Laboratorium Terpadu (LT) Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menyelenggarakan Survailen Kedua dan Asesmen Perluasan Ruang Lingkup Kalibrasi pada Senin dan Selasa (23-24/06) di Gedung LT UII, Kampus Terpadu Jalan Kaliurang KM. 14,5. Kegiatan secara resmi dibuka oleh Rektor UII, Fathul Wahid didampingi oleh Wakil Rektor Bidang Pengembangan Akademik dan Riset, Prof. Jaka Nugraha, S.Si., M.Si. dan Direktur Layanan Akademik, Hudori, S.T., M.T., Ph.D. menjadi bagian dari ikhtiar LT UII dalam mempertahankan dan meningkatkan akreditasi dari Komite Akreditasi Nasional (KAN) berdasarkan SNI ISO/IEC 17025:2017 dengan nomor akreditasi LP-478-IDN sebagai laboratorium pengujian dan LK-376-IDN sebagai laboratorium kalibrasi.

Rektor UII, Fathul Wahid menyampaikan dalam sambutannya bahwa kegiatan survailen dan asesmen ini menjadi wujud nyata UII untuk selalu berikhtiar dalam menjamin mutu layanan laboratorium yang kredibel, memiliki daya saing tinggi, dan memberi kontribusi langsung untuk kualitas pendidikan dan penelitian yang lebih baik lagi.

Sujitno selaku Kepala Asesor dan Diyan Nurisnawati selaku perwakilan asesor dari KAN mengapreasiasi langkah LT UII yang secara aktif mengembangkan ruang lingkup kalibrasi dan menjaga konsistensi mutu sesuai standar internasional.

Di kesempatan yang sama, Kepala LT UII, Prof. Rudy Syahputra, S.Si., M.Si., Ph.D. menjelaskan ruang lingkup yang menjadi objek dalam kegiatan survailen dan asesmen ini meliputi kelompok massa (timbangan analitik), instrumentasi analitik (spektrofotometer UV-Vis), suhu dan kelembaban (oven pemanas), dan volumetri (pipet volume).

“Tujuan utama LT (laboratorium terpadu -red) punya ruang lingkup kalibrasi ini adalah sebetulnya didedikasikan untuk pekerjaan penelitian dan pendidikan. Sehingga  ISO 17025:2017 diterapkan agar ada penjaminan mutu dan kualitas didalam pekerjaan kalibrasi. Karena jika kita mengukur sesuatu tidak ada jaminannya kan ragu, apakah betul metodenya, apakah orangnya kompeten. Manajemen lainnya seperti pemeliharaan alat bahkan sampai pada sistem keuangan yang dimiliki juga dinilai untuk menjamin kualitas,” jelas Guru Besar bidang Ilmu Analisis Elektrokimia dan Remediasi Lingkungan UII ini.

 

Dipilihnya akreditasi ISO 17025:2017 untuk kalibrasi, kata Prof. Rudy, menjadikan pihak LT UII sendiri yang melakukan proses kalibrasi. Sehingga, dalam hal ini sumber daya LT UII mampu dioptimalkan untuk mengadopsi sistem kalibrasi sendiri.

“Satu hal yang positif dari mengambil akreditasi ISO 17025:2017 ini kita  (LT UII -red) juga bisa menerima pekerjaan kalibrasi di institusi lain. Dari alat-alat yang dikalibrasi dan kita jamin akurasinya mampu memberi peluang LT UII untuk membantu dalam mengkalibrasi alat-alat di institusi lain,” ungkap Prof. Rudy.

Tradisi panjang di LT UII sebagai laboratorium yang terakreditasi SNI ISO/IEC 17025:2017 terus dipertahankan mengingat pentingnya kalibrasi dalam rangka mendukung dan meningkatkan iklim riset di UII. Dalam rencana pengembangan ke depan, laboratorium kalibrasi  LT UII akan memperluas ruang lingkup kalibrasi pada kelompok pengukuran volumetri khususnya pada pipet ukur, labu ukur, gelas ukur, dan buret.

Selain itu, laboratorium kalibrasi ini juga membuka ruang lingkup baru untuk pengukuran dimensi seperti jangka sorong, mikrometer sekrup, dan dial indicator. Harapannya, LT UII dapat menjadi mitra strategis bagi perguruan tinggi dan pemangku kepentingan lain dalam penyediaan layanan kalibrasi laboratorium berkualitas tinggi. (LSS/AHR/RS)

Narahubung :

Website : https://labterpadu.uii.ac.id/

Email : [email protected]

No. WA : +62 856-4021-4627

Culture Learning Center (CLC) Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar acara Culture Quest: Discovering Jogja & Solo Markets pada Sabtu (21/6). Lebih dari 50 mahasiswa internasional berpartisipasi dalam lawatan budaya ke pasar tradisional Kota Gede, Yogyakarta dan Pasar Gede, Solo. Acara ini merupakan salah satu program budaya yang dikembangkan oleh Culture and Learning Center (CLC) untuk mahasiswa internasional UII. CLC menambahkan kegiatan Culture Quest ini pada Summer Program bersama Universitas Surabaya (Ubaya).

