Suasana hangat penuh semangat menyelimuti halaman Fakultas Ilmu Sosial dan Budaya (FISB) Universitas Islam Indonesia (UII) pada Sabtu (21/06). Himpunan Mahasiswa Komunikasi (HIMAKOM) sukses menyelenggarakan acara puncak Milad Ilmu Komunikasi ke-21 yang dibalut dalam satu nama: ANIVIA. Acara ini bukan hanya menjadi ajang perayaan ulang tahun, tetapi juga momen reflektif sekaligus pengikat silaturahmi lintas generasi sivitas akademika Ilmu Komunikasi UII.
Acara ini dihadiri oleh berbagai pihak penting dalam lingkup Program Studi Ilmu Komunikasi. Turut hadir Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi, Iwan Awaluddin Yusuf, S.IP., M.Si., Ph.D., Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi, Dr. Zaki Habibi, S.I.P., M.Comms., serta Wakil Dekan bidang Keagamaan, Kemahasiswaan, dan Alumni FISB, Nizamuddin Sadiq, S.Pd., M.Hum., Ph.D. Hadir pula para dosen, tenaga kependidikan, dan tentu saja mahasiswa Ilmu Komunikasi dari berbagai angkatan.
ANIVIA dibuka dengan lantunan ayat suci Al-Qur’an yang membawa suasana sakral ke dalam pembukaan. Acara kemudian dilanjutkan dengan sambutan-sambutan dari jajaran pimpinan yang menyoroti pentingnya refleksi atas perjalanan 21 tahun Ilmu Komunikasi UII sekaligus harapan untuk masa depan.
Dalam sambutannya, Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi, Iwan Awaluddin Yusuf menyampaikan pentingnya semangat pengembangan diri yang harus terus dijaga oleh seluruh elemen jurusan.
“Kita harus terus untuk melihat tantangan-tantangan ke depan ini semakin banyak, kita harus tidak merasa puas hari ini, tapi ke depan kita harus mengembangkan diri lagi. Harus punya keinginan untuk lebih maju dari sekarang,” ujarnya penuh semangat.
Sementara itu, Nizamuddin Sadiq memberikan penekanan pada konteks institusional, mengingat Ilmu Komunikasi kini berada di bawah naungan fakultas baru, yaitu Fakultas Ilmu Sosial dan Budaya (FISB).
“Dalam konteks inilah (pengembangan fakultas baru), maka harapan kami kepada prodi atau jurusan dan seluruh mahasiswa Ilmu Komunikasi, untuk mengawal fakultas baru ini agar betul-betul sesuai harapan dan cita-cita kita bersama,” ungkapnya.
Momen yang paling informatif hadir saat sesi workshop bersama Ketua Jurusan dan Ketua Prodi. Dalam diskusi santai namun padat makna, mereka menjelaskan lebih lanjut mengenai transisi struktural dan visi masa depan Ilmu Komunikasi di bawah naungan FISB. Mahasiswa yang hadir tampak antusias dan terlibat aktif dalam sesi tanya jawab.
Setelah sesi workshop, acara dilanjutkan dengan jeda untuk ibadah Maghrib. Suasana keakraban kian terasa saat seluruh hadirin menikmati makan malam bersama yang menjadi ruang informal untuk saling bertegur sapa dan mempererat hubungan antarangkatan maupun antara mahasiswa dan dosen.
Memasuki malam, suasana berubah menjadi lebih santai namun tetap hangat melalui sesi awarding bagi para dosen. Penghargaan diberikan dengan kategori-kategori unik seperti “Dosen Ter-seru,” “Dosen Ter-ontime,” hingga “Dosen Ter-lucu.” Momen ini tidak hanya memancing tawa dan tepuk tangan meriah, tetapi juga menciptakan nuansa kekeluargaan yang erat antara dosen dan mahasiswa.
Tak berhenti sampai di situ, acara berlanjut dengan open mic stand up comedy yang menampilkan mahasiswa dengan beragam gaya humor, mengocok perut para penonton. Gelak tawa pun menggema di halaman FISB, menambah warna kebahagiaan dalam perayaan ini.
Sebagai penutup, sesi Jamming Night menjadi puncak euforia. Mahasiswa dari tiap angkatan membawakan penampilan musik khas masing-masing, menciptakan atmosfer kolaboratif dan meriah. Yang tak kalah istimewa, salah satu dosen, Dr. Herman Felani, S.S., M.A., turut menyumbangkan suara emasnya, yang langsung disambut antusias dan riuh tepuk tangan.
Dengan keberagaman acara yang ditampilkan, ANIVIA bukan sekadar perayaan ulang tahun. Ia hadir sebagai ruang refleksi, ekspresi, dan konsolidasi bagi seluruh sivitas Ilmu Komunikasi UII. Momen ini menjadi pengingat akan perjalanan panjang 21 tahun jurusan ini dalam mencetak insan-insan komunikasi yang kompeten, adaptif, dan berkarakter.
Ke depan, dengan tantangan zaman yang terus berkembang dan perubahan struktur institusi, Ilmu Komunikasi UII diharapkan terus berinovasi, menjaga nilai-nilai kekeluargaan, serta memperkuat perannya sebagai institusi pendidikan unggulan. Seperti disampaikan dalam berbagai sambutan, Milad ke-21 ini bukan titik akhir, melainkan pijakan baru untuk melangkah lebih jauh ke masa depan. (MFPS/AHR/RS)
Perspektif Iran dalam Konflik Timur Tengah
Duta Besar Republik Islam Iran untuk Indonesia, H.E. Dr. Mohammad Boroujerdi, menegaskan komitmen negaranya untuk menjaga perdamaian di kawasan Timur Tengah serta membantah tuduhan terkait pengembangan senjata nuklir. Pernyataan tersebut disampaikan dalam Ambassadorial Lecture bertema “A Vision for a Just, Peaceful, and Prosperous Middle East: An Iranian Perspective” yang diselenggarakan oleh Program Studi Hubungan Internasional Universitas Islam Indonesia (UII) di Gedung Kuliah Umum Prof. Dr. Sardjito pada Kamis (26/6).
