasumber utama, yakni Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M.Ec., Guru Besar Fakultas Bisnis dan Ekonomika UII, serta Enggar Furi Herdianto, S.IP., M.A., Dosen Hubungan Internasional UII. Diskusi dimoderatori oleh Dr. Aidha Trisanty, S.E., M.M., dari Fakultas Bisnis dan Ekonomika (FBE) UII.
Dalam pemaparannya, Prof. Edy Suandi Hamid menjelaskan bahwa apa yang disebut sebagai “perang tarif global” sebenarnya lebih tepat dipahami sebagai perang dagang bilateral antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Namun demikian, ia menegaskan bahwa dampaknya bersifat sistemik dan menjalar ke berbagai negara lain, termasuk Indonesia.
“Ketika dua kekuatan ekonomi terbesar dunia berkonflik, negara-negara berkembang seperti Indonesia berada di posisi yang rawan terkena imbasnya. Sektor ekspor yang semula tumbuh positif kini menghadapi tantangan besar akibat kebijakan tarif yang diterapkan sepihak,” ungkap Prof. Edy.
Prof. Edy mencontohkan bagaimana sektor-sektor manufaktur Indonesia, seperti tekstil, alas kaki, dan komoditas karet, mengalami penurunan permintaan karena masuknya hambatan tarif di pasar utama seperti Amerika Serikat. Akibatnya, terjadi pengurangan produksi dan pemutusan hubungan kerja di sejumlah industri padat karya.
Untuk menjawab tantangan tersebut, Prof. Edy menawarkan strategi diversifikasi pasar ekspor ke kawasan nontradisional seperti Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Latin. Menurutnya, Indonesia tidak bisa terus bergantung pada mitra dagang utama seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Tiongkok. Selain itu, ia juga menekankan pentingnya menguatkan pasar domestik melalui peningkatan konsumsi produk dalam negeri dan pemberdayaan pelaku usaha kecil dan menengah.
Sementara itu, narasumber kedua, Enggar Furi Herdianto, menyoroti persoalan dari perspektif hubungan internasional. Enggar menjelaskan bahwa perang tarif yang terjadi saat ini menunjukkan adanya krisis kepercayaan terhadap sistem tata kelola perdagangan global yang selama ini dibangun melalui institusi seperti World Trade Organization (WTO).
“Dalam situasi ini, negara-negara besar cenderung mengambil langkah unilateral dan mengabaikan mekanisme multilateral. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi negara-negara seperti Indonesia yang selama ini menggantungkan kestabilan ekonomi pada keterbukaan pasar internasional,” jelas Enggar.
Enggar menekankan pentingnya posisi Indonesia sebagai middle power atau kekuatan menengah yang memiliki peluang untuk memainkan peran strategis dalam menjaga stabilitas kawasan. Ia mendorong pemerintah untuk lebih aktif dalam forum-forum regional seperti ASEAN, APEC, dan RCEP, guna memperkuat posisi tawar Indonesia serta memperjuangkan sistem perdagangan yang lebih adil dan inklusif.
Lebih lanjut, Enggar juga menyoroti perlunya reformasi internal, termasuk penyederhanaan prosedur ekspor-impor, perbaikan tata kelola perdagangan, dan peningkatan perlindungan terhadap tenaga kerja, sebagaimana tercermin dalam laporan United States Trade Representative (USTR) yang beberapa kali menyoroti hambatan struktural di Indonesia.
Pusat Studi Agama dan Demokrasi UII berkomitmen untuk terus mengangkat isu-isu strategis melalui forum-forum ilmiah seperti ini. Diskusi ini menjadi bagian dari komitmen PSAD UII dalam mendorong kajian kebijakan yang strategis. Melalui forum ini, diharapkan muncul gagasan-gagasan kritis dan konstruktif yang dapat memperkaya diskursus kebijakan publik nasional, khususnya dalam menyikapi dinamika global yang terus berubah. (ELKN/AHR/RS)
CILACS UII Adakan Studi Ekskursi BIPA untuk Mahasiswa Internasional
Center for International Language and Cultural Studies (CILACS) Universitas Islam Indonesia (UII) mengadakan studi ekskursi untuk Mahasiswa Internasional Kemitraan Negara Berkembang (KNB) Angkatan 2023 yang mengikuti program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) yang dilaksanakan di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga pada Senin-Rabu (28-30/4).