Dengan semangat “learning by doing”, mahasiswa dari berbagai penjuru dunia diajak mengeksplorasi dua pasar tradisional tersebut yang dikemas dengan menarik dalam bentuk teka-teki (riddles) yang membawa peserta untuk berinteraksi langsung dengan masyarakat lokal di pasar tradisional, dan menyelesaikan teka-teki tanpa bantuan gawai.

Sebelum kegiatan dimulai, peserta menerima briefing dan dibagi ke dalam 10 grup. Tak lama berselang, rombongan diberangkatkan menuju Pasar Kotagede, pusat sejarah Kerajaan Mataram yang masih menyimpan pesona arsitektur dan budaya klasik Jawa. Di lokasi ini, para mahasiswa menjalankan misi seperti wawancara dengan pedagang, mengenal rempah-rempah lokal, serta berburu kuliner khas Kotagede.

Destinasi selanjutnya adalah Pasar Gede, Solo, pasar ikonik yang mencerminkan akulturasi budaya Jawa dan Tionghoa. Suasana pasar yang lebih padat dan urban menghadirkan tantangan yang lebih kompleks, mulai dari pencarian makanan khas seperti lenjongan dan mencari koordinator pasar untuk menyelesaikan misi.

“Kami ingin peserta merasakan secara langsung suasana khas masyarakat lokal dari berinteraksi dengan penjual dan mengenal bumbu dan makanan tradisional, hingga memahami nilai-nilai budaya dalam keseharian. Dan kami sangat senang dapat menambahkan program Culture Quest ini pada Summer Program bersama Ubaya.  Dengan hadirnya mahasiswa internasional dan local dari Ubaya tentunya menambah keberagaman peserta acara kami,” ujar Rina Desitarahmi, koordinator program dari CLC UII.

Program ini tidak hanya memperkaya pengetahuan budaya peserta, tetapi juga mempererat hubungan antar mahasiswa internasional dan menciptakan ruang pembelajaran lintas budaya yang aktif, inklusif, dan menyenangkan. Terlihat mahasiswa saling bertukar canda dan pengalaman. Momen-momen ini menciptakan suasana hangat dan membuktikan bahwa budaya bisa menjadi jembatan yang mempertemukan banyak bangsa. Culture Quest bukan hanya tentang Jogja dan Solo, tapi tentang bagaimana belajar menghargai budaya lain. (ELKN/AHR/RS)

Semangat kewirausahaan kembali digelorakan di kalangan mahasiswa melalui acara “FOUNDERS IN THE MAKING: From Campus Idea to Real-World Ventures”, hasil kolaborasi antara Junior Chamber International (JCI) Yogyakarta, Komunitas Start-Up Jogja, dan Direktorat Pembinaan Kemahasiswaan Universitas Islam Indonesia (DPK UII). Bertempat di Auditorium Fakultas Teknik Industri UII, acara ini menjadi wadah strategis bagi mahasiswa yang tertarik membangun bisnis sejak bangku kuliah.

Dihadiri oleh puluhan peserta, acara ini digelar pada Minggu (22/6) kegiatan ini mengusung konsep kolaboratif dan partisipatif, tidak hanya berisi sesi seminar, tetapi juga praktik langsung pembuatan ide bisnis hingga sesi pitching di hadapan para pakar startup.

Tak hanya bertujuan meningkatkan jiwa kewirausahaan, acara ini juga menjadi momentum penting untuk memperkenalkan organisasi JCI (Junior Chamber International) kepada sivitas akademika UII. JCI sendiri merupakan organisasi kepemudaan global yang berfokus pada pengembangan kapasitas dan kepemimpinan anak muda. Melalui acara ini, JCI Yogyakarta juga mengumumkan rencana pembentukan JCI Junior Club (JJC) UII sebagai wadah resmi pengembangan karakter, soft skills, serta jejaring mahasiswa di tingkat internasional.

Kegiatan dibuka dengan sambutan dari Ketua Pelaksana, Alfin Ibnu Hady dan Local President JCI Yogyakarta, Rendy Mahardika, M.Kom. Dalam sambutannya, Rendy menekankan pentingnya kegiatan seperti ini sebagai ajang pembuktian dan pengembangan kemampuan manajerial mahasiswa.

“Jadi, penting sekali kita berkegiatan untuk menambah relasi, membuktikan kita bisa me-manage seperti me-manage event,” ujar Rendy.

Setelah sambutan, peserta diajak mengikuti sesi Team-up and Chill Networking, sebuah pendekatan interaktif yang membagi peserta ke dalam beberapa tim untuk menjalin koneksi dan membangun kerja sama. Sesi ini bertujuan agar peserta tidak hanya menyerap materi secara pasif, tetapi juga saling bertukar gagasan sejak awal acara.

