Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menorehkan prestasi terbaiknya dengan berhasil menyambet juara umum pertama dalam ajang Musabaqah Tilawatil Qur’an Mahasiswa Nasional (MTQMN) 2025 yang diselenggarakan di Universitas Lambung Mangkurat, Kabupaten Banjarmasin pada 5-9 Oktober 2025. Prestasi tersebut diraih melalui capaian gemilang 31 mahasiswa delegasi UII pada delapan bidang dengan 19 delegasi mencapai prestasi terbaik.
Beberapa diantaranya yaitu M. Rasihul Hilman sebagai Terbaik I bidang Tartil Qur’an, Muhammad Syauqy Fadlullah meraih Terbaik III bidang Qira’at Sab‘ah, serta Syamimi Assahira memperoleh Terbaik I bidang Qira’at Sab‘ah. Pada bidang Hifzhil Qur’an 20 Juz, prestasi Terbaik III diraih oleh Hasna Shofwatul Azizah, sementara Imron Syafii juga menyabet Terbaik III bidang Khaththil Qur’an Dekorasi, dan Rahma Yana mendapatkan Harapan I bidang Khaththil Qur’an Dekorasi.
Selanjutnya, Fatimah Az Zahra meraih Terbaik III bidang Fahmil Qur’an, Asep Rizki Suhada Muharom memperoleh Terbaik III pada bidang yang sama, serta D. Rajbani Gibran Ahmad berhasil mendapatkan Terbaik II bidang Syarhil Qur’an. Pada bidang Debat Ilmiah Kandungan Al-Qur’anBahasa Arab, Ali Mutahari dinobatkan sebagai Terbaik I sekaligus menjadi Pembicara Terbaik. Di sisi lain, M. Fathul Anam juga meraih Terbaik 1 dan Pembicara Terbaik pada bidang yang sama.
Adapun capaian lainnya diraih oleh Ulil Albab Tirmidzi yang memperoleh Terbaik III bidang Pembacaan Kitab Maulid Nabi Muhammad, sementara peserta lainnya seperti Baiq Qori’atul Hafizah, Ahsana Matsway Benta Khot, Muh Subki, M Sirrul Asror, Mochamad Rizal Khoirushholihi, M. Haikal, dan Muhammad Latif Haqiqi turut berkontribusi dalam memperkuat posisi UII hingga berhasil keluar sebagai Juara Umum MTQMN 2025.
Di balik capaian gemilang ini, banyak kisah menarik dan tantangan yang dihadapi oleh delegasi UII yang berproses dengan giat, mulai dari persiapan intensif hingga pengalaman berharga selama kompetisi berlangsung.
Asep Rizki Suhada Muharom, salah satu delegasi saat diwawancarai menceritakan persiapan yang mereka hadapi menjelang kompetisi ini. Menurut penuturannya, Ia dan tim berupaya menggali informasi dan strategi dari universitas lain yang menjadi lawan dalam ajang bergengsi ini, langkah ini mereka lakukan agar dapat tampil maksimal di setiap bidang yang diikuti.
“Intinya banyak strategi yang dikumpulkan, saya dan temen-temen menginginkan adanya penyetaraan pembinaan yang lebih terstruktur dan sistematis, sehingga dibuatkan TQFI dengan fokus pembinaan di bidang MTQ dalam 7 bidang,” ungkap mahasiswa Program Studi Psikologi Program Sarjana angkatan 2022 ini.
Selain itu, Asep menuturkan untuk meraih capaian gemilang ini, Ia dan tim menjalani latihan rutin bersama pelatih dan ikut serta dalam ajang serupa sebagai program latihan menjelang MTQMN.
Persiapan menuju MTQMN pun tak lepas dari tantangan. Seleksi pra nasional MTQMN yang berdekatan dengan waktu pelaksanaan membuat kesempatan untuk berlatih menjadi terbatas. Situasi semakin menantang karena bersamaan dengan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN), sehingga Asep dan tim harus hati-hati dalam mengelola waktu agar bisa berlatih dengan maksimal tanpa harus mengorbankan kegiatan akademik lainnya.

Sementara itu, Fatimah Az-Zahra, salah satu delegasi UII, pengalaman mengikuti MTQMN XVIII di Kalimantan memberikan kesan mendalam. Baginya, budaya daerah yang sangat khas membuatnya terkesan
“Tapi tentu saja, momen paling mengharukan adalah ketika UII diumumkan sebagai juara umum di kota orang pula, bukan sebagai tuan rumah,” ungkapnya.
Perasaan haru semakin terasa karena ia menyaksikan langsung perjuangan teman-temannya dalam mempersiapkan lomba, termasuk dukungan penuh dari pihak universitas.
“Sejak awal menjadi juara bukanlah target utama. Yang paling penting justru sejauh mana kami bisa menikmati prosesnya, meski tidak selalu mudah. Tapi dari proses yang penuh tantangan itu, Allah memberikan akhir yang indah sebagai hadiah.” tutur Mahasiswa Program Studi Psikologi Program Sarjana angkatan 2022 ini.
Lebih lanjut, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Keagamaan, dan Alumni UII, Dr. Drs. Rohidin, S.H., M.Ag mengapresiasi capaian prestasi ini. Dr. Rohidin mengungkapkan capaian ini adalah anugerah yang amat membanggakan bagi UII. Menurutnya, prestasi ini bukan hanya sekadar torehan kemenangan, tetapi sebagai manifestasi dari ruh dan identitas UII sebagai universitas Islam yang berkomitmen menegakkan nilai-nilai Al- Qur’an dalam setiap denyut kehidupan akademiknya.
“Keberhasilan ini memperlihatkan bahwa UII tidak hanya berfokus pada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga senantiasa mengakar kuat pada nilai-nilai spiritual yang menjadi napas perjuangan para pendirinya. Dalam konteks yang lebih luas, capaian ini menjadi refleksi nyata dari keberhasilan UII dalam menanamkan nilai-nilai Al-Qur’an sebagai fondasi moral, etika, dan intelektual bagi seluruh sivitas akademika,” ungkap Dr. Rohidin
Dr. Rohidin mengungkapkan peran pembinaan kampus dalam mengantarkan kafilah UII meraih prestasi gemilang ini sangatlah besar. Melalui sinergi yang kuat antara dosen pembina, unit kegiatan mahasiswa, lembaga dakwah, dan Direktorat Pembinaan Kemahasiswaan (DPK) UII, proses pembinaan dilakukan secara berkelanjutan, terarah, dan menyeluruh.
