Mahasiswa UII Juara Umum MTQM Internasional

Kontingen Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menorehkan prestasi membanggakan dalam ajang Musabaqah Tilawatil Qur’an Mahasiswa Internasional dan Nasional se-Asia Tenggara (MTQM) 2025 yang diselenggarakan di Universitas Jambi (UNJA) pada 16-19 Juni. Melalui penampilan konsisten dan unggul di berbagai cabang lomba, UII berhasil meraih Juara Umum, bersanding dengan perguruan tinggi terkemuka lainnya.

Rangkaian kegiatan MTQM ini berlangsung selama tiga hari, dengan total 24 cabang lomba yang terbagi ke dalam tiga kategori: 3 cabang lomba untuk Kategori Internasional, 6 cabang untuk Kategori Nasional, dan 15 cabang lomba untuk Kategori Internal UNJA. Ajang ini diikuti oleh ratusan peserta dari berbagai perguruan tinggi.

Dalam Kategori Internasional, dua mahasiswa UII sukses meraih Juara 1 pada cabang bergengsi Musabaqah Qira’at Sab’ah diantaranya Muhammad Subki (Juara 1 Putra) dan Syamimi Assahira (Juara 1 Putri) yang tampil gemilang dan mencuri perhatian dewan juri.

Sementara itu, pada Kategori Nasional, kontingen UII tampil kompetitif di sejumlah cabang. Hurul ‘Ainul Kamila meraih Juara 1 Hifzhil Qur’an 20 Juz Putri, disusul Muhammad Hakimi H dan Fatimah Az Zahra yang sama-sama meraih Juara 3 untuk kategori putra dan putri. Selain itu, tim Fatimah Azzahra dan Tara Aqila Humayra berhasil mendapatkan Juara Harapan 1 dalam Musabaqah Karya Tulis Ilmiah Al-Qur’an (KTIQ), sedangkan trio Mugis Yahya, M.H. Haikal, dan Filzy Zarkasyi Bora juga membawa pulang Juara Harapan 1 di cabang Syarhil Qur’an.

Tak hanya unggul dalam tilawah dan hafalan, UII juga tampil kuat dalam cabang kesenian islami. Tim UII yang terdiri dari Muhammad Sirrul Asror, Muh. Rijalul Albab Ulinnur, Mochamad Rizal Khoirush Sholeh, Fadi Eka Elfaridho, dan Faizal Reza Humaidillah berhasil meraih Juara 2 dalam Musabaqah Maulid Barzanji. Di cabang Khattil Qur’an Dekorasi, Imron Syafi’i mengamankan Juara 2 Putra, sementara Ahmad Mukhlis Ubaidussalam dan Vira Anjeli mendapat penghargaan sebagai Juara Harapan 2 dan 3.

Capaian luar biasa yang ditorehkan UII dalam ajang MTQM Internasional dan Nasional tak hanya menjadi kebanggaan institusi, tetapi juga bukti nyata dedikasi kampus dalam membentuk generasi Qur’ani yang unggul secara akademik, berkarakter spiritual, dan berintegritas dalam syiar keislaman. Lebih dari sekadar ajang kompetisi, MTQM menjadi ruang silaturahmi antar mahasiswa muslim se-Asia Tenggara, sekaligus medan penguatan nilai-nilai Al-Qur’an di tengah arus perubahan zaman.

Keberhasilan ini diharapkan menjadi pemantik semangat bagi seluruh mahasiswa untuk terus mendalami Al-Qur’an, serta menjadi bukti bahwa perguruan tinggi juga merupakan ekosistem penting dalam pembinaan nilai-nilai religius. UII terus menunjukkan peranannya dalam mencetak insan akademis yang tak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kokoh dalam spiritual. Prestasi ini pun menjadi fondasi kuat yang kian memperteguh kepercayaan publik terhadap pendidikan di UII. (ELKN/AHR/RS)

Pertemuan Keluarga Besar IKI UII

Ikatan Keluarga Ibu-Ibu Universitas Islam Indonesia (IKI UII) telah selesai adakan Pertemuan Keluarga Besar IKI yang diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI UII) pada Jum’at (20/6) di Gedung Kuliah Umum Dr. Sardjito UII. Dengan mengangkat tema Kesalehan Sosial Sebagai Pilar Membangun Masyarakat Muslim yang Kuat, acara juga dimeriahkan oleh pemeriksaan kesehatan, bazar makanan dan baju, serta doorprize yang bekerja sama dengan Bank Syariah Indonesia KCP FTS UII. Acara dihadiri oleh ±250 anggota IKI yang terdiri dari pengurus struktural IKI UII, istri dosen, karyawan dan purnatugas UII.