Sesi workshop pertama dibawakan oleh Ade Rahadian, CEO dan Co-Founder KonstruksiPedia. Dalam paparannya, Ade membagikan kiat-kiat membangun bisnis dari nol serta pentingnya mengidentifikasi masalah yang bisa menjadi peluang usaha.

“Semakin besar masalahnya, maka akan semakin besar juga peluangnya, karena banyak juga yang relate,” jelas Ade, menekankan bahwa ide bisnis terbaik justru lahir dari masalah yang paling nyata di masyarakat.

Setelah rehat salat Ashar, peserta kembali disuguhkan dengan workshop kedua bersama Dwi Andi Rohmatika, CEO dan Founder Sanggaiz. Materi yang disampaikan berkisar pada seni pitching, yaitu kemampuan menyampaikan ide bisnis secara ringkas namun menarik. Ia menganalogikan pitching sebagai kesempatan langka yang bisa terjadi dalam waktu sangat singkat.

“Misalnya temen-temen ketemu orang penting nih, misal ketemu Bill Gates di lift, dari lantai bawah ke lantai 5, paling berapa menit sih, 1 menit 2 menit, jadi di waktu ini temen-temen bisa berjualan ke Bill Gates, menjelaskan ide bisnis, jadi kalo pitching itu jangan lama-lama,” terang Dwi Andi dengan gaya khasnya yang komunikatif.

Memasuki sesi praktik, peserta diminta menyusun ide bisnis bersama tim masing-masing. Tantangannya sederhana namun menuntut kreativitas tinggi: cari masalah di sekitar, lalu ciptakan solusi dalam bentuk produk atau layanan. Berbagai ide menarik bermunculan dari peserta, mulai dari aplikasi pengelolaan sampah yang berbasis komunitas, hingga game interaktif untuk membantu anak-anak belajar Al-Quran dengan cara yang lebih menyenangkan.

Puncaknya, masing-masing tim melakukan pitching ide bisnis mereka di hadapan para pemateri. Antusiasme dan semangat peserta sangat terasa di ruangan, seolah menggambarkan bahwa mereka bukan hanya belajar, tetapi juga benar-benar “berlatih untuk jadi founder”.

Acara ini mendapat apresiasi tinggi dari para peserta, yang menilai kegiatan ini bukan hanya inspiratif tetapi juga aplikatif. Tidak sedikit dari mereka yang berharap akan ada sesi lanjutan untuk mendampingi realisasi ide bisnis yang telah mereka buat bersama tim..

Melalui acara ini, mahasiswa tidak hanya belajar teori tentang bisnis, tetapi juga dipacu untuk langsung mempraktikkannya. Dari networking, mentoring, hingga pitching, semuanya menjadi bekal awal untuk melangkah dari kampus ke dunia nyata sebagai founder in the making. Dan yang terpenting, mereka juga diperkenalkan pada komunitas global seperti JCI, yang bisa menjadi gerbang bagi mahasiswa untuk menjangkau dunia.(MFPS)

Suasana hangat penuh semangat menyelimuti halaman Fakultas Ilmu Sosial dan Budaya (FISB) Universitas Islam Indonesia (UII) pada Sabtu (21/06). Himpunan Mahasiswa Komunikasi (HIMAKOM) sukses menyelenggarakan acara puncak Milad Ilmu Komunikasi ke-21 yang dibalut dalam satu nama: ANIVIA. Acara ini bukan hanya menjadi ajang perayaan ulang tahun, tetapi juga momen reflektif sekaligus pengikat silaturahmi lintas generasi sivitas akademika Ilmu Komunikasi UII.

Acara ini dihadiri oleh berbagai pihak penting dalam lingkup Program Studi Ilmu Komunikasi. Turut hadir Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi, Iwan Awaluddin Yusuf, S.IP., M.Si., Ph.D., Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi, Dr. Zaki Habibi, S.I.P., M.Comms., serta Wakil Dekan bidang Keagamaan, Kemahasiswaan, dan Alumni FISB, Nizamuddin Sadiq, S.Pd., M.Hum., Ph.D. Hadir pula para dosen, tenaga kependidikan, dan tentu saja mahasiswa Ilmu Komunikasi dari berbagai angkatan.

ANIVIA dibuka dengan lantunan ayat suci Al-Qur’an yang membawa suasana sakral ke dalam pembukaan. Acara kemudian dilanjutkan dengan sambutan-sambutan dari jajaran pimpinan yang menyoroti pentingnya refleksi atas perjalanan 21 tahun Ilmu Komunikasi UII sekaligus harapan untuk masa depan.

Dalam sambutannya, Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi, Iwan Awaluddin Yusuf menyampaikan pentingnya semangat pengembangan diri yang harus terus dijaga oleh seluruh elemen jurusan.