Dr. Boroujerdi menyampaikan bahwa berdasarkan catatan sejarah selama dua abad terakhir Iran tidak pernah melakukan agresi ataupun invasi ke negara lain. Ia menekankan bahwa Iran hanya melakukan pembelaan diri terhadap negaranya, termasuk saat menghadapi serangan dari rezim Saddam Hussein yang didukung Amerika Serikat (AS) pada tahun 1980-an.
“Berbeda dengan rezim zionis Israel, sejak pendiriannya yang ilegal pada 75 tahun lalu, rezim ini selalu menjadi pencetus utama perang terutama di Kawasan Timur Tengah. Iran selalu mengedepankan perdamaian dan stabilitas. Kami sama seperti bangsa Indonesia yang cinta perdamaian.” ujar Dr. Boroujerdi. Ia juga menyoroti banyaknya korban sipil akibat agresi Israel di Palestina dalam dua tahun terakhir, serta menegaskan bahwa dukungan Iran kepada Palestina didasarkan pada amanat undang-undang Iran untuk membela bangsa yang tertindas.
Terkait dengan tuduhan bahwa Iran memiliki senjata nuklir, Dr. Boroujerdi menegaskan bahwa tuduhan tersebut tidaklah berdasar. Dari hasil verifikasi International Atomic Energy Agency (IAEA), menyatakan tidak ada pengalihan aktivitas nuklir di Iran. “Hanya IAEA yang berhak melakukan monitoring dan verifikasi aktivitas nuklir suatu negara, bukan AS maupun Israel.” tegasnya.
Ia juga menambahkan bahwa Iran merupakan anggota Non-Proliferation Treaty (NPT) dan secara sukarela melaksanakan protokol tambahan. Seluruh aktivitas nuklir Iran ditujukan untuk perdamaian dan berada di bawah pengawasan ketat IAEA.
Lebih lanjut, ia mengkritik pendekatan negara-negara barat yang melarang Iran melakukan pengayaan uranium secara mandiri, sementara rezim zionis Israel yang tidak menandatangani NPT justru memiliki ratusan senjata nuklir tanpa pengawasan internasional. “Ini adalah standar ganda yang berbahaya, terutama bagi negara-negara berkembang yang ingin membangun keamanan energi nasional,” tambahnya.
Dalam kesempatan itu, Dubes Iran mengajak para mahasiswa untuk tidak mudah percaya pada narasi sepihak, baik dari Iran sendiri maupun dari Israel dan media mainstream lainnya. Ia mendorong mahasiswa melakukan penelitian mandiri dan menyuarakan kebenaran yang ditemukan dari kesimpulan hasil penelitian tersebut. Ia juga menyatakan siap untuk memberikan asistensi kepada mahasiswa yang ingin melakukan penelitian ilmiah atau tugas akhir mengenai isu dan perkembangan Iran.
“Kita harus speak up dan menyebarkan kebenaran berdasarkan penelitian yang telah dilakukan. Dunia Islam saat ini membutuhkan solidaritas dan persatuan.” pesan Dubes Iran kepada para mahasiswa yang hadir. (MANF/AHR/RS)
Program Studi Kimia UII bersama Wardah Gelar Acara Wardah Mini Skinverse
Program Studi Kimia (Teknologi Parfum dan Kosmetik) Program Sarjana Universitas Islam Indonesia (UII) bekerja sama dengan jenama kosmetik lokal, Wardah menggelar acara Wardah Mini Skinverse pada Rabu (25/6) di Gedung Laboratorium Riset Kimia. Rangkaian kegiatan mencakup pemaparan materi mengenai perawatan kulit (skincare) hingga praktik langsung penggunaan tata rias (makeup) dari tahap awal hingga proses setting akhir.
Hafizh Royhan, S.Si., selaku staf Pusat Studi Minyak Atsiri (PSMA) UII menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk memberikan edukasi mendalam kepada mahasiswa mengenai pentingnya merawat kulit, terutama dalam konteks keilmuan kimia kosmetik.
“Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengajarkan mahasiswa cara merawat kulit. Mungkin beberapa sudah tahu, tapi di sini penjelasannya lebih mendalam. Sebelumnya kami menghadirkan dokter kulit, dan kali ini kami mendatangkan alat berbasis kecerdasan buatan bernama Moji, yang digunakan untuk menganalisis kondisi kulit peserta. Harapannya, mahasiswa lulusan S1 Kimia ini bisa lebih percaya diri, baik dari segi penampilan maupun keilmuannya,” ujarnya.
Ia juga menambahkan bahwa acara ini mengusung konsep “Experience and Experiment”. Experience berarti kami memberikan pengalaman kepada mahasiswa, seperti kegiatan workshop parfum, dan lainnya yang mendukung dunia kerja. Sementara experiment merujuk pada praktik laboratorium yang memang menjadi bagian dari kurikulum Prodi S1 Kimia Teknologi Parfum dan Kosmetik,” lanjutnya
Sebagai pemandu praktik tata rias (makeup), Alvita Shelly Agesta menyampaikan tahapan penggunaan produk perawatan kulit (skincare) dan tata rias (makeup) secara rinci. Ia juga menjelaskan jenis produk wardah yang cocok digunakan untuk berbagai jenis kulit, seperti kering, normal, dan berminyak.
“Ketika menggunakan lipstik, jangan dikatupkan. Kebiasaan itu sebenarnya tidak dianjurkan karena dapat membuat garis bibir tampak lebih jelas,” tuturnya.