“Pembinaan tidak hanya berfokus pada kemampuan teknis seperti tilawah, tahfidz, atau tafsir, tetapi juga pada pendalaman makna, pemahaman konteks, serta penanaman nilai-nilai keikhlasan dan adab Qur’ani. Ekosistem kampus yang mendukung tumbuhnya tradisi Qur’ani menjadikan para peserta tidak sekadar tampil sebagai kafilah, tetapi juga sebagai duta nilai dan akhlak Al-Qur’an,” jelasnya.
Capaian juara umum ini menjadi momentum penting untuk memperkuat semangat Qur’ani di seluruh lini kehidupan kampus. Harapannya, semangat yang lahir dari ajang MTQMN tidak berhenti pada momen kemenangan, tetapi terus mengalir menjadi budaya yang hidup di tengah sivitas akademika UII. (AHR/RS)
PPAr UII Lahirkan 23 Arsitek Baru
Program Studi Profesi Arsitek (PPAr) Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menyelenggarakan Wisuda Pendidikan Profesi Arsitek Angkatan ke-16. Sebanyak 23 arsitek baru berhasil menuntaskan proses pembelajaran selama 1 tahun dengan 17 arsitek berpredikat Cumlaude, 4 arsitek berpredikat sangat memuaskan dan 1 arsitek berpredikat memuaskan secara resmi diambil sumpah pada Sabtu (18/10) di Auditorium Gedung KH. Mohammad Natsir FTSP UII.
Dalam laporan kelulusan, Ketua PPAr UII, Dr. Ar. Yulianto Purwono Prihatmanji, ST., MT., IPM., IAI menyampaikan mahasiswa PPAr UII belajar dengan beragam disiplin ilmu bersama para tenaga ahli dari bidang perancangan dengan kasus nyata hingga pengabdian masyarakat.
“Sehingga manakala mereka telah lulus mampu menerapkan Kode Etik Profesi dan Kaidah Tata Laku Arsitek yang telah mereka dapatkan bersama IAI (Ikatan Arsitek Indonesia -red). Lulusan telah siap bekerja bersama para Arsitek Mentor di biro-biro arsitek yang terkoordinasi oleh IAI di provinsi-provinsi seluruh Indonesia,” ungkap Ketua APTARI periode 2024-2027 ini.
Rektor UII, Fathul Wahid dalam sambutannya berpesan kepada para arsitek baru UII agar senantiasa berkontribusi bagi kemajuan bangsa melalui karya yang bernilai. “Mudah-mudahan PPAr selalu dimudahkan dalam menghasilkan arsitek-arsitek andal untuk Indonesia dan masa depan,” ujarnya.
Lebih lanjut, Fathul menyampaikan bahwa setidaknya terdapat tiga peran penting arsitek dalam Building Information Modeling (BIM). Pertama, sebagai integrator gagasan, yakni mampu memadukan ide sejak tahap awal hingga hasil akhir agar tidak terjadi monopoli kebebasan desain. Kedua, sebagai penjaga nilai dan narasi ruang, di mana arsitek diharapkan mampu menghadirkan nilai keberlanjutan, keramahan terhadap lansia, hingga harmoni sosial melalui desain yang mengandung nilai kesetaraan dan dapat melintasi perbedaan, termasuk perbedaan agama. Ketiga, arsitek berperan sebagai aktor kolaborasi, karena berada di posisi depan sebagai pendesain yang mengoordinasikan berbagai pihak sehingga semua dapat menikmati hasil kolaborasi melalui BIM.
“Dalam sosiologi organisasi, apa yang kita lakukan di satu titik pasti akan berpengaruh pada titik lain. Karena itu, fungsi-fungsi tersebut perlu dirawat,” tambahnya.
Lebih lanjut, Ketua Umum Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), Ar. Georgius Budi Yulianto, IAI., AA dalam sambutannya berpesan kepada arsitek baru UII untuk terus berkarya tanpa menunda waktu. Ia mengingatkan, hadirnya kecerdasan buatan (AI) menjadikan arsitek tidak hanya sekadar pengguna, tetapi juga sebagai kurator dan kolaborator dalam setiap proyek yang dikerjakan. “AI, mau tidak mau menjadi bagian dari praktek profesi kita karena itu tidak bisa kita lawan dan sebagai bagian dari perubahan di masa depan,” ungkap Georgius.
Sementara itu, Dewi Larasati, S.T., M.T., Ph.D selaku Sekretaris Jenderal Asosiasi Pendidikan Arsitektur Indonesia (APTARI) berpesan menjadi arsitek profesional saat ini bukan hanya keterampilan menggambar atau kemampuan teknis kontruksi. Ditengah tantangan krisis iklim global, ketimpangan sosial, dan tantangan urbanisme yang kompleks, arsitek dituntut menjadi agen perubahan yang mampu menjawab kebutuhan masyarakat, merespons konteks lokal, dan tetap berpijak pada etika profesi.
“Menjadi arsitek bukan hanya sebagai karier, melainkan amanah peradaban. Arsitek tidak hanya merancang bangunan tetapi juga mewujudkan nilai menghadirkan ruang hidup yang adil, dan merawat bumi sebagai rumah bersama. Lulusan profesi arsitektur tidak cukup dibekali dengan keterampilan individual, tetapi juga tumbuh dalam ekosistem pembelajaran lintas disiplin, berpijak pada kolaborasi, dan peka terhadap dinamika sosial budaya,” ungkapnya.
Wisuda profesi pendidikan arsitek ini diharapkan tidak hanya meluluskan arsitek-arsitek yang andal dalam keterampilan desain dan konstruksi. Tetapi mampu berperan aktif dalam mewujudkan pembangunan Indonesia yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. (AHR/RS)
UII Sambut Lawatan Wakil Dubes Australia
Universitas Islam Indonesia menerima lawatan dari Wakil Duta besar Australia, Gita Kamath pada Jum’at (17/10) di Gedung Kuliah Umum Prof. Dr. Sardjito, Kampus Terpadu UII. Dalam kesempatan ini, UII juga menyelenggarakan Kuliah Umum bertajuk “The Relationship between Indonesia and Australia” untuk memperluas wawasan sivitas akademika khususnya mahasiswa mengenai dinamika hubungan bilateral kedua negara.