“Kita harus terus untuk melihat tantangan-tantangan ke depan ini semakin banyak, kita harus tidak merasa puas hari ini, tapi ke depan kita harus mengembangkan diri lagi. Harus punya keinginan untuk lebih maju dari sekarang,” ujarnya penuh semangat.

Sementara itu, Nizamuddin Sadiq memberikan penekanan pada konteks institusional, mengingat Ilmu Komunikasi kini berada di bawah naungan fakultas baru, yaitu Fakultas Ilmu Sosial dan Budaya (FISB).

“Dalam konteks inilah (pengembangan fakultas baru), maka harapan kami kepada prodi atau jurusan dan seluruh mahasiswa Ilmu Komunikasi, untuk mengawal fakultas baru ini agar betul-betul sesuai harapan dan cita-cita kita bersama,” ungkapnya.

Momen yang paling informatif hadir saat sesi workshop bersama Ketua Jurusan dan Ketua Prodi. Dalam diskusi santai namun padat makna, mereka menjelaskan lebih lanjut mengenai transisi struktural dan visi masa depan Ilmu Komunikasi di bawah naungan FISB. Mahasiswa yang hadir tampak antusias dan terlibat aktif dalam sesi tanya jawab.

Setelah sesi workshop, acara dilanjutkan dengan jeda untuk ibadah Maghrib. Suasana keakraban kian terasa saat seluruh hadirin menikmati makan malam bersama yang menjadi ruang informal untuk saling bertegur sapa dan mempererat hubungan antarangkatan maupun antara mahasiswa dan dosen.

Memasuki malam, suasana berubah menjadi lebih santai namun tetap hangat melalui sesi awarding bagi para dosen. Penghargaan diberikan dengan kategori-kategori unik seperti “Dosen Ter-seru,” “Dosen Ter-ontime,” hingga “Dosen Ter-lucu.” Momen ini tidak hanya memancing tawa dan tepuk tangan meriah, tetapi juga menciptakan nuansa kekeluargaan yang erat antara dosen dan mahasiswa.

Tak berhenti sampai di situ, acara berlanjut dengan open mic stand up comedy yang menampilkan mahasiswa dengan beragam gaya humor, mengocok perut para penonton. Gelak tawa pun menggema di halaman FISB, menambah warna kebahagiaan dalam perayaan ini.

Sebagai penutup, sesi Jamming Night menjadi puncak euforia. Mahasiswa dari tiap angkatan membawakan penampilan musik khas masing-masing, menciptakan atmosfer kolaboratif dan meriah. Yang tak kalah istimewa, salah satu dosen, Dr. Herman Felani, S.S., M.A., turut menyumbangkan suara emasnya, yang langsung disambut antusias dan riuh tepuk tangan.

Dengan keberagaman acara yang ditampilkan, ANIVIA bukan sekadar perayaan ulang tahun. Ia hadir sebagai ruang refleksi, ekspresi, dan konsolidasi bagi seluruh sivitas Ilmu Komunikasi UII. Momen ini menjadi pengingat akan perjalanan panjang 21 tahun jurusan ini dalam mencetak insan-insan komunikasi yang kompeten, adaptif, dan berkarakter.

Ke depan, dengan tantangan zaman yang terus berkembang dan perubahan struktur institusi, Ilmu Komunikasi UII diharapkan terus berinovasi, menjaga nilai-nilai kekeluargaan, serta memperkuat perannya sebagai institusi pendidikan unggulan. Seperti disampaikan dalam berbagai sambutan, Milad ke-21 ini bukan titik akhir, melainkan pijakan baru untuk melangkah lebih jauh ke masa depan. (MFPS/AHR/RS)

Korps Dakwah Universitas Islam Indonesia (Kodisia UII) menyelenggarakan Kajian Pengetahuan Agama dan Pengembangan Diri dengan mengangkat tema “It’s Okay Not to Be Okay, But Don’t Stay There Forever” spesial dibersamai oleh Ardhi Mohamad, seorang lulusan psikologi dan penulis buku best seller seputar self healing yang dilaksanakan di Gedung Kuliah Umum Prof. Dr. Sardjito, Kampus Terpadu UII pada Sabtu (21/06).

 

Drs. Nanang Nuryanta, M.Pd. sebagai Direktur Direktorat Pendidikan dan Pembinaan Agama Islam (DPPAI) dalam sambutannya berharap dengan adanya kajian pengembangan diri dapat menjadi ladang berbagi ilmu dan menebar manfaat kepada sesama peserta. Ia juga memberikan apresiasi kepada Kodisia atas terselenggarakannya acara ini.

Pada awal diskusi, Ardhi menyoroti tentang penjelasan perasaan okay dan not okay, yang nantinya akan menjadi materi inti dalam acara ini. Menurutnya, semua orang pasti pernah merasakan not okay. Rasa not okay yang dimaksud adalah yang muncul ketika manusia kecewa, bingung, capek, cemas, overthinking, kegagalan, dan merasa ditolak.