Pertemuan keluarga besar IKI mengundang Drs. Imam Mudjiono, M.Ag., seorang dosen Prodi PAI UII yang dikenal sebagai motivator nasional sebagai pemateri dan dimoderatori oleh Dr. Anisah Budiwati, S.H.I., M.S.I., selaku Ketua Program Studi Hukum Islam Program Doktor. Dr. Anisah memantik sesi materi dengan pertanyaan bagaimana sesungguhnya kesalehan sosial sebagai ekspresi keimanan manusia.

Dinilai kurang pada poin kesalehan sosial yang dimaksud, Drs. Imam Mudjiono menambahkan kesalehan personal sebagai pendukung dasar dalam implementasi kesalehan sosial. Ia menggarisbawahi bahwa untuk bisa mewujudkan masyarakat dan keluarga muslim, perlu dream atau kekuatan impian yang secara optimal dibangun saat masih sekolah.

Drs. Imam Mudjiono menjelaskan bahwa kesalehan sosial tidak bisa dilepaskan dari kesalehan personal. Ia menampilkan beberapa bentuk kesalehan personal yang menjadi pondasi utama, seperti menjaga shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kehormatan diri, menaati suami, serta memperbanyak interaksi dengan Al-Qur’an. “Jika fondasi ini kuat, maka akan lebih mudah membentuk keluarga yang tangguh dan masyarakat yang beradab.” ujarnya sambil mengutip hadist dari HR. Ahmad.

Setelah itu, ia melanjutkan pada bentuk kesalehan sosial yang diwujudkan dalam partisipasi aktif ibu-ibu di lingkungan masyarakat. Misalnya melalui peran sebagai penggerak pengajian, kegiatan PKK, literasi masyarakat, atau menjadi relawan dalam pengelolaan sampah dan pendidikan anak usia dini.

Tak lupa, Drs. Imam Mudjiono menekankan pentingnya kepedulian terhadap tetangga, serta budaya tolong-menolong yang menjadi ciri khas masyarakat Islam. Kesalehan sosial inilah yang menjadi pilar penting dalam membangun komunitas muslim yang kuat, saling mendukung, dan penuh kepedulian.

Acara ini meninggalkan kesan mendalam bagi para peserta, bukan hanya sebagai ajang silaturahmi, tetapi juga sebagai ruang yang menguatkan peran strategis ibu dalam membangun keluarga dan masyarakat yang lebih saleh, peduli, dan bernilai. Melalui perpaduan materi yang reflektif, Pertemuan Keluarga Besar IKI UII menjadi momentum penting untuk menumbuhkan kesadaran bahwa setiap langkah kecil seorang ibu memiliki dampak besar dalam mewujudkan masyarakat muslim yang tangguh dan berdaya. (NKA/AHR/RS)

Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam Fakultas Bisnis dan Ekonomi Universitas Islam Indonesia (P3EI FBE UII) mengadakan talkshow bertemakan “Literasi Keuangan Syariah Bagi Gen-Z” pada Kamis (19/06) di Ruang Aula Utara Kampus FBE UII. Kegiatan talkshow ini bertujuan untuk meningkatkan literasi dan mengenalkan lebih jauh mengenai keuangan syariah kepada audiens generasi Z. Talkshow ini menghadirkan dua narasumber inspiratif, Yunice Karina Tumewang, S.E., M.Sc., Ph.D., SAS. selaku Dosen FBE UII dan Harryka Joddy Pangalabuan, S.Psi., CFP, IFP. sebagai Certified Financial Planner

Talkshow diawali dengan sambutan dari Mohammad Bekti Hendrie Anto, S.E., M.Sc. selaku Dosen FBE UII yang menyoroti pentingnya kecerdasan finansial khususnya generasi z. Ia menyayangkan banyak generasi z yang berperilaku boros, senang membeli hal-hal yang tidak diperlukan, dan tidak suka berinvestasi sektor riil.

Terlebih lagi generasi z hidup di era volatility, uncertainity, complexity, dan ambiguity (VUCA) yang penuh dengan perubahan dan ketidakpastian. Ia berharap talkshow ini dapat bermanfaat dan menginspirasi khususnya bagi peserta mahasiswa. “Inspirasi tidak hanya ditangkap tapi inspirasi tentu harus dilaksanakan. Kalau ada bergerak, maka ilmu ini akan menjadi yang hidup”, tuturnya.

Lebih lanjut pada sesi pertama pemaparan materi yang dimoderatori Tiyas Kurnia Sari, S.Ak., M.Sc. selaku Dosen FBE UII, Yunice Karina Tumewang, S.E., M.Sc., Ph.D., SAS menjelaskan tentang pentingnya generasi Z memiliki pengetahuan keuangan syariah. Menurutnya, khususnya bagi peserta yang sebagian besar merupakan mahasiswa UII yang beragama Islam harus menyadari bahwa agama Islam bukanlah agama yang mengesampingkan persoalan ekonomi atau keuangan.

