Universitas Islam Indonesia (UII) bekerjasama dengan Aksi Cepat Tanggap (ACT), Pemerintah Kota Yogyakarta, dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) D.I. Yogyakarta kembali mengirimkan bantuan air bersih ke Kabupaten Gunung Kidul yang saat ini sedang mengalami kendala air bersih karena musim kemarau yang berkepanjangan.

Pendistribusian air bersih ke Gunung Kidul diberangkatan pada Kamis (22/8) dari Balai Kota Yogyakarta oleh Rektor UII, Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D., Staf Ahli Walikota Bidang Perekonomian, Dra. Septi Sri Rejeki, dan Kepala Cabang ACT D.I. Yogyakarta, Bagus Suryanto.

Read more

UII yang diwakili oleh UMKM El-Markazi mendapatkan 4 prestasi di Musabaqoh Tilawatil Qur’an Mahasiswa Nasional (MTQMN) XVI 2019. Prestasi tersebut yakni Juara 2 Musabaqah Tartil Quran Putri oleh Ega (Teknik Lingkungan 2017), Juara Harapan 1 Musabaqah Hifzhil Quran (MHQ) 10 Juz Putra diraih oleh Abi Quhafah (Hubungan Internasional 2018), Juara Harapan 3 Musabaqah Hifzhil Quran 30 Juz Putri diraih oleh Niky Saffanatul Maula (Pendidikan Dokter 2018), dan Juara 3 Musabaqah Hifzhil Quran (MHQ) 20 Juz Putra oleh Umar Fauzi Ilmu (Komunikasi 2018).

MTQMN XVI 2019 diadakan oleh Belmawa Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi berlangsung pada 28 Juli – 4 Agustus 2019 di Universitas Syiah Kuala, Aceh. Tema yang diangkat adalah ”MTQMN sebagai penguat ukhuwah islamiyah dalam membentuk generasi muda Qurani menuju Indonesia Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur”. Kegiatan ini diikuti oleh 179 Perguruan Tinggi dari 34 Provinsi di Indonesia dengan peserta lebih dari 2.000 orang dengan 13 cabang lomba di dalamnya.

Read more

Universitas Islam Indonesia (UII) melalui Direktorat Layanan Akademik (DLA) menggelar Workshop Feeder Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDDikti) v.3 dan Penomoran Ijazah Nasional, di Gedung Prof. Dr. Sardjito, Kampus Terpadu UII, Selasa (20/8).

Workshop yang dihadiri Dekan, Ketua Jurusan, dan Kepala DLA dari masing-masing Fakultas di lingkungan UII tersebut mengundang pemateri Virdiana Sriviana Fatmawaty, S.Kom. dari LLDIKTI Wilayah V dan Franova Herdiyanto, S.Kom. dari Kementerian Ristekdikti. Selain itu, materi juga dipaparkan oleh Dekan Fakultas Teknologi Industri UII, Prof. Dr. Ir. Hari Purnomo, M.T.

Read more

Harapan keberlangsungan sebuah bangsa bergantung pada regenerasi pemuda. Khususnya di kampus, kehadiran mahasiswa baru disambut hangat dengan kegiatan orientasi mahasiswa. Tidak hanya membentuk citra besar sebuah institusi dan membangkitkan harapan akan sebuah visi, orientasi mahasiswa juga menanamkan pengetahuan baru akan kapasitas yang dapat diasah melalui fasilitas yang tersedia di sebuah kampus.

Penutupan kegiatan orientasi mahasiswa UII ditandai dengan penutupan simbolis berupa pemukulan gong oleh Dr. Drs. Rohidin, S.H., M.Ag selaku Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Keagamaan & Alumni. Rangkaian kegiatan Pesona Ta’aruf (PESTA) 2019 pada Jum’at (16/08) secara formal resmi berakhir. Resmi sudah 5.700 mahasiswa menjadi bagian dari keluarga UII.

Read more

Rektorat Universitas Islam Indonesia (UII) menyelenggarakan acara Pisah Sambut Kepala Divisi (Kadiv), Kepala Urusan (Kaur), dan Tenaga Kependidikan (Tendik) Periode 2014-2019 dan 2019-2023. Acara diselenggarakan di Ruang Kelas Lt. 2 Gedung Kuliah Umum Prof. Dr. Sardjito Kampus Terpadu UII pada Jumat (16/8). Segenap pimpinan, jajaran Kadiv, Kaur dan Tendik yang lama maupun baru turut hadir dalam acara tersebut. Kegiatan ini bertujuan menyegarkan dinamika organisasi di lingkungan Rektorat UII.

Read more

Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-74 Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, segenap keluarga besar Universitas Islam Indonesia (UII) yang terdiri dari dosen, tenaga kependidikan dan satpam menghadiri upacara bendera di lingkungan GOR Ki Bagus Hadikusumo UII, Jl. Kaliurang Km. 14,5, Jum’at (17/8). Jalannya upacara bendera dimulai sejak pukul 07.00 WIB, dan berlangsung dengan khidmat serta lancar. Read more

Sebanyak 5.791 mahasiswa baru Universitas Islam Indonesia (UII) Tahun Ajaran 2019/2020 pada jenjang Diploma dan Sarjana sudah memadati Kampus Terpadu UII sejak pagi hari, Kamis (15/08). Mahasiswa UII dari berbagai Program Studi tersebut berkumpul guna mengikuti kegiatan Pesona Ta’aruf (PESTA) 2019. Pesona Ta’aruf merupakan kegiatan tahunan dalam menyambut mahasiswa baru yang diselenggarakan oleh Lembaga Eksekutif Mahasiswa Universitas Islam Indonesia (LEM UII). Pada tahun 2019 ini, PESTA 2019 mengusung tema “Retour A La Nature: Gerakan Intelektual Kolektif Berbasis Profetik Guna Mewujudkan Mahasiswa Progresif”.