Salah satu peserta, Fadhila Anggraini, S.Si., mengungkapkan kesan positifnya setelah mengikuti kegiatan ini.“Kebetulan saya memang pengguna produk Wardah, jadi senang sekali bisa ikut acara ini. Kegiatannya seru, banyak informasi mengenai perawatan kulit. Selain dapat ilmu baru, juga ada voucher dan pengalaman berharga. Saya juga baru tahu bahwa cara membersihkan wajah itu dari bawah ke atas, sedangkan saat memakai moisturizer dan serum justru dari atas ke bawah,” ucapnya. (GRR/AHR/RS)
UII Terima Lawatan Kerja BKSAP DPR-RI
Universitas Islam Indonesia menerima kunjungan kerja dari Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) pada Kamis (26/06) di Gedung Kuliah Umum Prof. Dr. Sardjito, Kampus Terpadu UII. Delegasi lawatan kerja ini yaitu Bramantyo Suwondo, M.IR dan Amelia Anggraini disambut langsung oleh Rektor UII, Fathul Wahid.
Mengambil tema “Peran Diplomasi Soft Power (P to P) melalui Pertukaran Mahasiswa antar Bangsa”, BKSAP DPR-RI ingin kunjungan kerja ini tidak hanya sebagai lawatan simbolis saja, tetapi bisa mengajak sivitas akademika perguruan tinggi untuk memberikan sumbangsih pikiran dan ide agar hubungan antar bangsa dalam terjalin dengan baik sehingga pendidikan antar bangsa menjadi lebih maju.
Dalam sambutannya, Fathul Wahid menyampaikan bahwa UII sejak berdirinya telah melakukan banyak ikhtiar dalam melakukan diplomasi soft power dengan mengundang duta besar maupun duta besar Indonesia untuk negara sahabat. Lebih dari itu, UII juga sering menjadi delegasi dalam dialog antar iman.
“Kebetulan kami (UII -red) juga punya tempat yang pas untuk itu karena kami adalah kampus Islam yang merawat candi Hindu dari abad ke-10. Kami temukan dan kami rawat pada 2010 ketika membangun gedung perpustakaan sampai saat ini. Itu merupakan bagian dari soft power diplomacy yang selama ini kami amalkan. Rektor pertama (Prof. Abdul Kahar Mudzakkir) juga melakukan banyak termasuk ke Palestina, Singapura, Pakistan untuk membangun kerjasama dan banyak alumni-alumni kami yang terlibat disana. Sehingga hari ini memperkuat apa yang selama ini kami lakukan,” ungkap Fathul Wahid.
Fathul Wahid menambahkan sejak awal UII punya nilai mondialitas , bahkan saat belum seumur jagung ada banyak kerjasama yang dibangun saat itu mulai dari Punjab University, Columbia University, Alexandria University, dan lain sebagainya.
“Alhamdulillah UII menjadi rumah bagi 200 mahasiswa dari 24 negara, tentu saja kami berharap mahasiswa UII setelah lulus menjadi duta-duta tidak hanya untuk UII tapi untuk Indonesia dengan mengabarkan hal yang baik, nilai-nilai yang diyakini bangsa Indonesia di tempat mereka berinteraksi hari ini,” harap Rektor UII ini.
Sementara itu, Bramantyo Suwondo, M.IR mengenalkan BKSAP DPR-RI sebagai salah satu alat kelengkapan dewan selain komisi-komisi yang ada di DPR. DPR dalam menjalankan tugasnya memiliki tiga fungsi pokok meliputi pengawasan, penganggaran, dan representasi ditambah dengan satu fungsi lainnya yaitu fungsi diplomasi.
“Ditambah satu poin dalam UU MD 3 yaitu tugas tambahan dari DPR adalah fungsi diplomasi karena parlemen RI tidak hanya berhubungan dengan masyarakat, tetapi juga berhubungan dengan parlemen yang ada di dunia yang tidak hanya dijalankan oleh komisi 1 tapi oleh BKSAP juga, jadi BKSAP ini adalah Kemlunya DPR,” terang Bram.
BKSAP DPR RI, dijelaskan oleh Bram begitu panggilan akrabnya, membawakan isu yang tentunya beragam tidak hanya isu parlemen tetapi juga mengangkat isu aktual dan faktual yang dekat dengan kehidupan masyarakat seperti kesehatan, pendidikan, hingga pariwisata.
“Salah satu poin yang kita (BKSAP DPR-RI) lakukan adalah melakukan dialog dan interaksi kepada masyarakat. BKSAP ini dalam melakukan tugas-tugas diplomasinya tidak lepas dari masukan-masukan masyarakat dan civitas akademika agar apa yang menjadi bahan diplomasi kita ini up to date dan menjawab apa yang menjadi kebutuhan bangsa,”
Di samping itu, Bram menjelaskan kondisi saat ini dimana dunia sedang tidak baik-baik saja dimulai dari Perang di Uni Eropa yaitu Ukraina – Rusia dan saat ini perang di Timur Tengah tidak dapat dihindari oleh warga dunia yang menggambarkan hubungan antar negara ada kalanya baik begitupun sebaliknya.
“Tapi disisi lain, hubungan masyarakat ke masyarakat (people to people) diharapkan bisa langgeng terus disaat kondisi dan politik tidak memungkinkan. Kita harapkan hubungan people to people ini menjadi jembatan untuk memperbaiki hubungan di kedua belah pihak negara ataupun multilateral. Salah satu poin untuk memperbaiki dan mempererat hubungan masyarakat yaitu melalui fungsi pendidikan,”
BKSAP DPR-RI menginginkan kuota pertukaran mahasiswa bisa lebih banyak yang artinya mahasiswa negara lain yang datang belajar ke Indonesia untu berbagai hal dari budaya, kuliner, maupun juga hubungan antar iman.