Rektor UII, Fathul Wahid dalam sambutannya mengatakan hubungan UII dengan Australia telah lama terjalin yang berlandaskan nilai-nilai kepercayaan, kerja sama, dan keunggulan akademik. Seiring berjalannya waktu, UII telah mengembangkan kolaborasi akademik yang kuat dengan berbagai mitra di Australia mulai dari workshop hingga masuk pada kurikulum pembelajaran yang ada di UII.
“Kemitraan antara UII dan Australia mencerminkan keyakinan bersama bahwa pendidikan merupakan bentuk diplomasi yang paling langgeng. Kami sangat berterima kasih kepada Kedutaan Besar Australia di Jakarta atas kepercayaan dan kerja sama yang terus terjalin, dan kami menantikan pengembangan kemitraan ini melalui penelitian bersama, pertukaran, serta inisiatif lain yang memperkuat diplomasi akademik antara kedua negara. Semoga kemitraan ini terus menginspirasi, mencerahkan, dan memberdayakan masa depan Indo-Pasifik yang penuh harapan,” Harap Fathul.
Di hadapan mahasiswa, Gita Kamath menyampaikan rasa bangganya bisa berkunjung ke UII. Ia memandang UII memiliki posisi strategis dalam konteks hubungan Australia-Indonesia yang salah satunya diwujudkan dengan adanya mata kuliah Studi Australia pada Jurusan Hubungan Internasional. Hal ini sangat penting dalam mendorong pemahaman yang lebih baik antara masyarakat kedua negara.
“Kita adalah negara tetangga dan sahabat yang sangat baik. Hubungan antarwarga dan kolaborasi akademik merupakan fondasi penting dalam mempererat persahabatan kedua bangsa,”ucap Gita.
Lawatan Wakil Duta Besar Australia ini menjadi momentum bagi UII dalam memperkuat langkah internasionalisasi, khususnya melalui kerja sama akademik, riset kolaboratif, dan pertukaran mahasiswa dengan berbagai institusi pendidikan tinggi di Australia. (AHR/RS)
Cilacs UII dan British Council Gelar IELTS Info Session & Familiarisation Test
Cilacs Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menghadirkan kegiatan inspiratif bertajuk “IELTS Info Session & Familiarisation Test” dan “Info Session of Study Abroad with LPDP Scholarship Interviewer”. Kegiatan ini terselenggara berkat kerja sama dengan British Council, lembaga resmi penyelenggara tes IELTS internasional.
Acara yang digelar di kampus Cilacs UII, Jl. Demangan Baru No. 24 Yogyakarta pada Rabu (15/10) ini disambut antusias oleh peserta dari berbagai latar belakang, mulai dari siswa SMA, mahasiswa, dosen, akademisi, hingga profesional muda. Mereka hadir dengan satu tujuan yang sama: mempersiapkan diri untuk studi atau karier internasional serta meraih beasiswa LPDP.
Sebagai pembicara utama, Anggara Jatu, LPDP Awardee sekaligus dosen UII, berbagi pengalaman perjuangannya menembus seleksi beasiswa prestisius tersebut. Ia juga mengisahkan perjuangan pribadinya menghadapi tes IELTS hingga akhirnya berhasil meraih skor yang diimpikan dan bisa meraih beasiswa LPDP. Dalam sesi tersebut, Jatu memaparkan berbagai tips dan strategi efektif agar peserta dapat mempersiapkan diri secara maksimal menghadapi tes IELTS.
Selain sesi inspiratif, peserta juga mengikuti IELTS Familiarisation Test yang dipandu oleh Sudharmanto dari Departemen Layanan Tes Cilacs UII. Dalam kesempatan ini, peserta dikenalkan secara langsung dengan IELTS on Computer (IoC) — format tes berbasis komputer yang kini semakin diminati. Peserta juga diajak melakukan tur ke venue resmi IoC di Cilacs UII, yang merupakan satu-satunya tempat di Yogyakarta berlisensi resmi dari British Council untuk pelaksanaan tes tersebut.
Kegiatan ini tidak hanya menambah wawasan, tetapi juga memberikan pengalaman langsung yang bermanfaat bagi calon peserta tes IELTS. Selain gratis, acara ini juga semakin semarak dengan berbagai door prize menarik yang dibagikan kepada peserta.
Melalui kegiatan ini, Cilacs UII menegaskan komitmennya sebagai lembaga bahasa berkelas internasional yang terus mendukung generasi muda Indonesia untuk berani bermimpi besar dan menembus dunia global. (Ank)
Mewujudkan Ketahanan Sumber Daya di Tengah Krisis Global
Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menegaskan komitmennya dalam mendukung penelitian dan pengabdian masyarakat yang berorientasi pada keberlanjutan sumber daya melalui penyelenggaraan Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat bertajuk “Pangan, Air, dan Energi: Mewujudkan Ketahanan Sumber Daya di Tengah Krisis Global”. Kegiatan ini diselenggarakan pada Rabu (15/10), di Auditorium Fakultas Hukum UII.
Seminar ini diikuti oleh 14 peserta dari berbagai perguruan tinggi di delapan provinsi, mulai dari Daerah Istimewa Yogyakarta hingga Sumatera Utara. Para peserta mempresentasikan hasil penelitian dan kegiatan pengabdian masyarakat yang berfokus pada isu-isu strategis di bidang pangan, air, dan energi.
Seminar dibuka secara resmi oleh Prof. Dr. Jaka Nugraha, S.Si., M.Si., Wakil Rektor Bidang Pengembangan Akademik dan Riset UII. Sebelumnya, kegiatan diawali dengan laporan panitia oleh Prof. Dr. Eko Siswoyo, S.T., M.Sc., Es., Ph.D., IPU., selaku Direktur Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DPPM) UII.
Dalam sambutannya, Prof. Jaka Nugraha menegaskan bahwa pangan, air, dan energi merupakan kebutuhan dasar yang sangat vital, namun masih kerap menimbulkan berbagai persoalan.“Pangan, air, dan energi ini merupakan kebutuhan dasar, tapi masih sering muncul permasalahan-permasalahan mulai dari manajemen pengelolaan, ketersediaan, maupun juga keberlanjutannya, karena ini sesuatu yang sangat vital,” ujarnya.