Kegiatan yang diikuti oleh lima mahasiswa internasional KNB yakni Fazli Elahi dan Usama Ahmad Khan dari Pakistan, Muhammed Fatty dari Gambia, Mqinisi Sibanda dari Zimbabwe, serta Murokib Kode dari Thailand ini dilakukan untuk memperdalam pemahaman mereka terhadap bahasa, budaya, dan kehidupan sosial masyarakat Indonesia secara langsung.
Jenis kegiatan yang dilakukan mencakup menghadiri seminar mini tentang seni budaya, kunjungan ke berbagai situs sejarah, observasi terhadap kehidupan masyarakat lokal, belajar bela diri tradisional seperti pencak silat, mengunjungi UMKM lokal untuk menyaksikan cara pembuatan produk, mengunjungi tempat ibadah serta sekolah yang merupakan cagar budaya, serta melakukan percakapan santai dengan warga setempat maupun keluarga asuh.
Melalui kegiatan ini, mahasiswa internasional tidak hanya belajar Bahasa Indonesia secara teoretis di kelas, tetapi juga menggunakannya dalam konteks nyata melalui interaksi langsung dengan penutur asli, yakni masyarakat Indonesia yang ditemui di sekitar kampus UKSW dan lokasi kunjungan diantaranya Rumah Khalwat RONCALLI Salatiga, UMKM Ting-Ting Gepuk Cap Klenteng, Kedai Ronde Ny. Ong, Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat (GPIB) Salatiga, Prasasti Plumpungan, dan Museum Salatiga, serta SMP Negeri 1 Salatiga.
Usama yang merupakan salah satu mahasiswa BIPA UII mengaku senang bisa mengikuti kegiatan ini. Menurutnya, dengan berinteraksi langsung dengan masyarakat lokal membantunya untuk menjadi lebih percaya diri dalam menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-harinya selama menempuh pendidikan di UII.
“Selain itu, saya jadi lebih mengerti budaya Indonesia, bukan hanya dari buku, tapi dari pengalaman langsung seperti saat belajar pencak silat dan mencicipi makanan tradisional Salatiga. Menurut saya, ini salah satu cara belajar yang menyenangkan dan efektif,” ungkap Usama. (NJS/AHR/RS)
Festival Seni Pertunjukan UII Menyatukan Seni, Nilai Islam, dan Kepedulian Lingkungan
Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menyelenggarakan Festival Seni Pertunjukan sebagai bagian dari rangkaian Milad ke-82 dengan mengusung tema “UII Mengerti Bumi.” Acara ini berlangsung pada Rabu (30/4) di Auditorium Prof. K.H. Abdul Kahar Muzakkir UII, dan terbuka untuk seluruh dosen, tenaga kependidikan, serta mahasiswa. Melalui tema ini, UII ingin mengajak seluruh sivitas akademika untuk merefleksikan kembali hubungan manusia dengan bumi, serta memperkuat komitmen bersama dalam menjaga kelestarian lingkungan melalui ekspresi seni dan budaya.
Read more
Enam Mahasiswa FPSB UII Ikuti Program International Mobility di Malaysia
Enam mahasiswa Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) mengikuti program International Mobility yang diselenggarakan di Universiti Pendidikan Sultan Idris (UPSI), Malaysia. Program ini berlangsung selama dua pekan, tepatnya dari 13 hingga 27 April 2025, kegiatan ini menjadi bagian dari upaya internasionalisasi pendidikan tinggi yang dicanangkan oleh FPSB UII.