“Yang membedakan cara orang dalam menyikapi perasaan not okay ini adalah reaksi. Saya bagi menjadi dua cara bagaimana manusia melihat negative event dalam hidupnya,” ujar Ardhi. Yang pertama adalah optimis (orang yang lebih mudah merasa okay kembali) dan orang yang pesimis (orang yang merasa bahwa kejadian negatif itu sangat memengaruhi hidupnya)

Dengan berakhirnya sesi diskusi yang hangat dan reflektif bersama Ardhi Mohamad, kegiatan Kajian Pengetahuan Agama dan Pengembangan Diri yang digagas oleh Kodisia UII ini tidak hanya memberikan pemahaman spiritual, tetapi juga membekali peserta dengan perspektif sehat dalam menyikapi dinamika perasaan. Pesan utama bahwa “tidak apa-apa untuk tidak baik-baik saja, asalkan tidak terjebak terlalu lama di dalamnya” menjadi bekal penting bagi para peserta dalam menghadapi realitas kehidupan. Acara ini pun menegaskan komitmen Kodisia UII dalam menghadirkan ruang dakwah yang relevan dengan kebutuhan jiwa dan zaman. (NKA/AHR/RS)

Kontingen Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menorehkan prestasi membanggakan dalam ajang Musabaqah Tilawatil Qur’an Mahasiswa Internasional dan Nasional se-Asia Tenggara (MTQM) 2025 yang diselenggarakan di Universitas Jambi (UNJA) pada 16-19 Juni. Melalui penampilan konsisten dan unggul di berbagai cabang lomba, UII berhasil meraih Juara Umum, bersanding dengan perguruan tinggi terkemuka lainnya.

Rangkaian kegiatan MTQM ini berlangsung selama tiga hari, dengan total 24 cabang lomba yang terbagi ke dalam tiga kategori: 3 cabang lomba untuk Kategori Internasional, 6 cabang untuk Kategori Nasional, dan 15 cabang lomba untuk Kategori Internal UNJA. Ajang ini diikuti oleh ratusan peserta dari berbagai perguruan tinggi.

Dalam Kategori Internasional, dua mahasiswa UII sukses meraih Juara 1 pada cabang bergengsi Musabaqah Qira’at Sab’ah diantaranya Muhammad Subki (Juara 1 Putra) dan Syamimi Assahira (Juara 1 Putri) yang tampil gemilang dan mencuri perhatian dewan juri.

Sementara itu, pada Kategori Nasional, kontingen UII tampil kompetitif di sejumlah cabang. Hurul ‘Ainul Kamila meraih Juara 1 Hifzhil Qur’an 20 Juz Putri, disusul Muhammad Hakimi H dan Fatimah Az Zahra yang sama-sama meraih Juara 3 untuk kategori putra dan putri. Selain itu, tim Fatimah Azzahra dan Tara Aqila Humayra berhasil mendapatkan Juara Harapan 1 dalam Musabaqah Karya Tulis Ilmiah Al-Qur’an (KTIQ), sedangkan trio Mugis Yahya, M.H. Haikal, dan Filzy Zarkasyi Bora juga membawa pulang Juara Harapan 1 di cabang Syarhil Qur’an.

Tak hanya unggul dalam tilawah dan hafalan, UII juga tampil kuat dalam cabang kesenian islami. Tim UII yang terdiri dari Muhammad Sirrul Asror, Muh. Rijalul Albab Ulinnur, Mochamad Rizal Khoirush Sholeh, Fadi Eka Elfaridho, dan Faizal Reza Humaidillah berhasil meraih Juara 2 dalam Musabaqah Maulid Barzanji. Di cabang Khattil Qur’an Dekorasi, Imron Syafi’i mengamankan Juara 2 Putra, sementara Ahmad Mukhlis Ubaidussalam dan Vira Anjeli mendapat penghargaan sebagai Juara Harapan 2 dan 3.

Capaian luar biasa yang ditorehkan UII dalam ajang MTQM Internasional dan Nasional tak hanya menjadi kebanggaan institusi, tetapi juga bukti nyata dedikasi kampus dalam membentuk generasi Qur’ani yang unggul secara akademik, berkarakter spiritual, dan berintegritas dalam syiar keislaman. Lebih dari sekadar ajang kompetisi, MTQM menjadi ruang silaturahmi antar mahasiswa muslim se-Asia Tenggara, sekaligus medan penguatan nilai-nilai Al-Qur’an di tengah arus perubahan zaman.