Read more

Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi di Jakarta pada 16 Agustus 2019, mengumumkan klasterisasi 2019 perguruan tinggi (PT) nasional. Ada yang berbeda dengan klasterisasi 2018. Beberapa indikator baru dimasukkan, di samping ada kelompok PT non-vokasi dan PT vokasi.

Klasterisasi pada 2019 didasarkan pada empat kelompok indikator: input, proses, output, dan outcome. Outcome yang diukur, di antaranya, dengan cacah inovasi, paten, dan sitasi per dosen, ini mempunyai bobot terbesar, yaitu 35%. Bobot komponen input sebesar 15 %, proses dan output masing-masing 25%.

Read more

Universitas Islam Indonesia (UII) menerima penghargaan Industry Marketing Champion Jogja 2019 untuk sektor jasa pendidikan, dalam acara The 7th Annual Indonesia Marketeers Festival 2019. Penganugrahan yang digagas oleh MarkPlus, Inc. ini berlangsung di Ballroom Royal Ambarrukmo Hotel, Yogyakarta.
Read more

Ketika polarisasi semakin akut, lunturnya kohesi sosial menjadi taruhan. Padahal, perdamaian tidak mungkin mewujud dalam ketiadaan sikap saling menghargai keberadaan secara jujur. Kata jujur di sini perlu ditekankan, karena di lapangan, tidak jarang, sikap saling menghargai sudah menjadi pemanis bibir di depan publik. Di arena privat, kebencian masih tumbuh subur, karena terus dipupuk dengan sinisme antarkelompok.

Kita bisa mengimajinasikan beragam kasus yang relevan, yang tumbuh di tengah-tengah bangsa Indonesia. Tidak hanya hari ini atau akhir-akhir ini, tetapi juga pada masa silam. Kritik Bung Karno berikut bisa memberi gambaran kasus masa lalu, yang ketika di bawa ke kondisi kini, seseorang akan berteriak: de javu. “Kritik ke kiri, ejek ke kanan, kecam ke depan, fitnah ke belakang, sanggah ke atas, cemooh ke bawah.”, tulis Bung Karno pada 1957 yang terekam dalam salah satu tulisan yang termuat dalam buku ‘Di Bawah Bendera Revolusi’.

Bahkan seorang analis yang penulis kenal, sambil berseloroh mengatakan, “Inilah salah satu sebab, mengapa Belanda bisa menguasai Indonesia dalam waktu yang lama”. Tentu, pembaca boleh setuju atau tidak setuju. Namun, fakta sosial mutakhir sulit dibantah, bahwa banyak dari kita yang mudah terlibat dalam konflik yang tidak produktif.

 

Irisan terbesar

Memang kita tidak mungkin merangkum semua logika dan argumen yang dihadirkan oleh setiap kelompok. Selalu saja ada perbedaan. Jika ini yang terjadi, kadang diperlukan keberanian ‘melompat pagar’ (passing over) untuk memahami logika kelompok lain dari kacamata mereka. Kebenaran hasil olah logika manusia tergantung dengan pilihan metode dan karenanya bersifat nisbi. Jika metode diubah, kebenaran lain mungkin hadir. Konteks ruang dan waktu pun bisa mempengaruhi pilihan metode.

Selama ini, kita sering terjebak dalam kecohan ini-atau-itu (either-or fallacy) yang menghadirkan dilema palsu, karena asumsi bahwa cacah pilihan selalu terbatas, dan harus memilih salah satu. Dua hal yang berbeda seringkali dianggap berdiri diametral, tanpa bisa dikompromikan. Labelisasi pun tidak jarang dimunculkan, sampai tingkat ekstrim, seperti setan versus malaikat. Fakta di lapangan menujukkan bahwa pilihan bisa beranak pinak dan mengisi spektrum yang berwarna.

Karenanya, dalam beragam berbedaan pendapat, mustahil jika tidak ada irisan atau persamaan. Dalam konteks ini, ikhtiar mencari irisan terbesar atau kalimatun sawa menjadi penting. Bisa jadi, niat mulia sama, hanya berbeda program intervensi. Sangat mungkin program intervensi serupa, tetapi dengan strategi eksekusi yang berbeda. Itulah indahnya otak manusia yang selalu menghasilkan keragaman pemikiran. 

 

Hadir bersama

Di sinilah semangat ko-eksistensi atau hadir bersama perlu dikembangkan. Kita berdiri di tengah dengan semangat moderasi. Namun, berdiri di tengah bukan berarti netral terhadap nilai. Keberpihakan pada nilai-nilai abadi, seperti keadilan dan kejujuran, mutlak dikedepankan. Karenanya, mengambil posisi berdiri di tengah tidak bebas nilai. Pengambil posisi ini tidak memberikan ruang kompromi atas pelanggaran nilai-nilai abadi.

Semangat ini hanya bisa mewujud ketika semua kelompok mencoba mengelola harga diri sehingga mencapai tangga nada yang sama, meski memainkan instrumen musik yang berbeda. Hasilnya adalah orkestrasi yang indah: merdu di telinga, sejuk di mata, dan tentram di hati. Inilah yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia yang beragam!

 Tulisan ini sudah dimuat di rubrik Berpikir Merdeka watyutink.com, dan dapat diakses di https://watyutink.com/topik/berpikir-merdeka/Berdiri-di-Tengah-Mainkan-Orkestrasi-Indah