Keenam mahasiswa yang terpilih berasal dari tiga program studi berbeda, yakni Ilmu Komunikasi, Hubungan Internasional, dan Pendidikan Bahasa Inggris. Masing-masing program studi diwakili oleh dua mahasiswa: Reza Zuhdan Amien dan M. Fathurrahman Prima Sakti dari Ilmu Komunikasi; Haikal Mukarram dan Ghina Anfasa dari Hubungan Internasional; serta Novi Indriyani dan Ning Difani Wulan dari Pendidikan Bahasa Inggris.
Selama berada di UPSI, para peserta mengikuti berbagai kegiatan akademik dan kultural. Setiap harinya, mereka menghadiri dua kelas reguler yang disesuaikan dengan bidang keilmuan masing-masing. Mahasiswa tidak hanya menjadi pengamat, tetapi turut aktif berpartisipasi dalam diskusi dan tugas perkuliahan bersama mahasiswa lokal.
“Pengalaman belajar di lingkungan akademik yang berbeda memberi banyak wawasan baru, baik dari sisi materi perkuliahan maupun cara pandang mahasiswa Malaysia,” ujar Reza Zuhdan, mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Program Sarjana yang ikut dalam program tersebut.
Tak hanya mengikuti perkuliahan, peserta juga diberi kesempatan untuk melakukan kunjungan lapangan. Salah satu agenda yang paling menarik perhatian adalah kunjungan ke kantor berita nasional Malaysia, BERNAMA. Dalam kunjungan ini, para mahasiswa mendapat penjelasan langsung mengenai proses kerja redaksi, sistem pemberitaan nasional, serta tantangan media di era digital.
Menurut Muhammad Fathurrahman Prima Sakti, mahasiswa Ilmu Komunikasi, kunjungan tersebut memberikan perspektif praktis yang memperkuat pemahaman teoritis yang didapat di kelas. “Melihat langsung bagaimana BERNAMA bekerja membuka cakrawala kami tentang praktik jurnalistik di Malaysia, yang ternyata memiliki banyak kesamaan dengan di Indonesia, tapi juga ada perbedaan menarik,” tuturnya.
Program International Mobility FPSB UII ini memiliki tujuan jangka panjang yang tak hanya bersifat akademik. Melalui program ini, UII berharap dapat memperkuat jejaring internasional, meningkatkan kemampuan adaptasi lintas budaya mahasiswa, serta membuka peluang kolaborasi riset antara institusi.
Selain manfaat akademik, mahasiswa juga dihadapkan pada tantangan personal seperti adaptasi budaya, komunikasi lintas bahasa, dan pembelajaran mandiri di lingkungan baru. Hal ini dinilai penting dalam membentuk karakter dan kesiapan mahasiswa untuk menghadapi tantangan global.
Dengan berakhirnya program pada 27 April 2025, para peserta diharapkan membawa pulang tidak hanya pengalaman, tetapi juga semangat baru untuk menerapkan ilmu dan nilai-nilai internasionalisme dalam lingkungan kampus UII. (MFPS/AHR/RS)
Rektor UII Berbagi Manfaat Humor Kepada Wisudawan Baru
Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar wisuda jenjang Doktor, Sarjana, dan Diploma Periode IV Tahun Akademik 2024/2025 pada Sabtu-Minggu (26-27/04) di Auditorium Prof. K.H. Abdul Kahar Mudzakkir. Pada periode kali ini, UII mewisuda 673 lulusan terdiri dari 7 doktor, 111 magister, 545 sarjana, dan 9 sarjana terapan, serta 1 ahli madia. Sehingga, sampai saat ini tercatat lebih dari 131.426 alumni yang berkiprah dalam berbagai peran baik dalam negeri maupun mancanegara. Read more
Mahasiswa Ikuti Pelatihan Public Speaking Bersama SINERA UII
Sinergi Riset, Pengabdian dan Dakwah Universitas Islam Indonesia (SINERA UII) menyelenggarakan kegiatan Sinera Creative and Communication Academy 2025 berupa Pelatihan Public Speaking dengan tema Empowering Ideas and Voices : Shaping the Future Through Creativity and Community pada Ahad (27/04) bertempat di Auditorium Laboratorium Kimia Lantai 4 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam Indonesia (FMIPA UII). SINERA merupakan salah satu unit unggulan dari Direktorat Pembinaan Kemahasiswaan yang berfokus meningkatkan kompetensi dan keahlian di bidang riset, pengabdian dan dakwah di lingkungan UII.