Keberhasilan ini diharapkan menjadi pemantik semangat bagi seluruh mahasiswa untuk terus mendalami Al-Qur’an, serta menjadi bukti bahwa perguruan tinggi juga merupakan ekosistem penting dalam pembinaan nilai-nilai religius. UII terus menunjukkan peranannya dalam mencetak insan akademis yang tak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kokoh dalam spiritual. Prestasi ini pun menjadi fondasi kuat yang kian memperteguh kepercayaan publik terhadap pendidikan di UII. (ELKN/AHR/RS)

Ikatan Keluarga Ibu-Ibu Universitas Islam Indonesia (IKI UII) telah selesai adakan Pertemuan Keluarga Besar IKI yang diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI UII) pada Jum’at (20/6) di Gedung Kuliah Umum Dr. Sardjito UII. Dengan mengangkat tema Kesalehan Sosial Sebagai Pilar Membangun Masyarakat Muslim yang Kuat, acara juga dimeriahkan oleh pemeriksaan kesehatan, bazar makanan dan baju, serta doorprize yang bekerja sama dengan Bank Syariah Indonesia KCP FTS UII. Acara dihadiri oleh ±250 anggota IKI yang terdiri dari pengurus struktural IKI UII, istri dosen, karyawan dan purnatugas UII.

Pertemuan keluarga besar IKI mengundang Drs. Imam Mudjiono, M.Ag., seorang dosen Prodi PAI UII yang dikenal sebagai motivator nasional sebagai pemateri dan dimoderatori oleh Dr. Anisah Budiwati, S.H.I., M.S.I., selaku Ketua Program Studi Hukum Islam Program Doktor. Dr. Anisah memantik sesi materi dengan pertanyaan bagaimana sesungguhnya kesalehan sosial sebagai ekspresi keimanan manusia.

Dinilai kurang pada poin kesalehan sosial yang dimaksud, Drs. Imam Mudjiono menambahkan kesalehan personal sebagai pendukung dasar dalam implementasi kesalehan sosial. Ia menggarisbawahi bahwa untuk bisa mewujudkan masyarakat dan keluarga muslim, perlu dream atau kekuatan impian yang secara optimal dibangun saat masih sekolah.

Drs. Imam Mudjiono menjelaskan bahwa kesalehan sosial tidak bisa dilepaskan dari kesalehan personal. Ia menampilkan beberapa bentuk kesalehan personal yang menjadi pondasi utama, seperti menjaga shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kehormatan diri, menaati suami, serta memperbanyak interaksi dengan Al-Qur’an. “Jika fondasi ini kuat, maka akan lebih mudah membentuk keluarga yang tangguh dan masyarakat yang beradab.” ujarnya sambil mengutip hadist dari HR. Ahmad.

Setelah itu, ia melanjutkan pada bentuk kesalehan sosial yang diwujudkan dalam partisipasi aktif ibu-ibu di lingkungan masyarakat. Misalnya melalui peran sebagai penggerak pengajian, kegiatan PKK, literasi masyarakat, atau menjadi relawan dalam pengelolaan sampah dan pendidikan anak usia dini.

Tak lupa, Drs. Imam Mudjiono menekankan pentingnya kepedulian terhadap tetangga, serta budaya tolong-menolong yang menjadi ciri khas masyarakat Islam. Kesalehan sosial inilah yang menjadi pilar penting dalam membangun komunitas muslim yang kuat, saling mendukung, dan penuh kepedulian.

Acara ini meninggalkan kesan mendalam bagi para peserta, bukan hanya sebagai ajang silaturahmi, tetapi juga sebagai ruang yang menguatkan peran strategis ibu dalam membangun keluarga dan masyarakat yang lebih saleh, peduli, dan bernilai. Melalui perpaduan materi yang reflektif, Pertemuan Keluarga Besar IKI UII menjadi momentum penting untuk menumbuhkan kesadaran bahwa setiap langkah kecil seorang ibu memiliki dampak besar dalam mewujudkan masyarakat muslim yang tangguh dan berdaya. (NKA/AHR/RS)

Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam Fakultas Bisnis dan Ekonomi Universitas Islam Indonesia (P3EI FBE UII) mengadakan talkshow bertemakan “Literasi Keuangan Syariah Bagi Gen-Z” pada Kamis (19/06) di Ruang Aula Utara Kampus FBE UII. Kegiatan talkshow ini bertujuan untuk meningkatkan literasi dan mengenalkan lebih jauh mengenai keuangan syariah kepada audiens generasi Z. Talkshow ini menghadirkan dua narasumber inspiratif, Yunice Karina Tumewang, S.E., M.Sc., Ph.D., SAS. selaku Dosen FBE UII dan Harryka Joddy Pangalabuan, S.Psi., CFP, IFP. sebagai Certified Financial Planner

Talkshow diawali dengan sambutan dari Mohammad Bekti Hendrie Anto, S.E., M.Sc. selaku Dosen FBE UII yang menyoroti pentingnya kecerdasan finansial khususnya generasi z. Ia menyayangkan banyak generasi z yang berperilaku boros, senang membeli hal-hal yang tidak diperlukan, dan tidak suka berinvestasi sektor riil.