“Saya yakin Indonesia bisa menjadi model bahwa Indonesia yang sangat plural, sangat majemuk bisa memiliki hubungan masyarakat yang baik walaupun berbeda secara latar belakang seperti suku, agama, maupun ras. Sisi lain kita juga menginginkan mahasiswa kita bisa masuk ke beasiswa yang lain untuk tidak hanya mendapatkan ilmu di negara maju, tetapi juga membangun silaturahmi hubungan yang kuat dengan negara berkembang. Jadi itu yang ingin kita lakukan, tetapi kami juga butuh masukan dari masyarakat perihal poin-poin yang perlu diperkuat perihal beasiswa dan exchange student ini,” harap Bram
Lawatan kerja ini dilanjutkan dengan diskusi jajak pendapat dengan civitas akademika UII membahas tentang beberapa masukan terkait dengan kebijakan negara yang perlu ditingkatkan dan dikaji ulang khususnya bidang pendidikan dan pertukaran mahasiswa agar bisa lebih ramah terhadap perguruan tinggi swasta. (AHR/RS)
UII dan Link Women Dorong Perempuan Lebih Percaya Diri Hadapi Dunia Kerja
Dalam upaya menumbuhkan kepercayaan diri perempuan di tempat kerja, Link Women Campus Roadshow menyambangi Universitas Islam Indonesia (UII) dalam sebuah talkshow bertajuk “Bersuara dan Berdaya: Menumbuhkan Kepercayaan Diri Perempuan di Tempat Kerja”. Acara yang diselenggarakan secara daring melalui Zoom dan YouTube ini menghadirkan dua narasumber utama, yakni Dr. Dra. Trias Setiawati, M.Si., Kepala Pusat Studi Gender UII, serta Ida Ayu Prasasti, Program Manager ICT Watch pada Senin (23/06).
Roadshow ini merupakan kolaborasi antara Markoding, LinkedIn, UN Women, dan UII, sebagai bagian dari kampanye mendukung kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan di ruang kerja digital maupun konvensional.
Acara ini dimulai dengan sambutan dari Irianto Almuna selaku Programme Manager Women’s Economic Empowerment, UN Women Indonesia. Ia menyampaikan bahwa UII mendapatkan kehormatan untuk menjadi kampus pertama dalam Link Women. Sebelumnya program ini telah berhasil dilaksanakan di India pada 2022, yang telah melatih lebih dari 2.500 perempuan muda, dan sekarang program ini diperluas ke Indonesia.
Dalam sambutannya, Direktur Kemitraan dan Kantor Urusan Internasional UII, Dr.rer.nat Dian Sari Utami, S.Psi., MA., menyatakan bahwa edukasi perempuan sangat penting tidak hanya dalam konteks nasional, tetapi juga global. “Kami sangat mengapresiasi semangat belajar para mahasiswa internasional perempuan di UII. Ini mencerminkan pentingnya keterlibatan perempuan dalam membangun bangsa,” ujar Dian. Ia menekankan pentingnya edukasi yang tidak hanya menekankan pada keterampilan, tetapi juga pada pengetahuan gender, hak perempuan, dan keberanian mengambil keputusan.
Narasumber pertama, Dr. Trias Setiawati, memaparkan berbagai tantangan yang dihadapi perempuan di tempat kerja, mulai dari kesenjangan posisi manajerial, mikro-agresi, hingga pelecehan seksual. Berdasarkan data yang disampaikan, hanya 24% perempuan yang menduduki posisi senior manajerial, dan 79% perempuan merasa tidak percaya diri di tempat kerja.
“Stigma budaya patriarkis masih dominan. Banyak perempuan merasa dikerdilkan hanya karena menjadi ibu atau karena dianggap emosional,” jelas Trias. Ia menekankan pentingnya pelatihan inklusivitas, sistem pelaporan aman, mentoring, serta kebijakan kerja fleksibel sebagai langkah strategis memperkuat posisi perempuan.
Sesi kedua menyoroti perspektif lapangan dari Ida Ayu Prasasti, yang membagikan pengalaman ICT Watch dalam mengedukasi dan memberdayakan perempuan, khususnya di daerah rural. Ia menyoroti kesenjangan akses perempuan terhadap teknologi dan literasi digital, termasuk rendahnya keterlibatan perempuan dalam penggunaan kecerdasan buatan (AI).
“Data dari World Economic Forum menunjukkan hanya 20% perempuan yang menggunakan AI. Padahal, teknologi bisa jadi jalan pembuka bagi perempuan untuk bekerja secara fleksibel dan aman,” ujar Prasasti. Prasasti menegaskan pentingnya ruang digital yang aman dan mentor yang suportif agar perempuan dapat mengembangkan diri.
“Mentoring sangat krusial. Tapi hati-hati, karena tidak semua mentor sehat. Kita perlu membangun ekosistem yang benar-benar mendukung, termasuk dari pasangan dan keluarga,” tegasnya.
Talkshow ini ditutup dengan ajakan kepada peserta perempuan, khususnya mahasiswa, untuk percaya pada kemampuan diri dan berani bersuara. “Jangan biarkan dirimu sendiri menjadi penghambat. Kadang yang paling membatasi perempuan adalah pikirannya sendiri,” ujar Prasasti, mengutip buku The Mountain Is You sebagai rekomendasi bacaan inspiratif.
Kegiatan ini menjadi bagian dari serial UII Talk Series dan juga peluncuran program mentoring dan pelatihan Link Women yang menyasar perempuan muda untuk pengembangan karier dan peningkatan keterampilan digital. Acara ini diharapkan akan memicu lebih banyak inisiatif strategis dalam mendorong partisipasi perempuan di dunia kerja dan ruang digital secara lebih inklusif. (ELKN/AHR/RS)
P2B UM Banjarmasin Lakukan Studi Banding dan Penandatanganan MoA di Cilacs UII Terima Kunjungan
Cilacs UII menerima kunjungan studi banding dari Pusat Pengembangan Bahasa (P2B) Universitas Muhammadiyah (UM) Banjarmasin pada Rabu (18/06) bertempat di Gedung Cilacs UII, Kampus UII Demangan, Jl. Demangan Baru No. 24, Yogyakarta.