Menggandeng Ahmad Dzaky Mubarok atau yang biasa disapa Bara sebagai pemateri yang sukses undang mahasiswa untuk lebih tertarik dengan acara ini. Ia adalah seorang influencer dan konten kreator yang kerap membagikan konten seputar public speaking.
Arif Fajar Wibisono, S.E., M.Sc. sebagai Direktur Pembinaan Kemahasiswaan UII mengatakan berbangga dengan mahasiswa yang saat ini semangat mengikuti kegiatan-kegiatan di UII. Ia menyinggung bahwa peserta yang hadir di acara pelatihan ini sekitar 70 mahasiswa yang ternyata melebihi target peserta dari panitia SINERA UII. Menurutnya, public speaking menjadi hal yang sangat penting dipelajari mahasiswa. Karena hal itu dapat menjadi jembatan menyampaikan daya kritis melalui kemampuan berbicara yang baik.
“Kami melihat bahwa banyaknya UKM dan lembaga mahasiswa di UII menjadi potensi yang luar biasa bagi temen-temen yang berkarir atau berkembang di UII melalui kegiatan mahasiswa. Mereka bisa adaptif, solutif, fleksibel, profesional bahkan thinking analysisnya lebih tinggi” Ucapnya. Ia juga menyampaikan terimakasih kepada para peserta yang telah memberikan atensi dan kesiapannya dalam proses belajar bersama di SCCA 2025 ini.
Sambutan selanjutnya oleh Yustika Edho Wicaksono sebagai ketua SINERA UII dilanjut oleh ketua pelaksana SCCA 2025, M. Mustofah Bisri. Sesi sambutan beralih ke acara inti yaitu penyampain materi. Materi yang disampaikan Bara begitu padat, berbicara mengenai tips dan berbagai cara mengatasi masalah gugup pada saat berbicara di depan umum.
Ia memulai materi dengan memberikan kata-kata motivasi “Kamu tidak perlu menjadi hebat untuk memulai tapi kamu perlu memulai untuk menjadi hebat” tutur Bara. Materi yang dibawakan diiringi dengan cerita sehingga mahasiswa antusias mendengarkan. Setelah sesi materi, mahasiswa diarahkan untuk mengerjakan tugas berupa menulis skrip pidato, stand up, dan lain sebgaianya terkhusus untuk public speaking. Lalu skrip tersebut nantinya akan dipraktikkan langsung ke depan panggung. Tak disangka, banyak mahasiswa yang semangat mengajukan diri untuk maju dan melakukan praktik public speaking di depan penonton. (NKA/AHR/RS)
UII Sukses Jadi Tuan Rumah Unisi Debating Arabic Competition ke-3, Cetak Delegasi Indonesia untuk Qatar
Universitas Islam Indonesia (UII) berhasil menjadi tuan rumah Unisi Debating Arabic Competition (UADC) ke-3 kategori siswa yang diselenggarakan oleh Unit Unggulan Universitas, El Markazi yang bekerja sama dengan Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) UII. Kompetisi ini dilaksanakan pada Kamis hingga Ahad (17 – 20/04) secara daring untuk babak seleksi awal, lalu dilanjutkan dengan babak perempat final hingga final secara luring di kampus FIAI pada Minggu (29/04).