Ia menyoroti bahwa Al-Quran memberikan perhatian yang begitu besar terhadap masalah harta dengan berbagai bentuk katanya yang disebutkan sebanyak 86 kali. “Rasul (Nabi Muhammad saw -red) bahkan selalu menyemangati hamba-hambanya untuk berlaku profesional dan maksimal dalam bekerja”, tegasnya.

Yunice juga melanjutkan pembahasan mengenai kekhawatiran terhadap data 25% generasi Z yang lebih banyak menghabiskan uang untuk aktivitas non-essential seperti travel dan entertainment tapi tidak suka menabung (saving) dan itu akan memberikan dampak negatif. Kebiasaan menyebabkan financial security generasi Z akan menurun karena banyaknya pengeluaran ditambah persoalan-persoalan mental health dan tren flexing yang memicunya. Ia menyarankan solusi dari penurunan financial security adalah berusaha meraih diversifying income dengan cara yang halal, tapi yang jauh lebih penting dari itu adalah kemampuan mengatur spending/consumption sehingga kita akan selalu memiliki dana tabungan.

Selanjutnya dalam sesi terakhir penyampaian materi, Harryka Joddy Pangalabuan, S.Psi., CFP, IFP. selaku praktisi financial planner profesional, membahas lebih lanjut tentang strategi perencanaan keuangan bagi generasi Z yang sesuai dengan syariah dan mudah untuk dilakukan. Ia menegaskan langkah-langkah dalam strategi keuangan untuk berinvestasi tidak dilakukan secara asal tanpa pertimbangan dan mengabaikan kemampuan diri. “Teman-teman harus cek kondisi sekarang, misal uang saku, apakah minus, bisa nabung, atau masuk dan keluar biasa. Kalau teman-teman bekerja cek juga aset finansial dan riil, dan hutang jika ada. Kemudian tujuan keuangan tentu harus sesuai maqashid syariah baik itu jangka pendek, darurat, dan jangka panjang.” tuturnya.

Ia juga menambahkan keberhasilan strategi keuangan syariah didapatkan jika telah berkomitmen untuk melakukan hijrah finansial dan mendapatkan arus kas bersih. “Teman-teman mulai dari sekarang bikin gerakan hijrah finansial yang harus digarisbawahi tidak hanya pakai produknya, tapi harus financial check up dan break down. Dari situ kita bisa mengukur frugalitas dan akan mendapat arus kas bersih. Arus kas bersih ini yang harus dipegang dan bisa disalurkan untuk investasi. Ketika kuliah belajar dulu semua dan nanti bisa memutuskan instrumen investasi mana yang paling nyaman,” tambahnya. Hijrah finasial yang dimaksud Harryka juga berupa upaya meninggalkan belanja hal-hal non-essential, tidak berhutang kecuali kondisi darurat, dan tidak berjudi.

Terakhir, Harryka menyimpulkan bahwa perencanaan keuangan seperti investasi tidak perlu dilakukan terburu-buru. Semua tujuan keuangan memiliki jalan keluar meski dalam waktu persiapan singkat. Generasi Z harus menyiapkan terlebih dahulu pendapatan, pelunasan hutang, proteksi keuangan, kemauan menyisihkan dana baru kemudian memilih instrumen investasi yang nyaman dan sesuai syariah. “Investasi adalah proses yang terus menerus. Proses ini terus dilakukan hingga ketika kita tua dan diwariskan kepada keturunan kita,” pungkasnya. (AAO/AHR/RS)

Cek kesehatan gratis di Masjid Ulil Albab UII

Takmir Masjid Ulil Albab Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menggelar layanan cek kesehatan gratis dalam acara Ulil Albab Healthy Day (UHD) yang ditujukan bagi seluruh sivitas akademika UII. Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian acara Adha Fest 1446 H dan dilaksanakan pada Ahad (15/6) di Asrama Takmir Putra dan Putri Masjid Ulil Albab, Kampus Terpadu UII.

Selain layanan konsultasi kesehatan umum, UHD juga menyediakan terapi alternatif berupa gurah dan bekam secara gratis bagi para peserta. Acara ini rutin diselenggarakan setiap tahun dan selalu mendapat antusiasme tinggi, khususnya dari kalangan mahasiswa. Tahun ini, jumlah peserta yang terdata mencapai lebih dari 100 orang.

Ketua pelaksana kegiatan, M. Hafizh Haikal, menyampaikan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk menyediakan fasilitas pemeriksaan kesehatan bagi warga kampus, termasuk mahasiswa, dosen, dan staf UII.

“Seperti kita tahu, saat Iduladha konsumsi daging meningkat, dan ini bisa memengaruhi kondisi tubuh. Melalui kegiatan ini, kami ingin mengajak sivitas akademika untuk menjaga kesehatan dan mengetahui kondisi tubuh mereka,” jelasnya

Ia juga menambahkan bahwa terapi gurah dan bekam memiliki manfaat tersendiri. Gurah, menurutnya, dapat membantu membersihkan saluran pernapasan dari lendir, sementara bekam berfungsi untuk mengeluarkan darah kotor dari tubuh.