Ia menambahkan, kolaborasi lintas sektor menjadi kunci untuk mewujudkan ketahanan sumber daya nasional. “Kunci sukses dari ketahanan sumber daya ini adalah sinergi, terpadu dan terintegrasi dari semua pemangku kepentingan yang ada, yaitu akademisi, peneliti, pengusaha, pemerintah, dan politisi. Semua harus serius menghadapi permasalahan ini. Semoga seminar ini memberi manfaat bagi kita semua, minimal meningkatkan kesadaran terkait hal ini,” tambahnya.
Dalam sesi pleno, Dr. Andes Hamuraby Rozak, Kepala Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), memaparkan materi bertema “Riset dan Inovasi Keanekaragaman Hayati untuk Indonesia Maju.” Ia menekankan pentingnya pengelolaan keanekaragaman hayati sebagai aset strategis bangsa untuk menopang ketahanan pangan, energi, dan lingkungan berkelanjutan.
Sementara itu, Prof. Dr. Ir. Ing. Ir. Widodo Brontowiyono, M.Sc., Profesor bidang Teknik Lingkungan, Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan UII, membahas mengenai Krisis Global dalam Ketahanan Pangan, Air, dan Energi. Dalam paparannya, Ia menyoroti berbagai tantangan global yang berpotensi mengancam kemandirian sumber daya nasional serta menekankan perlunya pendekatan ilmiah dan kebijakan terintegrasi dalam menghadapi krisis tersebut.
Sesi pleno dan diskusi dimoderatori oleh Fajri Mulya Iresha, S.T., M.T., Ph.D., Dosen Program Studi Teknik Lingkungan FTSP UII. Melalui kegiatan ini, UII berupaya memperkuat sinergi antara akademisi, peneliti, dan praktisi dalam mencari solusi inovatif terhadap tantangan ketahanan sumber daya nasional di tengah krisis global, sekaligus mendorong implementasi hasil riset agar berdampak langsung bagi masyarakat. (ELKN/AHR/RS)
UII Dorong Kampus Peduli Kesehatan Mental Mahasiswa
Dalam memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia, Universitas Islam Indonesia (UII) melalui Direktorat Pembinaan Kemahasiswaan (DPK) menyelenggarakan acara Diskusi Panel Kesehatan Mental Mahasiswa: Dari Kebijakan hingga Aksi Nyata.Acara yang berlangsung pada Sabtu (11/10) di Gedung Kuliah Umum Prof. Dr. Sardjito, Kampus Terpadu UII, diikuti oleh sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Forum Pimpinan Perguruan Tinggi Bidang Kemahasiswaan (Forpimawa) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Kegiatan ini menghadirkan empat narasumber antara lain Muhammad Iqbal Fauzi, S.E., selaku Ketua Tim Pembelajaran dan Kemahasiswaan LLDIKTI Wilayah V, dr. Seruni Angreni Susila, M.Ph selaku Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Sleman, Latifatul Laili, S.Psi., M.Psi, Psikolog selaku Kepala Divisi Pembinaan Kepribadian dan Kesejahteraan DPK UII, dan Salma Fairuz Putri selaku Ketua PIK-M Aushaf UII.
Kebijakan Kampus Ramah Kesehatan Mental
Sesi pertama dibawakan oleh Iqbal Fauzi menyoroti hanya sebagian kecil saja remaja dengan masalah kesehatan mental yang pernah mengakses layanan psikologis, padahal prevalensi masalah kesehatan mental khususnya untuk isu kecemasan dan depresi makin meningkat. Maka dari itu, penting untuk perguruan tinggi meningkatkan layanan kesehatan mental untuk mahasiswa.
Dari permasalahan tersebut, LLDikti Wilayah V menginiasiasi pembentukan Mental Health Center (MHC) yang mendorong setiap perguruan tinggi untuk menyediakan unit layanan konseling, membekali dosen dan tenaga kependidikan dalam psychological first aid (PFA), serta melakukan skrining kesehatan mental secara rutin.
“Kebijakan ini juga mencakup pembentukan kebijakan anti-stigma dan anti-diskriminasi terhadap mahasiswa dengan gangguan mental, serta kolaborasi dengan rumah sakit dan puskesmas untuk memperkuat sistem rujukan,” ungkap Iqbal Fauzi.
Upaya Pemerintah dalam Penguatan Kesehatan Jiwa
Survei Kesehatan Indonesia tahun 2023 menunjukkan provinsi DIY menempati peringkat 1 dengan prevalensi ODGJ tertinggi national dengan 2.936 jiwa berasal dari Kabupaten Sleman. Perolehan data ini menunjukkan urgensi penanganan masalah kesehatan mental yang semakin serius.
Menanggapi kondisi tersebut, Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman menginisasi program Mata Hati (Masyarakat Tangguh Sehat Jiwa) yang menempatkan kesehatan jiwa sebagai bagian integral dari pembangunan sumber daya manusia. Hingga tahun 2024, seluruh puskesmas di Sleman sudah memiliki tenaga psikolog dan fasilitas pendukung yang memadai.
Tidak berhenti disitu, program ini juga merespon zaman dengan menghadirkan layanan konsultasi psikolog daring yang semakin memudahkan masyarakat mengakses bantuan profesional. Terbukti, program ini menimbulkan dampak positif masyarakat hingga apresiasi pada level nasional dan internasional.
“Pemerintah daerah disini hadir berkolaborasi bersama seluruh sektor untuk menurunkan kesenjangan warga dalam mendapatkan akses yang setara untuk hidup layak khususnya kesehatan jiwa serta menghadirkan kesejahteraan yang adil dan setara bagi setiap warganya,” harap dr. Seruni.
Peran Universitas dalam Membangun Kesehatan Mental Mahasiswa
Kesehatan mental mahasiswa telah menjadi isu global yang mendapat perhatian serius, terutama mengingat prevalensi gangguan psikologis yang tinggi di lingkungan perguruan tinggi. Dalam hal ini, UII terus untuk selalu merespon dan menjadi pelopor yang secara konsisten mengembangkan layanan konseling mahasiswa. Sejak 2010, layanan ini terus berkembang hingga melibatkan konselor profesional dan sebaya.