Kompetisi ini menjadi ajang penting untuk memilih wakil Indonesia dalam International School Debate Competition (ISDC) yang diselenggarakan oleh Qatar Debate. Sebanyak 16 tim yang terdiri dari 64 debater berpartisipasi, dinilai oleh 24 juri berpengalaman, yang semuanya pernah berkompetisi di ajang internasional Qatar Debate.
Kepercayaan ini menegaskan posisi UII sebagai salah satu universitas yang diakui dalam dunia debat bahasa Arab di Indonesia. Sebelumnya, UII juga pernah dipercaya menjadi tuan rumah seleksi debat bahasa Arab tingkat mahasiswa pada tahun 2015 dan 2018.
Dalam sambutannya, Saiful Aziz, penanggung jawab UKM El Markazi, menyampaikan apresiasinya kepada seluruh panitia atas kerja keras yang dilakukan sejak satu bulan sebelum acara. Ia mengatakan,
“Terima kasih kepada seluruh panitia yang telah berusaha sejak satu bulan yang lalu untuk mempersiapkan acara ini. Setelah hampir beberapa tahun vakum, akhirnya acara ini dapat terselenggara kembali,” ungkapnya.
Saiful menambahkan bahwa ajang ini membuktikan bahwa produk lokal Indonesia kini mampu berbicara di dunia internasional, selaras dengan kutipannya,
“ مناظر اليوم رئيس الغد yang bermakna “Debater hari ini adalah pemimpin masa depan.”
Melengkapi sambutan tersebut, Arif Fajar Wibisono, Direktur Direktorat Kemahasiswaan UII, juga memberikan apresiasi terhadap penyelenggaraan UADC 3. Ia menegaskan bahwa UII terus berkomitmen memfasilitasi pengembangan akademik dan non-akademik mahasiswa.
“El Markazi adalah bagian dari kegiatan mahasiswa. Kami memfasilitasi mahasiswa kami dalam bidang akademik dan non-akademik. Fasilitas ini kami harap akan bermanfaat lebih lanjut,” ujarnya.
Sebagai informasi, Qatar Debate merupakan lembaga yang rutin menggelar kompetisi debat bahasa Arab internasional, bergantian tiap tahun antara taraf mahasiswa dan taraf siswa. Adanya kompetisi seperti UADC 3 menjadi langkah strategis bagi Indonesia untuk menyiapkan delegasi yang mampu bersaing di tingkat global.
Dalam kompetisi ini, Pondok Pesantren An Nuqayah Latte berhasil menjadi juara dan resmi terpilih untuk mewakili Indonesia dalam ISDC 2025. Prestasi ini menjadi bukti keberhasilan sistem seleksi yang diterapkan oleh UII bersama UKM El Markazi.
Menutup rangkaian acara, Muhammad Fathul Anam, Ketua Panitia UADC 3 School Edition, menyampaikan harapannya agar penyelenggaraan ke depan dapat lebih baik lagi. Ia mengatakan,
“Semoga para pegiat debat bahasa Arab dapat terus mengembangkan kemampuan dan teknik berdebat untuk mengharumkan nama Indonesia di Qatar, serta seluruh pihak, termasuk internal universitas, meningkatkan dukungan dana dan moral agar seluruh babak seleksi dapat dilaksanakan secara offline,” pungkasnya. (IMK/AHR/RS)
Sisi Serius Humor
Ketika menyiapkan sambutan ini, saya berpikir cukup keras. Saya teringat sebuah lembaga di Jakarta yang meminta izin untuk memasukkan salah satu tulisan ringan saya sebagai pembuka buku yang akan diterbitkan. Utusan lembaga ini pernah menemui saya dan memberi hadiah beberapa buku setelah menyimak sambutan wisuda saya secara daring. Pada saat itu, saya membahas tentang topik menjadi minat mereka.