Terlebih lagi generasi z hidup di era volatility, uncertainity, complexity, dan ambiguity (VUCA) yang penuh dengan perubahan dan ketidakpastian. Ia berharap talkshow ini dapat bermanfaat dan menginspirasi khususnya bagi peserta mahasiswa. “Inspirasi tidak hanya ditangkap tapi inspirasi tentu harus dilaksanakan. Kalau ada bergerak, maka ilmu ini akan menjadi yang hidup”, tuturnya.

Lebih lanjut pada sesi pertama pemaparan materi yang dimoderatori Tiyas Kurnia Sari, S.Ak., M.Sc. selaku Dosen FBE UII, Yunice Karina Tumewang, S.E., M.Sc., Ph.D., SAS menjelaskan tentang pentingnya generasi Z memiliki pengetahuan keuangan syariah. Menurutnya, khususnya bagi peserta yang sebagian besar merupakan mahasiswa UII yang beragama Islam harus menyadari bahwa agama Islam bukanlah agama yang mengesampingkan persoalan ekonomi atau keuangan.

Ia menyoroti bahwa Al-Quran memberikan perhatian yang begitu besar terhadap masalah harta dengan berbagai bentuk katanya yang disebutkan sebanyak 86 kali. “Rasul (Nabi Muhammad saw -red) bahkan selalu menyemangati hamba-hambanya untuk berlaku profesional dan maksimal dalam bekerja”, tegasnya.

Yunice juga melanjutkan pembahasan mengenai kekhawatiran terhadap data 25% generasi Z yang lebih banyak menghabiskan uang untuk aktivitas non-essential seperti travel dan entertainment tapi tidak suka menabung (saving) dan itu akan memberikan dampak negatif. Kebiasaan menyebabkan financial security generasi Z akan menurun karena banyaknya pengeluaran ditambah persoalan-persoalan mental health dan tren flexing yang memicunya. Ia menyarankan solusi dari penurunan financial security adalah berusaha meraih diversifying income dengan cara yang halal, tapi yang jauh lebih penting dari itu adalah kemampuan mengatur spending/consumption sehingga kita akan selalu memiliki dana tabungan.

Selanjutnya dalam sesi terakhir penyampaian materi, Harryka Joddy Pangalabuan, S.Psi., CFP, IFP. selaku praktisi financial planner profesional, membahas lebih lanjut tentang strategi perencanaan keuangan bagi generasi Z yang sesuai dengan syariah dan mudah untuk dilakukan. Ia menegaskan langkah-langkah dalam strategi keuangan untuk berinvestasi tidak dilakukan secara asal tanpa pertimbangan dan mengabaikan kemampuan diri. “Teman-teman harus cek kondisi sekarang, misal uang saku, apakah minus, bisa nabung, atau masuk dan keluar biasa. Kalau teman-teman bekerja cek juga aset finansial dan riil, dan hutang jika ada. Kemudian tujuan keuangan tentu harus sesuai maqashid syariah baik itu jangka pendek, darurat, dan jangka panjang.” tuturnya.

Ia juga menambahkan keberhasilan strategi keuangan syariah didapatkan jika telah berkomitmen untuk melakukan hijrah finansial dan mendapatkan arus kas bersih. “Teman-teman mulai dari sekarang bikin gerakan hijrah finansial yang harus digarisbawahi tidak hanya pakai produknya, tapi harus financial check up dan break down. Dari situ kita bisa mengukur frugalitas dan akan mendapat arus kas bersih. Arus kas bersih ini yang harus dipegang dan bisa disalurkan untuk investasi. Ketika kuliah belajar dulu semua dan nanti bisa memutuskan instrumen investasi mana yang paling nyaman,” tambahnya. Hijrah finasial yang dimaksud Harryka juga berupa upaya meninggalkan belanja hal-hal non-essential, tidak berhutang kecuali kondisi darurat, dan tidak berjudi.

Terakhir, Harryka menyimpulkan bahwa perencanaan keuangan seperti investasi tidak perlu dilakukan terburu-buru. Semua tujuan keuangan memiliki jalan keluar meski dalam waktu persiapan singkat. Generasi Z harus menyiapkan terlebih dahulu pendapatan, pelunasan hutang, proteksi keuangan, kemauan menyisihkan dana baru kemudian memilih instrumen investasi yang nyaman dan sesuai syariah. “Investasi adalah proses yang terus menerus. Proses ini terus dilakukan hingga ketika kita tua dan diwariskan kepada keturunan kita,” pungkasnya. (AAO/AHR/RS)

Takmir Masjid Ulil Albab Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menggelar layanan cek kesehatan gratis dalam acara Ulil Albab Healthy Day (UHD) yang ditujukan bagi seluruh sivitas akademika UII. Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian acara Adha Fest 1446 H dan dilaksanakan pada Ahad (15/6) di Asrama Takmir Putra dan Putri Masjid Ulil Albab, Kampus Terpadu UII.