Hingga pada tahun 2023, UII meluncurkan program PEKA (Peduli Kesehatan Mental Mahasiswa) UII Terpadu menghadirkan pendekatan menyeluruh dengan melibatkan sivitas akademika UII yang telah mendapat pelatihan psychological first aid (PSA) hingga penanangan kasus krisis yang bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman.
Kemudian tahun 2024, UII membukan layanan konseling berbasis kecerdasan buatan (AI) untuk level masalah psikologis ringan. Pengembangan ini menjawab kebutuhan konseling yang semakin besar dan bertujuan memperluas akses bagi mahasiswa yang membutuhkan dukungan awal sebelum dirujuk ke layanan profesional.
“Satu poin yang menurut perlu disuarakan bersama adalah mental health matters. Tidak ada kesehatan tanpa kesehatan mental, jadi mari kita urus kesehatan mental kita bersama,” tegas Latifatul Laili.
Mahasiswa sebagai Agen Perubahan Sosial
Pengawalan masalah kesehatan mental tidak hanya sebatas pada penerapan kebijakan dan peran universitas, tetapi ada andil mahasiswa dalam mengurai masalah ini. Banyak cara yang bisa dilakukan mulai dari kampanye media sosial, konseling sebaya, belonging project, hingga edukasi.
“Harapannya dapat terbentuk lingkungan kampus yang peduli akan kesehatan mental, sehingga mampu menciptakan dukungan kegiatan yang berkelanjutan dan membuat mahasiswa berani mencari bantuan tanpa takut akan stigma yang ada,” ungkap Salma
Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan seluruh pemangku kepentingan termasuk mahasiswa semakin sadar dan peduli bahwa isu kesehatan mental ini bukanlah hal yang sederhana. Diperlukan komitmen bersama untuk terus mengawal dan meningkatkan kualitas layanan penanganan masalah kesehatan mental, sehingga dapat terwujud sumber daya manusia yang unggul, dan sehat secara fisik maupun mental. (AHR/RS)
UII Raih Juara Umum MTQMN 2025
Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menorehkan prestasi terbaiknya dengan berhasil menyambet juara umum pertama dalam ajang Musabaqah Tilawatil Qur’an Mahasiswa Nasional (MTQMN) 2025 yang diselenggarakan di Universitas Lambung Mangkurat, Kabupaten Banjarmasin pada 5-9 Oktober 2025. Prestasi tersebut diraih melalui capaian gemilang 31 mahasiswa delegasi UII pada delapan bidang dengan 19 delegasi mencapai prestasi terbaik.
Beberapa diantaranya yaitu M. Rasihul Hilman sebagai Terbaik I bidang Tartil Qur’an, Muhammad Syauqy Fadlullah meraih Terbaik III bidang Qira’at Sab‘ah, serta Syamimi Assahira memperoleh Terbaik I bidang Qira’at Sab‘ah. Pada bidang Hifzhil Qur’an 20 Juz, prestasi Terbaik III diraih oleh Hasna Shofwatul Azizah, sementara Imron Syafii juga menyabet Terbaik III bidang Khaththil Qur’an Dekorasi, dan Rahma Yana mendapatkan Harapan I bidang Khaththil Qur’an Dekorasi.
Selanjutnya, Fatimah Az Zahra meraih Terbaik III bidang Fahmil Qur’an, Asep Rizki Suhada Muharom memperoleh Terbaik III pada bidang yang sama, serta D. Rajbani Gibran Ahmad berhasil mendapatkan Terbaik II bidang Syarhil Qur’an. Pada bidang Debat Ilmiah Kandungan Al-Qur’anBahasa Arab, Ali Mutahari dinobatkan sebagai Terbaik I sekaligus menjadi Pembicara Terbaik. Di sisi lain, M. Fathul Anam juga meraih Terbaik 1 dan Pembicara Terbaik pada bidang yang sama.
Adapun capaian lainnya diraih oleh Ulil Albab Tirmidzi yang memperoleh Terbaik III bidang Pembacaan Kitab Maulid Nabi Muhammad, sementara peserta lainnya seperti Baiq Qori’atul Hafizah, Ahsana Matsway Benta Khot, Muh Subki, M Sirrul Asror, Mochamad Rizal Khoirushholihi, M. Haikal, dan Muhammad Latif Haqiqi turut berkontribusi dalam memperkuat posisi UII hingga berhasil keluar sebagai Juara Umum MTQMN 2025.
Di balik capaian gemilang ini, banyak kisah menarik dan tantangan yang dihadapi oleh delegasi UII yang berproses dengan giat, mulai dari persiapan intensif hingga pengalaman berharga selama kompetisi berlangsung.
Asep Rizki Suhada Muharom, salah satu delegasi saat diwawancarai menceritakan persiapan yang mereka hadapi menjelang kompetisi ini. Menurut penuturannya, Ia dan tim berupaya menggali informasi dan strategi dari universitas lain yang menjadi lawan dalam ajang bergengsi ini, langkah ini mereka lakukan agar dapat tampil maksimal di setiap bidang yang diikuti.
“Intinya banyak strategi yang dikumpulkan, saya dan temen-temen menginginkan adanya penyetaraan pembinaan yang lebih terstruktur dan sistematis, sehingga dibuatkan TQFI dengan fokus pembinaan di bidang MTQ dalam 7 bidang,” ungkap mahasiswa Program Studi Psikologi Program Sarjana angkatan 2022 ini.
Selain itu, Asep menuturkan untuk meraih capaian gemilang ini, Ia dan tim menjalani latihan rutin bersama pelatih dan ikut serta dalam ajang serupa sebagai program latihan menjelang MTQMN.
Persiapan menuju MTQMN pun tak lepas dari tantangan. Seleksi pra nasional MTQMN yang berdekatan dengan waktu pelaksanaan membuat kesempatan untuk berlatih menjadi terbatas. Situasi semakin menantang karena bersamaan dengan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN), sehingga Asep dan tim harus hati-hati dalam mengelola waktu agar bisa berlatih dengan maksimal tanpa harus mengorbankan kegiatan akademik lainnya.
Sementara itu, Fatimah Az-Zahra, salah satu delegasi UII, pengalaman mengikuti MTQMN XVIII di Kalimantan memberikan kesan mendalam. Baginya, budaya daerah yang sangat khas membuatnya terkesan
“Tapi tentu saja, momen paling mengharukan adalah ketika UII diumumkan sebagai juara umum di kota orang pula, bukan sebagai tuan rumah,” ungkapnya.