Salah satu peserta, Riesa Amelia Hanifa Riyanto, mengaku mendapatkan pengalaman positif dari kegiatan ini. “Dengan adanya UHD kemarin, saya jadi makin sadar bahwa tubuh ini memang amanah yang perlu dijaga dan dicintai. Seperti yang disampaikan Ibu terapis, salah satu bentuk rasa syukur atas nikmat tubuh yang Allah titipkan adalah dengan merawatnya—melalui bekam, gurah, dan menjaga pola hidup sehat,” ujarnya.

Ia juga menyampaikan apresiasi kepada pihak Masjid Ulil Albab atas terselenggaranya kegiatan tersebut. “Baarakallahu fiikum untuk Masjid Ulil Albab yang sudah memfasilitasi. Semoga ikhtiar ini menjadi wasilah kebaikan dan keberkahan,” tambahnya. (GRR/AHR/RS)

Masjid Ulil Albab UII gelar kajian Idul Adha

Masjid Ulil Albab Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menggelar kajian Spesial Sate Qurban dalam rangkaian acara Adha Fest 1446 H, pada Sabtu (14/6), bertempat di pelataran Masjid Ulil Albab, Kampus Terpadu UII. Kegiatan ini mengangkat tema “Filosofi Sate: Simbolisme Kekuatan, Persatuan, dan Kebersamaan,” diikuti oleh puluhan mahasiswa dari berbagai fakultas.

Kajian tersebut menghadirkan Ustadz Ahmad Zubaidi, S.Pd., M.Pd., dosen Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) UII, sebagai narasumber. Dalam pemaparannya, ia mengajak peserta untuk memaknai qurban secara lebih mendalam, tidak hanya sebagai aktivitas makan daging atau pemenuhan kebutuhan jasmani semata, tetapi juga sebagai sarana untuk menguatkan aspek ruhaniyah.

“Makna utama dari qurban adalah bagaimana kita bisa mengecas ruhani, agar tidak sekadar hidup seperti hewan yang tidak memiliki akal,” ungkapnya.

Ustadz Ahmad Zubaidi juga mengangkat filosofi sate sebagai simbol kehidupan manusia. Daging dianalogikan sebagai manusia, tusuk sate sebagai prinsip hidup, pembakaran sebagai ujian kehidupan, dan arang sebagai simbol hati.

“Hikmah sate untuk kita yang sangat luar biasa adalah dagingnya itu ibarat manusia, tusuk sate itu prinsipnya. Manusia harus mempunyai prinsip yang kuat dan tegak dalam hidupnya. Proses pembakaran ibaratnya ujian yang membuat manusia semakin dewasa. Sedangkan arang, meski tak terlihat, punya peran besar dalam mengubah daging mentah menjadi matang—seperti hati manusia yang menentukan baik atau buruknya tindakan seseorang,” jelasnya.

Di akhir kajian, beliau berpesan kepada para mahasiswa untuk tidak takut menghadapi kesulitan dalam proses belajar. Ia menekankan pentingnya kerja keras dan keberanian dalam mencoba hal-hal baru demi masa depan.

Salah satu peserta kajian, Naufal Kholil, turut menyampaikan kesan mendalamnya terhadap acara tersebut

 “Kesan saya dalam mengikuti Kajian tadi malam benar-benar luar biasa dan seru . Tema “Spesial Sate Qurban” tidak hanya menarik dari judulnya, tapi juga dari isi dan suasananya. Saya pribadi merasa banyak diingatkan tentang makna sejati dari berkurban, bukan hanya tentang daging atau ritual, tapi tentang bagaimana kita belajar ikhlas dan tunduk pada perintah Allah, seperti Nabi Ibrahim dan Ismail. Suasana kebersamaannya juga hangat, apalagi ditutup dengan makan sate bareng” ucapnya

Acara ditutup dengan makan sate qurban bersama, sebagai bentuk kebersamaan dan refleksi atas makna yang telah disampaikan dalam kajian. (GRR/AHR/RS)

Webinar Nasional FTI UII Bahas ergonomi dan K3

Jurusan Teknik Industri Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menggelar National Monthly Webinar edisi ketiga dengan mengangkat tema Adaptation of Ergonomics and Occupational Health and Safety (K3) in Modern Digital-Based Work Systems pada Jumat (13/6). Kegiatan yang berlangsung secara daring melalui kanal Zoom Meeting ini diikuti oleh puluhan mahasiswa, dosen, dan akademisi dari berbagai kampus di Indonesia. Webinar ini menghadirkan Atyanti Dyah Prabaswari, S.T., M.Sc. sebagai narasumber utama yang membahas pentingnya peran ergonomi dan keselamatan kerja (K3) dalam menghadapi transformasi digital yang kini membentuk pola kerja masa depan.