Delegasi P2B UM Banjarmasin yang hadir yaitu Noor Amaliah, Ns., M.Kep., selaku Kepala Lembaga Pengembangan Pendidikan UM Banjarmasin, dan Miftah Al Farhan, M.Pd., selaku Kepala Bagian Pelayanan dan Pengembangan Bahasa. Keduanya diterima langsung oleh Kepala Cilacs UII, Raden Ratna Roostika, SE., MAC., Ph.D., didampingi oleh para kepala departemen di lingkungan Cilacs meliputi Departemen Pemasaran, Akademik, HRD, Keuangan, serta Layanan Tes.
Kegiatan ini bertujuan untuk mempererat silaturahmi serta menjalin kerja sama strategis dalam bidang layanan pengujian kemampuan bahasa asing dan pengembangan program-program pelatihan bahasa. Dalam kesempatan tersebut, kedua institusi juga melakukan penandatanganan Memorandum of Agreement (MoA) terkait kerja sama penyelenggaraan tes bahasa.
Acara ini dibuka secara resmi oleh Kepala Cilacs UII, yang dalam sambutannya menyampaikan rasa bahagia dan bangga atas kunjungan dari UM Banjarmasin. Ia berharap, pertemuan ini dapat membawa manfaat besar bagi kedua belah pihak, khususnya dalam peningkatan kualitas layanan bahasa di masing-masing institusi.
Selama kunjungan, para pihak berdiskusi secara mendalam terkait pengembangan layanan tes bahasa, jasa penerjemahan, serta potensi kerja sama dalam penyelenggaraan pelatihan bahasa asing untuk mahasiswa. (ANK/AHR/RS)
LT UII Laksanakan Survailen dan Assesmen Perluasan Ruang Lingkup Kalibrasi
Laboratorium Terpadu (LT) Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menyelenggarakan Survailen Kedua dan Asesmen Perluasan Ruang Lingkup Kalibrasi pada Senin dan Selasa (23-24/06) di Gedung LT UII, Kampus Terpadu Jalan Kaliurang KM. 14,5. Kegiatan secara resmi dibuka oleh Rektor UII, Fathul Wahid didampingi oleh Wakil Rektor Bidang Pengembangan Akademik dan Riset, Prof. Jaka Nugraha, S.Si., M.Si. dan Direktur Layanan Akademik, Hudori, S.T., M.T., Ph.D. menjadi bagian dari ikhtiar LT UII dalam mempertahankan dan meningkatkan akreditasi dari Komite Akreditasi Nasional (KAN) berdasarkan SNI ISO/IEC 17025:2017 dengan nomor akreditasi LP-478-IDN sebagai laboratorium pengujian dan LK-376-IDN sebagai laboratorium kalibrasi.
Rektor UII, Fathul Wahid menyampaikan dalam sambutannya bahwa kegiatan survailen dan asesmen ini menjadi wujud nyata UII untuk selalu berikhtiar dalam menjamin mutu layanan laboratorium yang kredibel, memiliki daya saing tinggi, dan memberi kontribusi langsung untuk kualitas pendidikan dan penelitian yang lebih baik lagi.
Sujitno selaku Kepala Asesor dan Diyan Nurisnawati selaku perwakilan asesor dari KAN mengapreasiasi langkah LT UII yang secara aktif mengembangkan ruang lingkup kalibrasi dan menjaga konsistensi mutu sesuai standar internasional.
Di kesempatan yang sama, Kepala LT UII, Prof. Rudy Syahputra, S.Si., M.Si., Ph.D. menjelaskan ruang lingkup yang menjadi objek dalam kegiatan survailen dan asesmen ini meliputi kelompok massa (timbangan analitik), instrumentasi analitik (spektrofotometer UV-Vis), suhu dan kelembaban (oven pemanas), dan volumetri (pipet volume).
“Tujuan utama LT (laboratorium terpadu -red) punya ruang lingkup kalibrasi ini adalah sebetulnya didedikasikan untuk pekerjaan penelitian dan pendidikan. Sehingga ISO 17025:2017 diterapkan agar ada penjaminan mutu dan kualitas didalam pekerjaan kalibrasi. Karena jika kita mengukur sesuatu tidak ada jaminannya kan ragu, apakah betul metodenya, apakah orangnya kompeten. Manajemen lainnya seperti pemeliharaan alat bahkan sampai pada sistem keuangan yang dimiliki juga dinilai untuk menjamin kualitas,” jelas Guru Besar bidang Ilmu Analisis Elektrokimia dan Remediasi Lingkungan UII ini.
Dipilihnya akreditasi ISO 17025:2017 untuk kalibrasi, kata Prof. Rudy, menjadikan pihak LT UII sendiri yang melakukan proses kalibrasi. Sehingga, dalam hal ini sumber daya LT UII mampu dioptimalkan untuk mengadopsi sistem kalibrasi sendiri.
“Satu hal yang positif dari mengambil akreditasi ISO 17025:2017 ini kita (LT UII -red) juga bisa menerima pekerjaan kalibrasi di institusi lain. Dari alat-alat yang dikalibrasi dan kita jamin akurasinya mampu memberi peluang LT UII untuk membantu dalam mengkalibrasi alat-alat di institusi lain,” ungkap Prof. Rudy.