Perasaan haru semakin terasa karena ia menyaksikan langsung perjuangan teman-temannya dalam mempersiapkan lomba, termasuk dukungan penuh dari pihak universitas.
“Sejak awal menjadi juara bukanlah target utama. Yang paling penting justru sejauh mana kami bisa menikmati prosesnya, meski tidak selalu mudah. Tapi dari proses yang penuh tantangan itu, Allah memberikan akhir yang indah sebagai hadiah.” tutur Mahasiswa Program Studi Psikologi Program Sarjana angkatan 2022 ini.
Lebih lanjut, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Keagamaan, dan Alumni UII, Dr. Drs. Rohidin, S.H., M.Ag mengapresiasi capaian prestasi ini. Dr. Rohidin mengungkapkan capaian ini adalah anugerah yang amat membanggakan bagi UII. Menurutnya, prestasi ini bukan hanya sekadar torehan kemenangan, tetapi sebagai manifestasi dari ruh dan identitas UII sebagai universitas Islam yang berkomitmen menegakkan nilai-nilai Al- Qur’an dalam setiap denyut kehidupan akademiknya.
“Keberhasilan ini memperlihatkan bahwa UII tidak hanya berfokus pada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga senantiasa mengakar kuat pada nilai-nilai spiritual yang menjadi napas perjuangan para pendirinya. Dalam konteks yang lebih luas, capaian ini menjadi refleksi nyata dari keberhasilan UII dalam menanamkan nilai-nilai Al-Qur’an sebagai fondasi moral, etika, dan intelektual bagi seluruh sivitas akademika,” ungkap Dr. Rohidin
Dr. Rohidin mengungkapkan peran pembinaan kampus dalam mengantarkan kafilah UII meraih prestasi gemilang ini sangatlah besar. Melalui sinergi yang kuat antara dosen pembina, unit kegiatan mahasiswa, lembaga dakwah, dan Direktorat Pembinaan Kemahasiswaan (DPK) UII, proses pembinaan dilakukan secara berkelanjutan, terarah, dan menyeluruh.
“Pembinaan tidak hanya berfokus pada kemampuan teknis seperti tilawah, tahfidz, atau tafsir, tetapi juga pada pendalaman makna, pemahaman konteks, serta penanaman nilai-nilai keikhlasan dan adab Qur’ani. Ekosistem kampus yang mendukung tumbuhnya tradisi Qur’ani menjadikan para peserta tidak sekadar tampil sebagai kafilah, tetapi juga sebagai duta nilai dan akhlak Al-Qur’an,” jelasnya.
Capaian juara umum ini menjadi momentum penting untuk memperkuat semangat Qur’ani di seluruh lini kehidupan kampus. Harapannya, semangat yang lahir dari ajang MTQMN tidak berhenti pada momen kemenangan, tetapi terus mengalir menjadi budaya yang hidup di tengah sivitas akademika UII. (AHR/RS)
Pustakawan UII Raih Juara II IALA 2025
Pustakawan Universitas Islam Indonesia (UII), Teguh Prasetyo Utomo, S.I.Pust., berhasil meraih Juara II dalam ajang bergengsi Indonesian Academic Librarian Award (IALA) 2025 yang diselenggarakan oleh Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia (FPPTI) Pusat di Universitas Tarumanegara, Jakarta, pada 8–10 Oktober 2025. Kompetisi ini mempertemukan para pustakawan perguruan tinggi terbaik dari berbagai provinsi di Indonesia yang sebelumnya menjuarai seleksi tingkat wilayah.
Tahun ini, ajang perlombaan IALA mengusung tema “AI-Driven Academic Libraries: Innovation, Ethics, and the Future of Knowledge Management”, dengan tujuan memberikan wadah bagi pustakawan untuk menampilkan inovasi, berbagi pengetahuan, dan menunjukkan kemampuan adaptif terhadap perkembangan kepustakawanan di era digital.
Dalam ajang tersebut, Teguh mempresentasikan karya inovatif berjudul “GENBREV-AI: Praktik Terbaik Pemanfaatan AI Etis untuk Efisiensi Pengolahan dan Discoverability Koleksi Perpustakaan”. Inovasi GENBREV-AI (Generated Book Reviews with AI) memanfaatkan kecerdasan buatan (ChatGPT) dengan prinsip human-in-the-loop, pustakawan menghasilkan draf ulasan buku yang kemudian diverifikasi dan diberi label provenance sebelum diunggah ke sistem katalog daring Pustaka UII.
Model ini tidak hanya mempercepat proses pengisian sinopsis buku, tetapi juga menghadirkan transparansi, akurasi, dan konteks yang lebih kaya bagi pemustaka dalam menilai relevansi koleksi. Dengan kebutuhan teknis yang minimal dan dokumentasi yang lengkap, praktik GENBREV-AI sangat mudah direplikasi oleh perpustakaan lain di Indonesia, sekaligus menunjukkan bahwa teknologi AI dapat diterapkan secara etis untuk memperkuat, bukan menggantikan, peran profesional pustakawan.
“Penghargaan ini saya dedikasikan untuk seluruh pustakawan UII dan komunitas perpustakaan di Indonesia. Semoga praktik GENBREV-AI bisa menjadi inspirasi dalam menerapkan kecerdasan buatan secara etis dan bertanggung jawab di dunia perpustakaan,” ungkap Teguh usai menerima penghargaan.
Ketua Umum FPPTI Pusat, Mariyah, S.Sos., M.Hum., menilai IALA 2025 menjadi momentum penting bagi pustakawan untuk menunjukkan kapasitasnya dalam bertransformasi di era digital. “Kecerdasan buatan kini berperan sebagai ‘otak’ baru perpustakaan yang mampu mengorganisasi, memfilter, dan menyajikan pengetahuan secara efisien. AI bukan sekadar alat bantu teknis, tetapi mitra strategis bagi pustakawan dalam menghadirkan layanan yang cerdas, cepat, dan relevan dengan kebutuhan akademik masa kini,” ujarnya.
Ajang IALA 2025 menetapkan Pitoyo Widhi Atmoko, S.Si., M.Si. dari Universitas Brawijaya sebagai Juara I, disusul Teguh Prasetyo Utomo, S.I.Pust. dari Universitas Islam Indonesia sebagai Juara II, dan Nurru Alfi Fazri Furau’ki, S.Ptk., M.I.Kom. dari Institut Teknologi dan Sains Bandung sebagai Juara III.