Dalam pemaparannya, Atyanti mengangkat urgensi teknologi dalam pekerjaan-pekerjaan berisiko tinggi, seperti pemadam kebakaran, bongkar muat pelabuhan, serta sektor transportasi dan industri berat. Ia menyoroti data dari WHO yang mencatat 1,19 juta kematian akibat kecelakaan lalu lintas pada tahun 2023, yang menunjukkan bahwa keselamatan kerja harus menjadi perhatian utama dalam desain sistem kerja modern. “Kita hidup di tengah kemajuan teknologi, tetapi nyawa manusia tetap harus menjadi prioritas utama. Teknologi harus menjadi alat bantu untuk mengurangi risiko, bukan hanya alat produksi,” jelasnya.

Atyanti juga menguraikan konsep Society 5.0 sebagai solusi masa depan yang seimbang antara teknologi dan kemanusiaan. Menurutnya, meskipun Industry 4.0 menekankan pada otomatisasi dan integrasi sistem cerdas, Society 5.0 justru menempatkan manusia sebagai pusat inovasi. “Kita tidak sedang berlomba menggantikan manusia dengan mesin. Justru, teknologi harus digunakan untuk meningkatkan kualitas kerja dan kehidupan manusia. Bukan hanya soal efisiensi, tetapi tentang martabat manusia yang harus tetap dijaga di tengah digitalisasi,” ungkapnya dengan tegas.

Menyinggung kecemasan banyak pihak terhadap hilangnya lapangan pekerjaan akibat kecerdasan buatan (AI), Atyanti menegaskan bahwa ketakutan itu justru bisa menjadi penghambat utama kemajuan. Ia menyampaikan bahwa pekerjaan tidak akan hilang, melainkan akan mengalami transformasi bentuk dan tuntutan. “AI bukanlah ancaman yang akan mengambil semua pekerjaan kita. Yang sebenarnya berbahaya adalah jika kita menutup diri dan gagal beradaptasi. Dunia kerja sedang berubah, dan kita harus siap berubah bersamanya,” katanya.

Ia kemudian menjelaskan bahwa AI kini menjadi katalisator global yang membuka jalan bagi 30 hingga 40 juta peluang kerja baru, khususnya dalam sektor yang menuntut keterampilan berpikir kritis, kompleks, dan berbasis pengetahuan. Oleh karena itu, menurut Atyanti, sistem pelatihan dan pendidikan kerja pun harus berubah. “Kita tidak bisa lagi hanya melatih tenaga kerja untuk menjalankan tugas teknis. Pelatihan harus diarahkan pada pengembangan kapasitas manajerial, kepemimpinan, serta kemampuan berpikir strategis. Ini adalah investasi untuk keberlanjutan karier generasi mendatang,” ujarnya.

Dalam konteks ergonomi, Atyanti menegaskan bahwa desain sistem kerja digital tidak boleh mengabaikan faktor manusia. Ia menekankan bahwa ergonomi hari ini tidak lagi hanya berbicara soal posisi duduk atau pencahayaan ruangan, tetapi bagaimana seluruh sistem kerja — termasuk interaksi dengan AI dan mesin otomatis — dirancang agar manusia tetap sehat, fokus, dan berdaya. “Ergonomi modern adalah tentang menjamin bahwa manusia tidak kehilangan perannya dalam sistem digital. Kita perlu memastikan bahwa teknologi bekerja untuk manusia, bukan sebaliknya,” pungkasnya.

Webinar ini menjadi bagian dari komitmen UII untuk terus berkontribusi dalam penyebaran pengetahuan yang relevan dengan perkembangan zaman. Melalui forum akademik semacam ini, diharapkan mahasiswa dan sivitas akademika mampu membekali diri dengan perspektif baru dalam menyongsong dunia kerja yang tidak hanya serba digital, tetapi juga menuntut kepekaan sosial, adaptasi kognitif, dan kepedulian terhadap keselamatan manusia. (IMK/AHR/RS)

Lembaga Dakwah FIAI UII Gelar Kajian Peduli kepada Palestina

Jama’ah Al Faraby, Lembaga Dakwah Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia (UII), berkolaborasi dengan Center of Islamic Engineers (CENTRIS) Fakultas Teknologi Industri menggelar kajian bertajuk Stelan Cuek sama Palestina, Emang Boleh? pada Jumat (13/06). Kegiatan ini berlangsung di Lobby Fakultas Teknologi Industri dengan menghadirkan Saiful Aziz, S.H., M.H., dosen Fakultas Ilmu Agama Islam UII, sebagai pemateri utama.

