,

Ini Tips dan Strategi Raih Beasiswa S1 di Masa Pandemi

Beasiswa kuliah perguruan tinggi selalu menjadi incaran para pelajar. Dengan beasiswa, biaya pendidikan tentunya menjadi lebih ringan. Situasi pandemi tak menyurutkan semangat pelajar mencari beasiswa dalam melanjutkan studi. Bahkan, semangat ini bisa jadi meningkat, mengingat kondisi perekonomian turut terdampak pandemi Covid-19.

Hal inilah yang dilirik Program Studi Rekayasa Tekstil (Prodi Rekateks) Universitas Islam Indonesia (UII) dengan menyelenggarakan Webinar #4 Rekateks pada Sabtu (20/6) siang. Webinar berkonsep sharing session ini mengangkat judul ‘Strategi Raih Beasiswa S1 di Masa Pandemi Covid-19’. Peserta webinar kebanyakan merupakan siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat dari berbagai daerah di Indonesia.

Dua alumni peraih berbagai beasiswa dan Ketua Prodi Rekateks saat ini, Ir. Drs. Faisal R.M., MSIE., Ph.D, menjadi pengisi pada webinar yang diikuti oleh 248 peserta ini. Kedua orang alumni tersebut yakni Febrianti Nurul Hidayah, S.T., B.Sc., M.Sc. serta Ahmad Satria Budiman, S.T., M.Sc.

Febrianti Nurul Hidayah, yang saat ini menjadi dosen di Prodi Rekateks, merupakan penerima beasiswa santri unggulan dari pihak eksternal UII semasa kuliah. Ia mengikuti program double degree yang memberikannya dua gelar sarjana, tak hanya dari UII, melainkan juga dari Saxion University of Applied Sciences, Belanda setelah menempuh studi satu tahun di sana.

Tak berhenti di situ, studi S2 di University of Manchester, Inggris pun ditempuh olehnya dengan beasiswa penuh. Pada kesempatan ini, ia berbagi pengalamannya tersebut dan menjelaskan macam beasiswa yang ada. Menurutnya, peluang beasiswa sangatlah besar, selama kita mau mencarinya.

“Nah beasiswa saat pandemi nih, yang jadi tema kali ini. Apa aja sih beasiswa saat pandemi. Sebetulnya banyak sekali ya, sekarang kalian tinggal buka Google, Instagram, Facebook, semuanya sudah ada di situ, tinggal kalian cari kata kuncinya,” ucapnya.

Kemudian ia menjelaskan lebih lanjut peluang beasiswa yang ada. Berbagai tips pun lalu diberikan, seperti meluruskan niat, memetakan beasiswa, konsultasi dengan alumni program beasiswa incaran, hingga aspek religiusitas seperti sedekah, doa, dan shalawat.

Sebelumnya, Ahmad Satria Budiman telah terlebih dulu menyapa peserta. Alumnus beasiswa LPDP (Lembaga Pengelolaan Dana Pendidikan) untuk studi di KTH Royal Institute of Technology Stockholm, Swedia ini memberikan cara jitu memilih jurusan kuliah yang tepat bagi siswa peserta webinar. Ia juga menekankan besarnya kesempatan untuk mengembangkan diri dengan beasiswa. Di kesempatan awal, ia sedikit banyak menyinggung soal kegagalan.

“Kita perlu pahami terlebih dahulu bahwa setiap kita pasti punya jalan cerita sendiri-sendiri. Kalau boleh saya berbagi, di masa-masa sebelumnya saya seringkali mengalami banyak kegagalan, di antaranya gagal tes masuk perguruan tinggi negeri (PTN). Pada saat itu banyak sekali PTN yang saya tes, namun tidak ada yang berhasil, akhirnya saya dapat info tentang UII,” ungkapnya.

Tidak hanya itu, ia lalu menceritakan rentetan kegagalan yang dialaminya, mulai dari kegagalan dalam memburu beasiswa S1, kerja praktek, di dunia kerja, sampai dengan upayanya meraih beasiswa S2 yang tak mudah dan berliku. Dari kegagalan yang tak sedikit itu, ia memetik hikmah.

“Nah, dari perjalanan tersebut, setidaknya ada dua hal yang saya pelajari. Pertama adalah, bahwa gagal itu wajar, kita boleh menerima kegagalan itu. Yang tidak bisa diterima adalah ketika kita tidak mencoba. Yang penting kita mencoba dulu. Ketika kita gagal itu wajar, yang terpenting adalah apa yang akan kita lakukan untuk bangkit dari kegagalan itu. Kemudian yang kedua, saya juga pelajari, bahwa Allah itu selalu memberikan kita apa yang kita butuhkan daripada apa yang kita inginkan. Itu mengapa rencana Allah itu selalu yang terbaik,” jelasnya.

Faisal R.M. selaku ketua Prodi Rekateks UII lebih banyak menjelaskan beragamnya kesempatan beasiswa yang tersedia di UII, termasuk beasiswa yang disediakan Prodi Rekateks, serta keunggulan dan prospek lulusan prodi tersebut. Webinar berlanjut ke sesi tanya jawab hingga berakhir setelah hampir dua jam berlangsung. (HR/ESP)