Direktur Perpustakaan UII, Muhammad Jamil, SIP. menyampaikan apresiasi tinggi atas capaian ini, karena prestasi Teguh sekaligus menegaskan komitmen UII dalam mendorong transformasi digital di bidang kepustakawanan. “Keberhasilan ini mencerminkan budaya inovasi yang terus tumbuh di UII, di mana teknologi, etika, dan profesionalisme pustakawan berjalan beriringan,” ujanya.
Ke depan, inovasi GENBREV-AI akan dikembangkan lebih luas melalui program uji coba terukur di lingkungan UII dan akan dipresentasikan dalam forum kepustakawanan nasional. Penerapan ini diharapkan menjadi model replikasi bagi perpustakaan lain di Indonesia dalam menghadirkan layanan informasi yang cerdas dan bertanggung jawab di era kecerdasan buatan. (TP/AHR/RS)
Srawung Demokrasi #9 Bahas Dinamika Arah Politik Indonesia Era Prabowo
Pusat Studi Agama dan Demokrasi (PSAD) Universitas Islam Indonesia kembali menyelenggarakan Srawung Demokrasi #9 pada Kamis (9/10) di Gedung Kuliah Umum Prof. Dr. Sardjito, Kampus Terpadu UII. Bertajuk “Membaca Arah Politik Indonesia Era Prabowo” acara ini sukses menarik perhatian peserta dari berbagai institusi. Srawung Demokrasi kali ini menghadirkan guru besar yang mendalami kajian Asia dari University of Melbourne, Prof. Vedi R. Hadiz, Ketua Departemen Politik dan Pemerintahan Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr. Abdul Gaffar Karim serta dimoderatori oleh Karina Utami Dewi, peneliti PSAD dan juga Ketua Program Studi Hubungan Internasional UII.
Menjelang satu tahun pemerintahan Prabowo Subianto, yang dilantik pada 20 Oktober 2024 lalu, arah politik yang ditempuhnya masih menyisakan kerancuan. Topik diskusi Srawung Demokrasi #9 kali ini menyoroti perubahan iklim politik nasional, melemahnya gerakan reformasi, serta tantangan demokrasi.
Kegiatan dibuka dengan sambutan Prof. Dr.rer.soc. Masduki, S.Ag., M.Si yang merupakan Kepala PSAD UII. Dalam sambutannya, Masduki mengungkapkan pentingnya forum akademik untuk membaca ulang arah demokrasi Indonesia pasca-reformasi. “Jadi, ini pusat studi yang memang diharapkan akan melibatkan teman-teman mahasiswa,” ucapnya.
Masduki juga menyinggung mengenai penangkapan aktivis sosial yang marak disebut kelanjutan dari September Kelabu dan juga program pemerintah tentang makanan bergizi gratis (MBG) yang semakin tidak jelas tujuan dan keberlanjutannya, “ada MBG yang ini sebetulnya beneran mau mendidik, atau ini adalah semacam proyek saja untuk pembagian kekuasaan dan ekonomi politik,” pungkasnya.
Sesi diskusi berlangsung dengan pembahasan beragam isu, mulai dari penangkapan aktivis, sentralisasi kekuasaan, hingga pelaksanaan program MBG yang dinilai sarat muatan politik. Narasumber pertama Prof. Vedi mengatakan bahwa masa pemerintahan Prabowo tak lagi bisa disebut dengan masa reformasi. Menurutnya, masa reformasi sudah berakhir, digantikan oleh masa yang belum jelas arah politiknya kemana. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya peristiwa penangkapan, dan perburuan masyarakat.
“Yang saya bilang dengan berakhirnya reformasi ini sebetulnya berkaitan dengan konsep yang sering saya kemukakan yaitu tentang oligarki,” ujar Prof. Vedi. Selanjutnya, Ia membahas mengenai oligarki yang terkadang disalahpahami oleh sebagian besar orang adalah cenderung merujuk kepada orang kaya. Sejatinya, oligarki adalah suatu sistem kekuasaan terstruktur yang ditandai oleh aliansi antara politisi, birokrasi, dan pengusaha besar. Prof. Vedi mengkritisi bahwa dulunya cita-cita reformasi bukan hanya menciptakan demokrasi, melainkan keadilan sosial. Nyatanya, sejak reformasi ketimpangan terus meningkat.
Dr. Gaffar menyoroti kemerosotan kualitas demokrasi di Indonesia yang menurutnya turut dipengaruhi oleh melemahnya peran mahasiswa dan masyarakat sipil. Ia menyebut bahwa mahasiswa kini cenderung diarahkan untuk fokus pada pencapaian akademik dan karier pribadi, bukan lagi pada fungsi kritis mengawasi kekuasaan. “Gerakan mahasiswa itulah yang sebenarnya mengizinkan oligarki direstentralisasi tanpa ada resistensi yang signifikan,” ujarnya.
Ia menggambarkan situasi ini seperti “kodok yang direbus hidup-hidup”, di mana mahasiswa tidak menyadari bahwa kondisi demokrasi terus memburuk. Menurutnya, sistem pendidikan dan lingkungan kampus kini membentuk pola yang membuat mahasiswa sibuk dengan IPK tinggi, lulus cepat, dan kegiatan ekonomi, sementara kesadaran politik dan sosial perlahan menghilang.