Kajian ini diadakan sebagai respons atas urgensi krisis kemanusiaan yang terjadi di Palestina dan mengajak civitas akademika, khususnya mahasiswa UII, untuk tidak bersikap apatis terhadap konflik yang telah berlangsung panjang tersebut. Melalui pendekatan historis dan nilai-nilai ukhuwah Islamiyah, kegiatan ini juga menjadi wadah reflektif agar generasi muda Muslim lebih sadar dan aktif dalam membela hak-hak rakyat Palestina.

Dalam pemaparannya, Saiful Aziz menyoroti bahwa konflik Palestina-Israel bukan hanya konflik teritorial semata, melainkan berakar dari sejarah panjang penindasan dan pengkhianatan yang dilakukan oleh pihak Zionis sejak awal abad ke-20. Ia menguraikan bahwa berbagai upaya perlawanan dari negara-negara Arab sering kali terhambat oleh dominasi narasi dan propaganda Barat yang menyesatkan.

Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa umat Islam sejatinya adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan. “Muslim dengan muslim yang lain bagaikan satu tubuh yang sama, satu merasakan sakit maka yang lain akan merasakan sakit yang sama,” ujarnya di hadapan peserta kajian. Ia juga mendorong agar bentuk kepedulian tidak berhenti pada simpati semata, tetapi diwujudkan dalam aksi nyata. “Jarak jauh bukanlah masalah. Kita harus membantu mereka dengan apa yang kita bisa: edukasi, kampanye melalui media sosial, kontribusi harta, atau jika belum mampu, setidaknya lewat doa,” tambahnya.

Kepala Divisi Syiar Jama’ah Al Faraby, Muhammad Zafran Izzul Haq, menuturkan bahwa kajian ini diinisiasi guna membangun kembali kesadaran kolektif mahasiswa UII terhadap isu kemanusiaan global, khususnya di Palestina. Menurutnya, generasi Z yang hidup berdampingan dengan gawai dan internet seharusnya memiliki posisi strategis dalam menyuarakan keadilan.

Zafran menilai bahwa banyak mahasiswa saat ini memiliki akses informasi yang luas, namun tidak semuanya tergerak untuk bertindak atau menyuarakan isu kemanusiaan tersebut. “Kajian ini dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kesadaran mahasiswa akan keadaan Palestina saat ini,” ungkap Zafran. “Mereka adalah generasi yang akrab dengan ponsel, tetapi masih banyak yang memilih untuk diam. Maka dari itu, dalam usaha kami mempertahankan kesadaran ini, diadakanlah kajian yang fokus pada isu Palestina,” jelasnya lebih lanjut.

Dengan terselenggaranya kajian ini, panitia berharap mahasiswa UII dapat lebih terbuka terhadap krisis yang menimpa umat Islam di berbagai penjuru dunia. Semangat membela Palestina tidak hanya terbatas pada medan perang, tetapi juga melalui edukasi, media sosial, serta kontribusi nyata lainnya sesuai dengan kapasitas masing-masing. (IMK/AHR/RS)

Seminar nasional perlindungan pekerja migran oleh FH UII

Departemen Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum (FH) Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar seminar nasional bertajuk “Meneropong Masa Depan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia” pada Rabu (11/06) di Auditorium FH UII. Turut hadir 25 pekerja migran yang secara langsung hadir untuk menjadikan acara ini tidak sebatas pada forum akademik, tetapi sebagai ruang bertemu antara akademisi, pembuat kebijakan, aktivis, dan para pekerja migran.

Dalam sesi keynote speech, Dato Indera Drs. Hermono, M.A., Duta Besar RI untuk Malaysia, menekankan perlunya reformulasi menyeluruh dalam pendekatan negara terhadap pekerja migran. Ia menegaskan bahwa undang-undang nasional semestinya tidak hanya mengatur teknis pengiriman tenaga kerja, melainkan menyediakan tempat berlindung hukum dan institusional bagi Warga Negara Indonesia di luar negeri.

“Yang kita perlukan bukan sekadar perlindungan dalam arti administratif. Kita butuh pelindungan yang bermartabat, berakar pada pengakuan atas hak asasi manusia,” ujarnya, sembari mengoreksi penggunaan istilah “perlindungan” yang menurutnya kurang tepat secara terminologi hukum.

Dato Hermono juga menyoroti dua perubahan mendasar yang harus dilakukan pemerintah Indonesia. Pertama, ia menyarankan agar negara menggeser pendekatan terhadap pekerja migran dari ekonomi menjadi berbasis martabat manusia (human dignity). “Selama ini PMI dipandang sebagai komoditas ekonomi penyumbang devisa. Padahal, mereka adalah manusia yang punya hak, mimpi, dan keluarga,” tegasnya.

Perubahan kedua, lanjut Hermono, adalah perlunya perhatian yang seimbang antara pekerja migran dan keluarga mereka di tanah air. Negara, menurutnya, perlu mengembangkan sistem sosial yang juga mendukung kesejahteraan keluarga yang ditinggalkan, termasuk anak-anak pekerja migran.

