Limbah Cangkang Telur dan Ampas Tebu Disulap Jadi Drywall

Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) khususnya wilayah Yogyakarta turut mendongkrak perekonomian masyarakat. Namun limbah yang dihasilkan dari kegiatan usaha ini juga cukup banyak. Salah satunya berupa cangkang telur dan ampas tebu. Meskipun limbah, namun ternyata keduanya punya potensi sebagai bahan bangunan ramah lingkungan. Hal inilah yang mendorong tiga mahasiswa UII, Ade Wahyu (Teknik Sipil), Asep Setiawan (Akuntansi) dan Ismadian Pratiwi (Akuntansi) mengembangkan inovasi dinding ramah lingkungan yang disebut drywall

Ade Wahyu mengatakan inovasi dinding ramah lingkungan ini muncul akibat banyaknya limbah rumah tangga terutama pada bisnis rumah makan yang menggunakan telur sebagai bahan bakunya. Limbah cangkang telur ini diketahui mengandung kalsium karbonat, magnesium karbonat, dan tri kalsium fosfat. “Tiga senyawa yang terkandung pada cangkang telur itu dapat menambah kuat tekan drywall sehingga bagus untuk memperkuat dinding,” ungkap Ade Wahyu di kampus terpadu UII pada Jum’at (19/10).

Sementara limbah ampas tebu yang didapat dari penjual es tebu dapat digunakan menjadi pengganti pasir sebagai campuran semen. Ampas tebu dibakar untuk diambil abunya. Kemudian abu ampas tebu ini akan dicampur dengan semen dan cangkang telur. Selanjutnya campuran tersebut dicetak dan dikeringkan. “Pembuatannya cukup mudah dan sederhana. Namun dinding yang dihasilkan cukup kuat untuk dijadikan konstruksi bangunan,” tambahnya.

Inovasi dinding ramah lingkungan ini pun diikutkan perlombaan bidang konstruksi inovatif. Mereka pun berhasil mendapatkan juara ketiga pada ajang Ansira 2018 yang diselenggarakan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung pada 15-17 Oktober 2018. “Alhamdulillah inovasi drywall ini mendapat apresiasi. Ke depan kami akan terus melakukan pengembangan pada drywall ini untuk dapat menjadi media alternatif di bidang konstruksi,” pungkasnya. (ENI/ESP)