Tradisi panjang di LT UII sebagai laboratorium yang terakreditasi SNI ISO/IEC 17025:2017 terus dipertahankan mengingat pentingnya kalibrasi dalam rangka mendukung dan meningkatkan iklim riset di UII. Dalam rencana pengembangan ke depan, laboratorium kalibrasi LT UII akan memperluas ruang lingkup kalibrasi pada kelompok pengukuran volumetri khususnya pada pipet ukur, labu ukur, gelas ukur, dan buret.
Selain itu, laboratorium kalibrasi ini juga membuka ruang lingkup baru untuk pengukuran dimensi seperti jangka sorong, mikrometer sekrup, dan dial indicator. Harapannya, LT UII dapat menjadi mitra strategis bagi perguruan tinggi dan pemangku kepentingan lain dalam penyediaan layanan kalibrasi laboratorium berkualitas tinggi. (LSS/AHR/RS)
Narahubung :
Website : https://labterpadu.uii.ac.id/
Email : [email protected]
No. WA : +62 856-4021-4627
CLC UII Ajak Mahasiswa Internasional Jelajah Pasar Tradisional
Culture Learning Center (CLC) Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar acara Culture Quest: Discovering Jogja & Solo Markets pada Sabtu (21/6). Lebih dari 50 mahasiswa internasional berpartisipasi dalam lawatan budaya ke pasar tradisional Kota Gede, Yogyakarta dan Pasar Gede, Solo. Acara ini merupakan salah satu program budaya yang dikembangkan oleh Culture and Learning Center (CLC) untuk mahasiswa internasional UII. CLC menambahkan kegiatan Culture Quest ini pada Summer Program bersama Universitas Surabaya (Ubaya).
Dengan semangat “learning by doing”, mahasiswa dari berbagai penjuru dunia diajak mengeksplorasi dua pasar tradisional tersebut yang dikemas dengan menarik dalam bentuk teka-teki (riddles) yang membawa peserta untuk berinteraksi langsung dengan masyarakat lokal di pasar tradisional, dan menyelesaikan teka-teki tanpa bantuan gawai.
Sebelum kegiatan dimulai, peserta menerima briefing dan dibagi ke dalam 10 grup. Tak lama berselang, rombongan diberangkatkan menuju Pasar Kotagede, pusat sejarah Kerajaan Mataram yang masih menyimpan pesona arsitektur dan budaya klasik Jawa. Di lokasi ini, para mahasiswa menjalankan misi seperti wawancara dengan pedagang, mengenal rempah-rempah lokal, serta berburu kuliner khas Kotagede.
Destinasi selanjutnya adalah Pasar Gede, Solo, pasar ikonik yang mencerminkan akulturasi budaya Jawa dan Tionghoa. Suasana pasar yang lebih padat dan urban menghadirkan tantangan yang lebih kompleks, mulai dari pencarian makanan khas seperti lenjongan dan mencari koordinator pasar untuk menyelesaikan misi.
“Kami ingin peserta merasakan secara langsung suasana khas masyarakat lokal dari berinteraksi dengan penjual dan mengenal bumbu dan makanan tradisional, hingga memahami nilai-nilai budaya dalam keseharian. Dan kami sangat senang dapat menambahkan program Culture Quest ini pada Summer Program bersama Ubaya. Dengan hadirnya mahasiswa internasional dan local dari Ubaya tentunya menambah keberagaman peserta acara kami,” ujar Rina Desitarahmi, koordinator program dari CLC UII.
Program ini tidak hanya memperkaya pengetahuan budaya peserta, tetapi juga mempererat hubungan antar mahasiswa internasional dan menciptakan ruang pembelajaran lintas budaya yang aktif, inklusif, dan menyenangkan. Terlihat mahasiswa saling bertukar canda dan pengalaman. Momen-momen ini menciptakan suasana hangat dan membuktikan bahwa budaya bisa menjadi jembatan yang mempertemukan banyak bangsa. Culture Quest bukan hanya tentang Jogja dan Solo, tapi tentang bagaimana belajar menghargai budaya lain. (ELKN/AHR/RS)
Founders In The Making : Ajang Uji Nyali Mahasiswa UII Jadi Pendiri Start-Up
Semangat kewirausahaan kembali digelorakan di kalangan mahasiswa melalui acara “FOUNDERS IN THE MAKING: From Campus Idea to Real-World Ventures”, hasil kolaborasi antara Junior Chamber International (JCI) Yogyakarta, Komunitas Start-Up Jogja, dan Direktorat Pembinaan Kemahasiswaan Universitas Islam Indonesia (DPK UII). Bertempat di Auditorium Fakultas Teknik Industri UII, acara ini menjadi wadah strategis bagi mahasiswa yang tertarik membangun bisnis sejak bangku kuliah.
Dihadiri oleh puluhan peserta, acara ini digelar pada Minggu (22/6) kegiatan ini mengusung konsep kolaboratif dan partisipatif, tidak hanya berisi sesi seminar, tetapi juga praktik langsung pembuatan ide bisnis hingga sesi pitching di hadapan para pakar startup.
Tak hanya bertujuan meningkatkan jiwa kewirausahaan, acara ini juga menjadi momentum penting untuk memperkenalkan organisasi JCI (Junior Chamber International) kepada sivitas akademika UII. JCI sendiri merupakan organisasi kepemudaan global yang berfokus pada pengembangan kapasitas dan kepemimpinan anak muda. Melalui acara ini, JCI Yogyakarta juga mengumumkan rencana pembentukan JCI Junior Club (JJC) UII sebagai wadah resmi pengembangan karakter, soft skills, serta jejaring mahasiswa di tingkat internasional.
Kegiatan dibuka dengan sambutan dari Ketua Pelaksana, Alfin Ibnu Hady dan Local President JCI Yogyakarta, Rendy Mahardika, M.Kom. Dalam sambutannya, Rendy menekankan pentingnya kegiatan seperti ini sebagai ajang pembuktian dan pengembangan kemampuan manajerial mahasiswa.
