,

Melihat Peluang Sampah Jadi Rupiah

Program Studi Teknik Lingkungan UII memberikan hibah bina lingkungan kepada Jejaring Pengelolaan Sampah Mandiri (JPSM) Sehati pada Kamis (2/12). Bertempat di Kelurahan Sendangtirto, Berbah, Dr. Eng. Awaluddin Nurmiyanto, S.T., M.Eng. selaku Sekretaris Prodi Teknik Lingkungan menyerahkan hibah Inisiasi Pusat Edukasi Sekolah Sampah kepada Ketua JPSM Sehati, Dr. Hijrah Purnama Putra, S.T., M.Eng. Acara juga dihadiri Panewu Berbah, masyarakat pemerhati lingkungan, dan anggota JPSM Sehati.

Hijrah Purnama dalam sambutannya berterima kasih atas kerjasama hibah yang diinisiasi oleh Teknik Lingkungan UII. Ia berharap kedua pihak dapat saling bertukar pengalaman ilmu pengelolaan sampah seperti halnya edukasi bank sampah kepada para anggotanya. Untuk menguatkan pemahaman dan sinergi, pihaknya telah mengadakan lebih dari 10 kali webinar yang diikuti anggota JPSM Sehati. Dikatakannya, hibah tersebut akan sangat bermanfaat untuk meningkatkan kapasitas JPSM Sehati dalam memberdayakan peran anggotanya mengelola sampah.

Sementara itu, Awaluddin Nurmiyanto menyatakan kesiapan Teknik Lingkungan UII untuk menerima masukan/kritik maupun memberikan pendampingan kepada masyarakat tentang pengelolaan sampah mandiri.

Di sisi lain, Ir. Dwi Anta Sudibya, M.T. selaku Plt. Kepala Dinas Lingkungan Hidup Sleman mengatakan pengelolaan sampah sangat bergantung kepada pola pikir masyarakat. Ia menilai masyarakat perlu ditunjukkan paradigma bahwa sampah dapat bernilai rupiah dengan penanganan yang tepat.

Pada kesempatan yang sama, juga disampaikan materi oleh dr. Bintari Wuryaningsih, seorang aktivis lingkungan sekaligus pendiri Banyuwangi Osoji Club. Menurutnya, permasalahan sampah di Indonesia karena masih rendahnya kesadaran masyarakat akan lingkungan. Masyarakat masih suka membuang sampah sembarangan hingga sampah-sampah menjadi berceceran maupun bercampur aduk.

Selain itu, teknologi pengolahan sampah di Indonesia juga masih tertinggal dibanding negara lain sehingga sampah belum dapat diolah secara maksimal. Sampah pun akhirnya menjadi sumber permasalahan dan sumber bencana yang terjadi di Indonesia. Untuk itu, sepatutnya sampah menjadi PR bersama bagi masyarakat dan pemerintah.

Selanjutnya, ia mengenalkan paradigma baru yang melihat sampah sebagai bahan baku daur ulang, sumber energi baru dan terbarukan, serta menjadi berkah dan rupiah. Paradigma ini perlu terus digaungkan yakni diawali dengan memilah sampah rumah tangga dari rumah masing-masing.

Dalam pengelolaan sampah memilah menjadi hal yang utama untuk dapat memudahkan langkah pengolahan sampah selanjutnya. Pemilahan sampah juga akan mereduksi jumlah sampah yang dibawa ke tempat pembuangan akhir sehingga memperpanjang umur penggunaanya. Paradigma lama pengelolaan sampah yang dikumpulkan kemudian diangkut ke tempat pembuangan akhir disebutnya sudah ketinggalan zaman karena hanya memindahkan masalah ke tempat lain.

Sampah dapat dibedakan menjadi organik dan anorganik. Sampah organik dari rumah tangga dapat diolah menjadi kompos, eco enzyme, biopori, dan lainnya. Sedangkan sistem pemilahan sampah anorganik dapat dengan cara mendonasikan sampah, daur ulang, ecobrick, dan memainkan peranan bank sampah. (FHC/ESP)