Kecerdasan Buatan Bantu Deteksi Dini Penyakit

Kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) kini menjadi hal yang tak terpisahkan dalam perkembangan teknologi modern. Pembahasan mengenai AI tersebut menjadi tema utama dalam webinar yang diadakan Program Studi Informatika UII pada Sabtu (31/10). Agenda webinar bertema “Applied AI” ini bertujuan mengeksplorasi penelitian berkelanjutan di bidang informatika. Narasumber yang dihadirkan adalah Izzati Muhimmah, Ph.D dari UII dengan bahasan tentang Computer Aided Pathology. Selanjutnya ada Hansung Lee, Ph.D dari Universitas Youngsan, Korea Selatan dan Dr. Yuliant Sibaroni dari Universitas Telkom.

Izzati menyampaikan pengertian dari Computer Aided Pathology adalah kemampuan dari AI untuk menginterpretasikan, membagi, dan mengatur berbagai informasi yang berkaitan dengan patologi. “AI adalah simulasi proses kecerdasan manusia yang dilakukan oleh mesin, terutama sistem komputer. Computer Aided Pathology juga meliputi data dan mikroskop yang ada di lingkungan digital. Keuntungan menggunakan sistem ini adalah data yang ada dari mikroskop dapat diarsipkan secara digital, dapat diakses dimanapun tanpa kaca mikroskop tambahan, dan memiliki kualitas yang tetap”, imbuhnya.

Izzati juga menegaskan tantangan penggunaan Computer Aided Pathology di Indonesia. Jumlah Ahli Patologi di Indonesia masih terbilang kecil yakni 200.000 orang berbanding 250 juta penduduk. Hingga kini Izzati terus mengambangkan sistem komputer yang dapat membantu di bidang kesehatan. Salah satunya dengan mendeteksi berbagai jenis diagnosa penyakit yang dapat dilakukan melalui teknologi digital berbasis gambar seperti malaria, tuberkulosis, kanker payudara, dan lain sebagainya.

Sementara itu, Hansung Lee lebih banyak mengulas tentang Object Detection Based On Deep Learning. Menurutnya, pengenalan objek dibagi menjadi tiga bagian yakni objek pengenalan instan, objek pengenalan kelas, dan deteksi objek pengenalan kelas. Deteksi objek bisa mengenali tubuh manusia dan wajah manusia. Di Korea Selatan ada alat deteksi berupa X-Ray Scanner dan traffic analysis sebagai wadah untuk memasukan data dan mengolahnya.

Adapun Yuliant Sabroni menjabarkan seorang ahli data wajib memiliki hard skill dan soft skill. Hard skill berupa kemampuan mengolah data, mengenal data, encoding, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan data. “Menjadi ahli data skill yang harus dimiliki diantaranya data komponen, geometric komponen, mapping komponen, scale komponen, dan label komponen”, jelasnya.

Sedangkan softskill berupa kemampuan dalam tim, komunikasi, problem solving, critical thinking, dan Business Mindset. Data merupakan hal yang penting bagi perusahaan untuk menjalankan bisnisnya dan untuk menentukan pengambilan keputusan. Selain itu, data juga menjadi peran utama dalam penelitian dan pemecahan dari rumusan masalah. (HN/ESP)