“Jadi, penting sekali kita berkegiatan untuk menambah relasi, membuktikan kita bisa me-manage seperti me-manage event,” ujar Rendy.
Setelah sambutan, peserta diajak mengikuti sesi Team-up and Chill Networking, sebuah pendekatan interaktif yang membagi peserta ke dalam beberapa tim untuk menjalin koneksi dan membangun kerja sama. Sesi ini bertujuan agar peserta tidak hanya menyerap materi secara pasif, tetapi juga saling bertukar gagasan sejak awal acara.
Sesi workshop pertama dibawakan oleh Ade Rahadian, CEO dan Co-Founder KonstruksiPedia. Dalam paparannya, Ade membagikan kiat-kiat membangun bisnis dari nol serta pentingnya mengidentifikasi masalah yang bisa menjadi peluang usaha.
“Semakin besar masalahnya, maka akan semakin besar juga peluangnya, karena banyak juga yang relate,” jelas Ade, menekankan bahwa ide bisnis terbaik justru lahir dari masalah yang paling nyata di masyarakat.
Setelah rehat salat Ashar, peserta kembali disuguhkan dengan workshop kedua bersama Dwi Andi Rohmatika, CEO dan Founder Sanggaiz. Materi yang disampaikan berkisar pada seni pitching, yaitu kemampuan menyampaikan ide bisnis secara ringkas namun menarik. Ia menganalogikan pitching sebagai kesempatan langka yang bisa terjadi dalam waktu sangat singkat.
“Misalnya temen-temen ketemu orang penting nih, misal ketemu Bill Gates di lift, dari lantai bawah ke lantai 5, paling berapa menit sih, 1 menit 2 menit, jadi di waktu ini temen-temen bisa berjualan ke Bill Gates, menjelaskan ide bisnis, jadi kalo pitching itu jangan lama-lama,” terang Dwi Andi dengan gaya khasnya yang komunikatif.
Memasuki sesi praktik, peserta diminta menyusun ide bisnis bersama tim masing-masing. Tantangannya sederhana namun menuntut kreativitas tinggi: cari masalah di sekitar, lalu ciptakan solusi dalam bentuk produk atau layanan. Berbagai ide menarik bermunculan dari peserta, mulai dari aplikasi pengelolaan sampah yang berbasis komunitas, hingga game interaktif untuk membantu anak-anak belajar Al-Quran dengan cara yang lebih menyenangkan.
Puncaknya, masing-masing tim melakukan pitching ide bisnis mereka di hadapan para pemateri. Antusiasme dan semangat peserta sangat terasa di ruangan, seolah menggambarkan bahwa mereka bukan hanya belajar, tetapi juga benar-benar “berlatih untuk jadi founder”.
Acara ini mendapat apresiasi tinggi dari para peserta, yang menilai kegiatan ini bukan hanya inspiratif tetapi juga aplikatif. Tidak sedikit dari mereka yang berharap akan ada sesi lanjutan untuk mendampingi realisasi ide bisnis yang telah mereka buat bersama tim..
Melalui acara ini, mahasiswa tidak hanya belajar teori tentang bisnis, tetapi juga dipacu untuk langsung mempraktikkannya. Dari networking, mentoring, hingga pitching, semuanya menjadi bekal awal untuk melangkah dari kampus ke dunia nyata sebagai founder in the making. Dan yang terpenting, mereka juga diperkenalkan pada komunitas global seperti JCI, yang bisa menjadi gerbang bagi mahasiswa untuk menjangkau dunia.(MFPS/AHR/RS)
Merayakan 21 Tahun Ilkom UII: ANIVIA, Momentum untuk Melaju Lebih Jauh
Suasana hangat penuh semangat menyelimuti halaman Fakultas Ilmu Sosial dan Budaya (FISB) Universitas Islam Indonesia (UII) pada Sabtu (21/06). Himpunan Mahasiswa Komunikasi (HIMAKOM) sukses menyelenggarakan acara puncak Milad Ilmu Komunikasi ke-21 yang dibalut dalam satu nama: ANIVIA. Acara ini bukan hanya menjadi ajang perayaan ulang tahun, tetapi juga momen reflektif sekaligus pengikat silaturahmi lintas generasi sivitas akademika Ilmu Komunikasi UII.
Acara ini dihadiri oleh berbagai pihak penting dalam lingkup Program Studi Ilmu Komunikasi. Turut hadir Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi, Iwan Awaluddin Yusuf, S.IP., M.Si., Ph.D., Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi, Dr. Zaki Habibi, S.I.P., M.Comms., serta Wakil Dekan bidang Keagamaan, Kemahasiswaan, dan Alumni FISB, Nizamuddin Sadiq, S.Pd., M.Hum., Ph.D. Hadir pula para dosen, tenaga kependidikan, dan tentu saja mahasiswa Ilmu Komunikasi dari berbagai angkatan.
ANIVIA dibuka dengan lantunan ayat suci Al-Qur’an yang membawa suasana sakral ke dalam pembukaan. Acara kemudian dilanjutkan dengan sambutan-sambutan dari jajaran pimpinan yang menyoroti pentingnya refleksi atas perjalanan 21 tahun Ilmu Komunikasi UII sekaligus harapan untuk masa depan.
Dalam sambutannya, Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi, Iwan Awaluddin Yusuf menyampaikan pentingnya semangat pengembangan diri yang harus terus dijaga oleh seluruh elemen jurusan.
“Kita harus terus untuk melihat tantangan-tantangan ke depan ini semakin banyak, kita harus tidak merasa puas hari ini, tapi ke depan kita harus mengembangkan diri lagi. Harus punya keinginan untuk lebih maju dari sekarang,” ujarnya penuh semangat.
Sementara itu, Nizamuddin Sadiq memberikan penekanan pada konteks institusional, mengingat Ilmu Komunikasi kini berada di bawah naungan fakultas baru, yaitu Fakultas Ilmu Sosial dan Budaya (FISB).