Setelah sesi diskusi berakhir, Dr. Gaffar berpesan kepada seluruh peserta yang hadir untuk meninjau kembali apa yang seharusnya dilakukan oleh mahasiswa, “Mari kita tinjau, tengok lagi apa yang sebenarnya bisa dimainkan oleh gerakan mahasiswa. Bagaimana menumbuhkan kesadaran kritis, bagaimana tidak fokus hanya kepada pencapaian diri sendiri, tapi gerakan mahasiswa kampus harus tetap bisa memainkan fungsi kontrol terhadap pemerintahan yang demokratis.” ucap Dr. Gaffar menutup sesi diskusi pada Srawung Demokrasi #9. (NKA/AHR/RS)
Cilacs UII Berpartisipasi dalam Diseminasi Program BIPA Nasional
Staf dan pengajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) dari Cilacs Universitas Islam Indonesia (UII) turut berpartisipasi dalam kegiatan “Diseminasi Program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA): Penguatan Regulasi dan Kemitraan Pengembangan Program BIPA” yang diselenggarakan oleh Pusat Pemberdayaan Bahasa dan Sastra (Pusdaya), Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah RI, bertempat di Hotel Malyabhara, Yogyakarta pada Rabu (08/10) diikuti oleh staf manajemen program BIPA dan perwakilan pengajar dari lembaga penyelenggara BIPA formal maupun non-formal di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Melalui kegiatan ini, para peserta mendapatkan pemahaman mendalam tentang regulasi penjaminan mutu pembelajaran BIPA, sekaligus berkontribusi dalam penyusunan standar penyelenggaraan program BIPA. Diskusi dilakukan dalam bentuk Diskusi Kelompok Terpumpun (DKT) untuk menjaring berbagai pandangan pemangku kepentingan terhadap unsur-unsur yang diperlukan dalam pengembangan standar tersebut.
Dalam sesi paparan, peserta menyimak materi dari Prof. Dr. Gatut Susanto, M.Pd. (Ketua APPBIPA Pusat) dan Agus Soehardjono, S.S., M.M. (Ketua Forkom BIPA DIY) yang membahas Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI), serta berbagai aspek standardisasi penyelenggaraan program BIPA. Selain itu, perwakilan dari berbagai lembaga seperti Perguruan Tinggi, Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP), Satuan Pendidikan Kerjasama (SPK), dan penyelenggara mandiri turut memaparkan praktik baik serta tantangan yang mereka hadapi di lapangan.
Partisipasi Cilacs UII dalam kegiatan ini menjadi bentuk komitmen lembaga dalam mendukung upaya nasional standardisasi dan penjaminan mutu pembelajaran BIPA, sekaligus memperkuat jejaring kemitraan dengan berbagai lembaga penyelenggara BIPA di Indonesia. (ANK/AHR/RS)
UII dan Kemlu Perkuat Diplomasi Indonesia-Pakistan Lewat Policy Lab
Program Studi Hubungan Internasional Universitas Islam Indonesia (UII) bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemlu RI) menyelenggarakan Policy Lab bertajuk “Shaping a Partnership Strategy between Indonesia and Pakistan with Academic Partners” pada Selasa (07/10). Kegiatan ini digelar dalam rangka memperingati 75 tahun kerja sama Indonesia-Pakistan yang menandai perjalanan panjang persahabatan antara kedua negara sejak tahun 1950. Direktur Asia Selatan dan Tengah Kemlu RI, Ricky Eka Virgana Ichsan menyampaikan acara ini menjadi wadah kolaborasi antara akademisi, praktisi, dan pembuat kebijakan untuk merumuskan rekomendasi strategis dalam mempererat hubungan bilateral Indonesia-Pakistan di masa depan.
Rektor UII, Fathul Wahid, dalam sambutannya menyampaikan bahwa kerja sama di bidang akademik antara UII dan berbagai perguruan tinggi di Pakistan diharapkan menjadi tonggak penting dalam memperkuat hubungan kedua negara. “Kerja sama akademik merupakan fondasi penting bagi diplomasi jangka panjang. Pertukaran pengetahuan dan mobilitas mahasiswa dapat memperkokoh persahabatan antara Indonesia dan Pakistan,” ujar Fathul Wahid.
Sesi pertama kegiatan ini dibuka dengan paparan dari Duta Besar Pakistan untuk Indonesia, H.E. Zahid Hafeez Chaudhri. Ia menegaskan, “Sebagai dua negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, sangat penting bagi Indonesia dan Pakistan untuk mempererat kerja sama bilateral,”. Ia juga menambahkan bahwa kolaborasi kedua negara telah terjalin di berbagai bidang, khususnya pertahanan, pendidikan, dan perdagangan.
Selaras dengan pernyataan tersebut, Pande Ketut Wuri Handayani, yang merupakan diplomat Kemlu RI juga menyampaikan bahwa Pakistan merupakan partner dagang yang penting bagi Indonesia di Kawasan Asia Selatan.“Penting untuk memanfaatkan instrumen kerja sama yang sudah ada, seperti Indonesia-Pakistan PTA untuk memperkuat kemitraan bilateral,” ujarnya.
Hadza Min Fadhli Robby sebagai Sekretaris Program Studi Hubungan Internasional Program Internasional dan dosen Kajian Asia Selatan, menyatakan, “Pesantren diplomacy penting digunakan sebagai bentuk kerja sama antarinstitusi keagamaan Indonesia-Pakistan. Kita sudah memiliki modal berupa people-to-people relations yang telah menjadi salah satu pilar dalam relasi kedua negara dan terjalin secara organik.” Ia juga menekankan bahwa peran Jamaah Tabligh dan potensi kolaborasi antarpesantren perlu difasilitasi oleh kedua pemerintah.
Policy Lab berlanjut ke sesi “Stocktaking Pilar Kerja Sama Kemitraan Indonesia-Pakistan” yang melibatkan akademisi Hubungan Internasional dalam kajian Asia Selatan dengan pemantik dari akademisi Hubungan Internasional antara lain Rochdi Mohan Nazala, Ph.D. (Universitas Gadjah Mada),Irawan Jati, Ph.D. (Universitas Islam Indonesia), dan Halifa Haqqi, S.I.P ., M.Si. (Universitas Slamet Riyadi Surakarta). Tak hanya itu, hadir pula sebagai peserta dalam kegiatan ini perwakilan akademisi Hubungan Internasional, Hukum Internasional, dan Studi Islam dari berbagai universitas di Yogyakarta dan sekitarnya, antara lain Universitas Islam Indonesia, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas Jenderal Soedirman, UPN “Veteran” Yogyakarta, Universitas Amikom Yogyakarta, Universitas Slamet Riyadi Surakarta, serta Universitas Respati Yogyakarta.
Rangkaian kegiatan ini menegaskan komitmen UII dalam memperkuat diplomasi Indonesia-Pakistan melalui penguatan jejaring akademik yang berlandaskan nilai-nilai keislaman. Melalui pendekatan yang inklusif dan berorientasi jangka panjang, UII dan Kemlu RI mendorong strategi kemitraan yang relevan bagi masa depan hubungan bilateral dan kontribusi Indonesia dalam perdamaian global. (KUD/AHR/RS)