Terkait dengan sambutan kali ini, saya akhirnya mengetikkan sebuah kata kunci dalam bahasa Inggris, di layanan portal buku langganan saya (Perlego.com). Pencarian dengan kata kunci tersebut menemukan 1.356 judul buku, sebagian dalam bahasa Inggris. Ah, ternyata selama ini saya menganggap remeh topik ini. Sehingga tidak mengherankan jika sebuah lembaga unik di Jakarta mempunyai koleksi ribuan buku tentang humor.
Penasaran dengan kata kuncinya? Kata kuncinya adalah “humor” (dan “humour” untuk ejaan Inggris Amerika). Apa itu humor? Kamus Merriam-Webster mendefinisikannya sebagai kemampuan mental untuk menemukan, mengungkapkan, atau menghargai hal-hal yang menggelikan atau tidak masuk akal.
Humor serius
Di Stanford Graduate School of Business, humor menjadi salah satu mata kuliah resmi, dengan nama “Humor: Seriuos Business”. Pengajarnya tiga orang: dua perempuan dan satu laki-laki. Kedua dosen perempuan tersebut menulis juga sebuah buku yang berjudul Humor, Seriously, yang isi bukunya menjadi bagian silabus mata kuliah yang mereka ajar. Kedua perempuan tersebut adalah Profesor Jennifer Aaker dan Dr. Naomi Bagdonas.
Mata kuliah ini menghadirkan banyak pemimpin perusahaan maju, penulis, dan bahkan laksamana angkatan laut, sebagai pembicara tamu. Mereka berbicara banyak hal, termasuk bagaimana memimpin dengan humor.
Hasil pencarian saya untuk menjawab rasa ingin tahu menemukan banyak kejutan. Apa yang akan saya sampaikan ini merupakan sebagian hasil pencarian personal saya.
Beragam riset ilmiah telah dikembangkan memberikan perhatian kepada topik humor. Pencarian di Google Scholar dengan kata kunci humor (dan humour) menemukan lebih dari 3,9 juta artikel ilmiah atau buku.
Bahkan saya temukan sebuah jurnal ilmiah berjudul Humor: International Journal of Humor Research yang diterbitkan oleh lembaga ternama De Gruyter Brill yang sudah menerbitkan riset ilmiah selama lebih dari 300 tahun.
Apa manfaat humor? Banyak sekali[1]. Di dunia kerja, riset menemukan bahwa humor meningkatkan kesejahteraan, kreativitas, kepuasan kerja, dan kinerja. Pada sisi individu, humor dapat melawan emosi negatif dan membantu dalam menoleransi kepedihan, selain juga membantu menangkal stres. Dalam kerja tim, humor akan meningkatkan komunikasi kelompok, efektivitas dan kohesi yang mengurangi konflik.
Peran humor
Secara metaforis, paling tidak terdapat dua peran humor dalam konteks interaksi dengan sesama, termasuk di dunia kerja, yaitu sebagai “tangga” dan “jembatan”.
Humor dapat dianggap sebagai “tangga”, alat bantu meningkatkan “kuasa”. Humor dapat meningkatkan status individu karena dipersepsikan mempunyai kompetensi dan rasa percaya diri (Bitterly et al., 2017). Ketika menghadapi masalah, individu dengan skor humor tinggi cenderung melihatnya sebagai tantangan, sedangkan yang skor humornya rendah, menganggapnya sebagai ancaman (Kuiper et al., 1993).
Ternyata, humor juga meningkatkan memori atau daya ingat (Bains et al., 2014). Temuan riset ini mengingatkan kepada saya, Indonesia pernah mempunyai presiden, seorang demokrat sejati, yang sangat humoris: Gus Dur. Beliau dapat mengingat ribuan nomor telepon. Memori yang sangat luar biasa.
Humor juga dapat memainkan peran sebagai “jembatan” untuk menjalin kedekatan. Humor memudahkan kita membuat koneksi dan meningkatkan hubungan (Bazzini et al., 2007), dan membantu orang asing atau kolega merasa lebih dekat (Fraley & Aron, 2024).