“Dalam konteks inilah (pengembangan fakultas baru), maka harapan kami kepada prodi atau jurusan dan seluruh mahasiswa Ilmu Komunikasi, untuk mengawal fakultas baru ini agar betul-betul sesuai harapan dan cita-cita kita bersama,” ungkapnya.
Momen yang paling informatif hadir saat sesi workshop bersama Ketua Jurusan dan Ketua Prodi. Dalam diskusi santai namun padat makna, mereka menjelaskan lebih lanjut mengenai transisi struktural dan visi masa depan Ilmu Komunikasi di bawah naungan FISB. Mahasiswa yang hadir tampak antusias dan terlibat aktif dalam sesi tanya jawab.
Setelah sesi workshop, acara dilanjutkan dengan jeda untuk ibadah Maghrib. Suasana keakraban kian terasa saat seluruh hadirin menikmati makan malam bersama yang menjadi ruang informal untuk saling bertegur sapa dan mempererat hubungan antarangkatan maupun antara mahasiswa dan dosen.
Memasuki malam, suasana berubah menjadi lebih santai namun tetap hangat melalui sesi awarding bagi para dosen. Penghargaan diberikan dengan kategori-kategori unik seperti “Dosen Ter-seru,” “Dosen Ter-ontime,” hingga “Dosen Ter-lucu.” Momen ini tidak hanya memancing tawa dan tepuk tangan meriah, tetapi juga menciptakan nuansa kekeluargaan yang erat antara dosen dan mahasiswa.
Tak berhenti sampai di situ, acara berlanjut dengan open mic stand up comedy yang menampilkan mahasiswa dengan beragam gaya humor, mengocok perut para penonton. Gelak tawa pun menggema di halaman FISB, menambah warna kebahagiaan dalam perayaan ini.
Sebagai penutup, sesi Jamming Night menjadi puncak euforia. Mahasiswa dari tiap angkatan membawakan penampilan musik khas masing-masing, menciptakan atmosfer kolaboratif dan meriah. Yang tak kalah istimewa, salah satu dosen, Dr. Herman Felani, S.S., M.A., turut menyumbangkan suara emasnya, yang langsung disambut antusias dan riuh tepuk tangan.
Dengan keberagaman acara yang ditampilkan, ANIVIA bukan sekadar perayaan ulang tahun. Ia hadir sebagai ruang refleksi, ekspresi, dan konsolidasi bagi seluruh sivitas Ilmu Komunikasi UII. Momen ini menjadi pengingat akan perjalanan panjang 21 tahun jurusan ini dalam mencetak insan-insan komunikasi yang kompeten, adaptif, dan berkarakter.
Ke depan, dengan tantangan zaman yang terus berkembang dan perubahan struktur institusi, Ilmu Komunikasi UII diharapkan terus berinovasi, menjaga nilai-nilai kekeluargaan, serta memperkuat perannya sebagai institusi pendidikan unggulan. Seperti disampaikan dalam berbagai sambutan, Milad ke-21 ini bukan titik akhir, melainkan pijakan baru untuk melangkah lebih jauh ke masa depan. (MFPS/AHR/RS)
Belajar Menerima dan Bangkit dari Rasa ‘Not Okay’
Korps Dakwah Universitas Islam Indonesia (Kodisia UII) menyelenggarakan Kajian Pengetahuan Agama dan Pengembangan Diri dengan mengangkat tema “It’s Okay Not to Be Okay, But Don’t Stay There Forever” spesial dibersamai oleh Ardhi Mohamad, seorang lulusan psikologi dan penulis buku best seller seputar self healing yang dilaksanakan di Gedung Kuliah Umum Prof. Dr. Sardjito, Kampus Terpadu UII pada Sabtu (21/06).
Drs. Nanang Nuryanta, M.Pd. sebagai Direktur Direktorat Pendidikan dan Pembinaan Agama Islam (DPPAI) dalam sambutannya berharap dengan adanya kajian pengembangan diri dapat menjadi ladang berbagi ilmu dan menebar manfaat kepada sesama peserta. Ia juga memberikan apresiasi kepada Kodisia atas terselenggarakannya acara ini.
Pada awal diskusi, Ardhi menyoroti tentang penjelasan perasaan okay dan not okay, yang nantinya akan menjadi materi inti dalam acara ini. Menurutnya, semua orang pasti pernah merasakan not okay. Rasa not okay yang dimaksud adalah yang muncul ketika manusia kecewa, bingung, capek, cemas, overthinking, kegagalan, dan merasa ditolak.
“Yang membedakan cara orang dalam menyikapi perasaan not okay ini adalah reaksi. Saya bagi menjadi dua cara bagaimana manusia melihat negative event dalam hidupnya,” ujar Ardhi. Yang pertama adalah optimis (orang yang lebih mudah merasa okay kembali) dan orang yang pesimis (orang yang merasa bahwa kejadian negatif itu sangat memengaruhi hidupnya)
Dengan berakhirnya sesi diskusi yang hangat dan reflektif bersama Ardhi Mohamad, kegiatan Kajian Pengetahuan Agama dan Pengembangan Diri yang digagas oleh Kodisia UII ini tidak hanya memberikan pemahaman spiritual, tetapi juga membekali peserta dengan perspektif sehat dalam menyikapi dinamika perasaan. Pesan utama bahwa “tidak apa-apa untuk tidak baik-baik saja, asalkan tidak terjebak terlalu lama di dalamnya” menjadi bekal penting bagi para peserta dalam menghadapi realitas kehidupan. Acara ini pun menegaskan komitmen Kodisia UII dalam menghadirkan ruang dakwah yang relevan dengan kebutuhan jiwa dan zaman. (NKA/AHR/RS)