Salah satu sesi yang menyentuh peserta yang hadir adalah ketika Eni Lestari Andayani Adi, mahasiswa hukum semester dua sekaligus aktivis pekerja migran, membagikan kisahnya. Eni telah menjadi pekerja migran selama lebih dari 20 tahun dan kini aktif dalam jaringan global pekerja migran. Dalam penyampaiannya, ia menekankan pentingnya Indonesia memiliki bargaining power yang kuat dalam perundingan bilateral dengan negara-negara tujuan penempatan.

“Kita tidak bisa hanya kirim tenaga kerja tanpa kekuatan tawar. Harus ada posisi yang tegas dari negara, agar pekerja migran diperlakukan sebagai manusia, bukan buruh murah,” ujarnya dengan penuh semangat, yang langsung disambut tepuk tangan audiens.

Kehadiran Eni sebagai pekerja migran sekaligus mahasiswa hukum mencerminkan jembatan yang nyata antara teori hukum dan realitas migrasi. Kisah dan perspektifnya menjadi cermin bahwa pelindungan pekerja migran adalah soal keadilan, bukan semata angka remitansi.

Seminar ini bukan hanya ruang diskusi, melainkan langkah penting dalam memperluas kesadaran sivitas akademika UII untuk ikut terlibat dalam perjuangan hak-hak pekerja migran Indonesia baik melalui riset, advokasi, maupun penguatan kebijakan berbasis keadilan sosial. (ELKN/AHR/RS)

Diseminasi riset perubahan iklim bagi disabilitas dan kusta oleh TL UII

Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Islam Indonesia (UII), bekerja sama dengan NLR Indonesia, menyelenggarakan kegiatan Diseminasi Hasil Riset “Dampak Perubahan Iklim terhadap Anak dan Remaja dengan Disabilitas dan Kusta di Indonesia”, yang dilaksanakan secara hybrid di Auditorium Gedung Moh. Natsir Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) UII pada Kamis (12/06). Kegiatan ini menjadi bagian penting dari upaya akademik dan advokasi untuk memastikan bahwa suara kelompok yang paling rentan terhadap perubahan iklim yakni anak dan remaja dengan disabilitas serta yang mengalami kusta dapat didengar dan diperhitungkan dalam perumusan kebijakan nasional maupun daerah.

Riset ini dilaksanakan di dua wilayah dengan konteks kerentanan yang kompleks, yakni Kota Ternate, Maluku Utara dan Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur. Keduanya merupakan wilayah dengan paparan risiko iklim yang tinggi, sekaligus menjadi rumah bagi komunitas disabilitas yang selama ini belum banyak mendapatkan perhatian dalam agenda adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.

Dalam sambutannya, Dr.Eng. Ir. Awaluddin Nurmiyanto, S.T., M.Eng., Ketua Jurusan Teknik Lingkungan UII, menegaskan bahwa kegiatan ini adalah bentuk nyata komitmen perguruan tinggi dalam mendekatkan riset kepada kebutuhan masyarakat, khususnya kelompok marginal.

“UII tidak hanya berperan sebagai pusat pengetahuan, tetapi juga sebagai penggerak perubahan sosial yang adil. Melalui riset ini, kami ingin menyampaikan bahwa ketidakadilan iklim itu nyata—dan harus direspons dengan kebijakan yang inklusif, adaptif, dan berbasis data,” jelasnya.

Senada dengan itu, Agus Wijayanto, MMID, Direktur NLR Indonesia, menyampaikan bahwa kolaborasi ini menjadi tonggak penting dalam mendorong pengarusutamaan isu disabilitas dan kusta ke dalam kebijakan perubahan iklim.

“Kami melihat masih minimnya perhatian terhadap penyandang disabilitas dan orang yang mengalami kusta dalam dokumen-dokumen strategi perubahan iklim nasional maupun daerah. Riset ini bukan sekadar kajian akademik, tetapi juga upaya untuk memperkuat basis advokasi berbasis bukti,” ujar Agus Wijayanto.

Ikrom Mustofa, M.Sc., selaku Ketua Tim Riset sekaligus dosen Jurusan Teknik Lingkungan UII, memaparkan hasil studi dengan mendalam. Ia menekankan bahwa riset ini tidak hanya mengungkap dampak fisik dari perubahan iklim, seperti kenaikan suhu, pola curah hujan ekstrem, atau peningkatan frekuensi bencana, tetapi juga menyajikan narasi sosial dan psikologis dari kelompok anak dan remaja penyandang disabilitas yang selama ini termarjinalkan.

“Riset ini menyajikan realitas yang selama ini luput dari radar kebijakan. Anak dan remaja dengan disabilitas, terutama yang mengalami kusta, berada dalam posisi yang sangat rentan. Mereka bukan hanya mengalami hambatan akses informasi iklim dan layanan kebencanaan, tetapi juga dihadapkan pada stigma sosial yang berlapis,” jelas Ikrom.