Humor juga ternyata dapat meningkatkan ketahanan terhadap stres baik sebagai individu maupun tim, dan membentengi dari aspek negatifnya (Keltner & Bonanno, 1997). Studi terhadap individu yang kehilangan pasangan dan mengenang cerita lucu merasa membaik secara lebih cepat serta menunjukkan berkurangnya stres, peningkatan kegembiraan tentang hidup, dan hubungan yang lebih baik.
Tentu, masih banyak peran humor dalam kehidupan, termasuk di tempat kerja, aktivitas sosial, di ruang kelas, maupun dalam kehidupan bernegara. Tentu di sana ada kepatutan (permissibility) yang harus diperhatikan. Kepatutan humor tergantung pada empat hal: muatannya, pelakunya, audiensnya, dan juga konteksnya (Wilk & Gimbel, 2024).
Ada banyak isu dan strategi lain dalam mengembangkan humor yang tampaknya waktu yang ada tidak cukup untuk menyampaikannya. Humor dalam bentuk komedi dapat menjadi koreksi sosial, karena ia menyingkap kebodohan dan kejahatan menjadi bahan tertawaan dan ejekan (Larkin-Galiñanes, 2017).
Terkait dengan ini, kita masih ingat, pada Juni 2024, Paus Fransiskus mengundang 100 komika dari 15 negara ke Vatikan. Bagi Paus, komedi dapat membantu menciptakan dunia yang lebih berempati dan saling mendukung. Selain itu, Paus mengakui bahwa komika sering menggunakan lawakan mereka untuk mengkritik kebijakan publik dan isu-isu sosial.
Kita simpan diskusi lanjutannya untuk kesempatan lain.
Referensi
Bains, G. S., Berk, L. S., Daher, N., Lohman, E., Schwab, E., Petrofsky, J., & Deshpande, P. (2014). The effect of humor on short-term memory in older adults: A new component for whole-person wellness. Advances in Mind-Body Medicine, 28(2), 16-24.
Bazzini, D. G., Stack, E. R., Martincin, P. D., & Davis, C. P. (2007). The effect of reminiscing about laughter on relationship satisfaction. Motivation and Emotion, 31(1), 25-34.
Bitterly, T. B., Brooks, A. W., & Schweitzer, M. E. (2017). Risky business: When humor increases and decreases status. Journal of Personality and Social Psychology, 112(3), 431-455.
Fraley, B., & Aron, A. (2004). The effect of a shared humorous experience on closeness in initial encounters. Personal Relationships, 11(1), 61-78.
Keltner, D., & Bonanno, G. A. (1997). A study of laughter and dissociation: distinct correlates of laughter and smiling during bereavement. Journal of Personality and Social Psychology, 73(4), 687-702.
Kuiper, N. A., Martin, R. A., & Olinger, L. J. (1993). Coping humour, stress, and cognitive appraisals. Canadian Journal of Behavioural Science, 25(1), 81-96.
Larkin-Galiñanes, C. (2017). An overview of humor theory. Dalam S. Attardo (ed.). The Routledge Handbook of Language and Humor (4-16).
Rosling, H., Rosling, O., & Rönnlund, A. R. (2018). Factfulness: Ten Reasons we’re Wrong about the World–and Why Things are Better than You Think. Flatiron books.
Wilk, T., & Gimbel, S. (2024). In on the Joke: the Ethics of Humor and Comedy. De Gruyter.
Sambuan pada acara wisuda Universitas Islam Indonesia pada 26 April 2025
Fathul Wahid
Rektor Universitas Islam Indonesia 2022-2026
[1] Hasil beragam riset dirangkum di https://web.stanford.edu/dept/gsb-ds/Inkling/Leading_with_Humor/index.html. Beberapa bagian lain sambutan ini didasarkan pada informasi di laman ini.