Selain layanan konsultasi kesehatan umum, UHD juga menyediakan terapi alternatif berupa gurah dan bekam secara gratis bagi para peserta. Acara ini rutin diselenggarakan setiap tahun dan selalu mendapat antusiasme tinggi, khususnya dari kalangan mahasiswa. Tahun ini, jumlah peserta yang terdata mencapai lebih dari 100 orang.

Ketua pelaksana kegiatan, M. Hafizh Haikal, menyampaikan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk menyediakan fasilitas pemeriksaan kesehatan bagi warga kampus, termasuk mahasiswa, dosen, dan staf UII.

“Seperti kita tahu, saat Iduladha konsumsi daging meningkat, dan ini bisa memengaruhi kondisi tubuh. Melalui kegiatan ini, kami ingin mengajak sivitas akademika untuk menjaga kesehatan dan mengetahui kondisi tubuh mereka,” jelasnya

Ia juga menambahkan bahwa terapi gurah dan bekam memiliki manfaat tersendiri. Gurah, menurutnya, dapat membantu membersihkan saluran pernapasan dari lendir, sementara bekam berfungsi untuk mengeluarkan darah kotor dari tubuh.

Salah satu peserta, Riesa Amelia Hanifa Riyanto, mengaku mendapatkan pengalaman positif dari kegiatan ini. “Dengan adanya UHD kemarin, saya jadi makin sadar bahwa tubuh ini memang amanah yang perlu dijaga dan dicintai. Seperti yang disampaikan Ibu terapis, salah satu bentuk rasa syukur atas nikmat tubuh yang Allah titipkan adalah dengan merawatnya—melalui bekam, gurah, dan menjaga pola hidup sehat,” ujarnya.

Ia juga menyampaikan apresiasi kepada pihak Masjid Ulil Albab atas terselenggaranya kegiatan tersebut. “Baarakallahu fiikum untuk Masjid Ulil Albab yang sudah memfasilitasi. Semoga ikhtiar ini menjadi wasilah kebaikan dan keberkahan,” tambahnya. (GRR/AHR/RS)

Masjid Ulil Albab Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menggelar kajian Spesial Sate Qurban dalam rangkaian acara Adha Fest 1446 H, pada Sabtu (14/6), bertempat di pelataran Masjid Ulil Albab, Kampus Terpadu UII. Kegiatan ini mengangkat tema “Filosofi Sate: Simbolisme Kekuatan, Persatuan, dan Kebersamaan,” diikuti oleh puluhan mahasiswa dari berbagai fakultas.

Kajian tersebut menghadirkan Ustadz Ahmad Zubaidi, S.Pd., M.Pd., dosen Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) UII, sebagai narasumber. Dalam pemaparannya, ia mengajak peserta untuk memaknai qurban secara lebih mendalam, tidak hanya sebagai aktivitas makan daging atau pemenuhan kebutuhan jasmani semata, tetapi juga sebagai sarana untuk menguatkan aspek ruhaniyah.

“Makna utama dari qurban adalah bagaimana kita bisa mengecas ruhani, agar tidak sekadar hidup seperti hewan yang tidak memiliki akal,” ungkapnya.

Ustadz Ahmad Zubaidi juga mengangkat filosofi sate sebagai simbol kehidupan manusia. Daging dianalogikan sebagai manusia, tusuk sate sebagai prinsip hidup, pembakaran sebagai ujian kehidupan, dan arang sebagai simbol hati.

“Hikmah sate untuk kita yang sangat luar biasa adalah dagingnya itu ibarat manusia, tusuk sate itu prinsipnya. Manusia harus mempunyai prinsip yang kuat dan tegak dalam hidupnya. Proses pembakaran ibaratnya ujian yang membuat manusia semakin dewasa. Sedangkan arang, meski tak terlihat, punya peran besar dalam mengubah daging mentah menjadi matang—seperti hati manusia yang menentukan baik atau buruknya tindakan seseorang,” jelasnya.

Di akhir kajian, beliau berpesan kepada para mahasiswa untuk tidak takut menghadapi kesulitan dalam proses belajar. Ia menekankan pentingnya kerja keras dan keberanian dalam mencoba hal-hal baru demi masa depan.

Salah satu peserta kajian, Naufal Kholil, turut menyampaikan kesan mendalamnya terhadap acara tersebut

 “Kesan saya dalam mengikuti Kajian tadi malam benar-benar luar biasa dan seru . Tema “Spesial Sate Qurban” tidak hanya menarik dari judulnya, tapi juga dari isi dan suasananya. Saya pribadi merasa banyak diingatkan tentang makna sejati dari berkurban, bukan hanya tentang daging atau ritual, tapi tentang bagaimana kita belajar ikhlas dan tunduk pada perintah Allah, seperti Nabi Ibrahim dan Ismail. Suasana kebersamaannya juga hangat, apalagi ditutup dengan makan sate bareng” ucapnya

Acara ditutup dengan makan sate qurban bersama, sebagai bentuk kebersamaan dan refleksi atas makna yang telah disampaikan dalam kajian. (GRR/AHR/RS)