,

Mahasiswa FK UII Raih Juara 1 Nasional Esai Ilmiah ISMC

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (FK UII) kembali menorehkan prestasi di kancah nasional. Tampil sebagai juara 1 esai ilmiah di ajang perlombaan ilmiah nasional mengungguli berbagai universitas bergengsi di tanah air. Dalam ajang lomba Ibnu Sina Medical Competion (ISMC) 2021 Vol. V yang diadakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia (UMI), Makassar berlangsung dari 27 Desember 2020 – 28 Maret 2021. Melalui kerja keras dengan semangat ingin bermanfaat, delegasi yang berasal dari angkatan 2018 beranggotakan Muhammad Luthfi Mahrus, Endah Sari Ratna Kumala, dan Salama Suci Nurani mengatakan jika pandemi bukan halangan untuk mereka terus berprestasi.

Melalui judul esai ilmiah “Kombinasi Quercetin Dari Ekstrak Kulit Delima Dan Kurkumin Dari Ekstrak Kunyit Terenkapsulasi Plga Dalam Nano-Spray Inhaler: Modalitas Kuratif Penderita TB-MDR” diharapkan mampu menjadi solusi efektif bagi modalitas kuratif pada penderita TB-MDR. Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi menular melalui droplet yang menyerang paru-paru. Salah satu jenis dari TB adalah Multi Drug Resistance Tuberculosis (TB-MDR) yang telah resisten terhadap pengobatan TB saat ini. Penderita TB-MDR mendapatkan terapi lini kedua obat anti tuberkulosis, yaitu levofloksasin atau moksifloksasin, bedaquilin, dan linezolid yang memiliki durasi pengobatan lebih lama dan efek samping yang lebih tinggi.

Muhammad Luthfi Mahrus menjelaskan, berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2020, jumlah pasien penerima pengobatan TB meningkat secara global dalam beberapa tahun terakhir. Begitu pula angka kasus TB-MDR, pada tahun 2015 sejumlah 122.726 orang menderita TB-MDR dan meningkat menjadi 177.099 pada tahun 2019. “Indonesia masuk ke dalam kategori HBC (High Burden Countries) atau negara dengan beban tinggi berdasarkan indikator kasus TBC, TBC/HIV, dan TB-MDR dengan angka kasus TB-MDR sebanyak 23.000 orang. Angka tersebut tentunya sangat membuat kami prihatin,” paparnya.

Endah Sari Ratna Kumala menambahkan, buah delima yang memiliki nama latin Punica granatum merupakan salah satu buah yang mudah ditemukan di Indonesia. Namun, kulit dari buah delima seringkali dibuang, padahal kulitnya mengandung banyak sekali manfaat salah satunya adalah sebagai terapi untuk penderita tuberkulosis. Kulit buah delima mengandung quercetin memiliki sifat antituberculosis. Selain kulit buah delima, tanaman kunyit yang juga mudah ditemukan di Indonesia. Kandungan senyawa kimia utama kunyit adalah kurkumin yang memberikan warna kuning dan berperan dalam aktivitas-aktivitas biologi yang ada.

“Bagian kunyit yang dimanfaatkan adalah rimpangnya yang digunakan India sebagai antibiotik sejak 2500 tahun yang lalu untuk merawat kulit dan membantu penyembuhan luka. Ketersediaan rimpang kunyit melimpah di Indonesia, harga terjangkau, dan mempunyai khasiat yang baik akan menjadi potensi besar untuk menjadi pengobatan TB-MDR,” jelas Endah Sari Ratna Kumala.

Sementara dikatakan Salama Suci Nurani, sayangnya saat ini manfaat kedua tanaman tersebut tidak dibarengi oleh bioavailiabilitas dan solubilitas yang baik sehingga diperlukan adanya sistem nanokarier untuk meningkatkan hal tersebut. Nanopartikel Poly Lactic-co-Glycolic Acid atau PLGA merupakan salah satu nanokarier yang dapat digunakan sebagai pembawa quercetin dan kurkumin. Selain itu, PLGA dapat dijadikan berbagai bentuk sediaan termasuk bentuk sediaan aerosol.

“Oleh karena itu, diperlukan terobosan baru dalam terapi penderita TB-MDR sehingga kami mengusulkan penggunaan kombinasi quercetin dari ekstrak kulit buah delima dan kurkumin dari ekstrak kunyit terenkapsulasi PLGA dalam bentuk sediaan nano-spray inhaler sebagai modalitas kuratif mutakhir penderita TB-MDR,” tutup Salama Suci Nurani. (UAH/RS)