Ia menambahkan bahwa temuan menarik dari riset ini adalah tingginya komitmen anak dan remaja penyandang disabilitas untuk terlibat dalam aksi iklim, meskipun mayoritas dari mereka belum pernah dilibatkan dalam program apapun sebelumnya.

“Di Ternate dan TTU, kami melihat semangat luar biasa dari anak-anak dan remaja ini. Mereka ingin menjadi bagian dari solusi. Mereka ingin menanam pohon, membersihkan lingkungan, bahkan menyuarakan pendapat mereka dalam forum publik. Namun selama ini mereka tidak pernah diajak. Tidak pernah diberi ruang. Ini adalah kegagalan sistemik yang harus segera kita perbaiki,” lanjutnya.

Ikrom menegaskan bahwa riset ini menghasilkan luaran yang komprehensif, baik dalam bentuk laporan penelitian, peta kerentanan wilayah, profil komunitas, hingga rekomendasi aksi nyata untuk pemangku kepentingan.

Kegiatan diseminasi ini juga menghadirkan penanggap dari berbagai kalangan, termasuk praktisi nasional, akademisi, aktivis lingkungan, organisasi penyandang disabilitas, serta mitra lokal seperti Ikatan Keluarga Disabilitas Makugawene (IKDM) Kota Ternate dan Yayasan Sosial Ibu Anfrida Kabupaten TTU. Keduanya merupakan organisasi akar rumput yang selama ini bekerja langsung dengan komunitas disabilitas dan orang yang mengalami kusta.

Keterlibatan mereka tidak hanya memperkaya diskusi, tetapi juga menegaskan bahwa solusi yang efektif harus lahir dari kolaborasi antara ilmuwan, pembuat kebijakan, dan masyarakat lokal. Para mitra lokal ini menyampaikan bahwa temuan riset telah membuka ruang refleksi mendalam atas tantangan sehari-hari yang mereka hadapi, mulai dari ketimpangan akses hingga perlunya inklusi dalam sistem peringatan dini dan pengurangan risiko bencana.

Sebagai bagian dari kegiatan, dilakukan penandatanganan Implementation Agreement antara Jurusan Teknik Lingkungan UII dan NLR Indonesia. Kesepakatan ini bertujuan memperkuat kolaborasi dalam riset terapan, pengembangan kapasitas komunitas, serta advokasi kebijakan berbasis inklusi dan keadilan iklim.

“Diseminasi ini bukanlah akhir, tapi justru awal dari langkah panjang untuk menjadikan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim benar-benar inklusif, terutama bagi anak dan remaja yang selama ini terpinggirkan,” pungkas Ikrom.

Kegiatan ini diharapkan menjadi titik tolak lahirnya kebijakan, kurikulum pendidikan, serta program pembangunan yang tidak hanya responsif terhadap krisis iklim, tetapi juga adil dan menjamin hak partisipasi semua kelompok masyarakat, khususnya mereka yang selama ini diabaikan. (IM/AHR/RS)

Kunjungan kerja Psikologi UII ke Pemkab Ogan Ilir

Dalam memperkuat kemitraan bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat, Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia (UII) melakukan kunjungan kerja ke Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ogan Ilir pada Rabu (11/06). Lima dosen Fakultas Psikologi yang turut membersamai lawatan kerjasama ini yaitu Dr.Phil. Qurotul Uyun, S.Psi., M.Si., Psikolog, Resnia Novitasari, S.Psi., M.A., Annisaa Miranty Nurendra, S.Psi., M.Psi., Psikolog, Hazhira Qudsyi, S.Psi., MA., dan Dr. Nita Trimulyaningsih, S.Psi., M.Psi., Psikolog disambut langsung oleh Wakil Bupati Ogan Ilir, H. Wardani, S.H., M.H., dan seluruh jajaran dari Pemkab Ogan Ilir.

Adapun potensi kemitraan yang dibahas langsung dengan Pemkab Ogan Ilir meliputi pengenalan jurusan psikologi UII dan informasi beasiswa untuk melanjutkan studi pada program sarjana, profesi, hingga magister Psikologi. Peluang studi lanjut bagi aparatur sipil negara (ASN) di lingkungan Kabupaten Ogan Ilir ke Program Magister Psikologi UII.

Lebih lanjut, Fakultas Psikologi UII dan Pemkab Ogan Ilir juga akan melakukan penandatanganan nota kesepahaman di Yogyakarta yang kemudian dilanjutkan dengan diskusi potensi kerjasama di bidang pengabdian masyarakat, penelitian, dan dakwah islamiah.

Lawatan kerjasama ini menjadi langkah awal kolaborasi positif bagi Fakultas Psikologi UII dan Pemkab Ogan Ilir dalam peningkatan mutu pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat, dan dakwah islamiah. (MNK/AHR/RS)