,

Memaknai Insan Ulil Albab Yang Rahmatan lil Alamin

Salah satu tujuan Universitas Islam Indonesia (UII) yang dirumuskan para pendirinya yaitu melahirkan cendekiawan muslim dan pemimpin bangsa yang mampu menerapkan nilai-nilai islami sebagai bentuk islam rahmatan lil alamin. Hal ini dikemukakan Direktur Layanan Akademik Dr. Tatang Shabur Julianto, S.Si., M.Si., dalam sambutannya pada acara Studium Generale bertema Islam Ulil Albab yang diadakan bagi mahasiswa program studi doktor, magister, dan profesi pada Sabtu (19/12) secara daring.

Tatang Shabur mengatakan kegiatan Studium Generale merupakan bagian dari salah satu CPMK yang ada di dalam mata kuliah wajib universitas (MKWU) Islam ulil albab sekaligus mengenal UII. Ia menyebutkan jumlah peserta yang mengikuti kegiatan studium generale mencapai 766 mahasiswa.

Sementara itu, Rektor UII, Prof. Fathul Wahid, Ph.D memaparkan strategi menuju kemuliaan peradaban baru, ada tiga hal di dalam Al-Qur’an untuk mencapai hayah toyyibah (kehidupan yang baik). Ketiganya saling terkait yaitu kedamaian, kebahagiaan, dan kesejahteraan. Konsep kedamaian haruslah dikaitkan dengan pendalaman agama, karena orang akan damai jika mendekatkan diri ke Tuhannya.

Konsep kesejahteraan dapat dikaitkan dengan penguasaan modal, seperti ekonomi, material. Sedangkan konsep kebahagiaan erat dengan pengembangan sains. Pada hakikatnya misi sains itu sendiri adalah memecahkan masalah manusia. Jika masalah manusia terpecahkan dan terkurangi akan menimbulkan rasa bahagia.

Fathul Wahid mencatat umat Islam perlu mewaspadai jebakan peradaban. Salah satunya tanpa pengembangan sains, peradaban Islam terpinggirkan karena orang Islam melupakan pengembangan sains. Jebakan kedua apabila agama ditinggalkan, peradaban menjadi kering dan brutal. Jebakan ketiga tanpa penguasaan kapital, peradaban Islam jalan di tempat. Jebakan keempat, jika hanya dipenuhi dengan penguasaan sains, peradaban akan kehilangan arah. Jebakan kelima, jika peradaban hanya dengan pendalaman agama, maka peradaban hanya menjadi kerdil.

Senada, Ketua Yayasan Badan Wakaf UII, Drs. Suwarsono Muhammad, MA. dalam materinya menambahkan peran sivitas akademika dalam membangun sejarah masa depan. Untuk menciptakan sejarah masa depan haruslah memenuhi beberapa kriteria di dalamnya, agar hal ini tidak dianggap remeh dan mustahil.

Ia menyebutkan tiga kriteria yang bisa dikaitkan dengan UII dalam menciptakan sejarah masa depan. Pertama, besar (big) apa saja yang tidak tumbuh dapat dikatakan tidak sehat, hal apapun yang tumbuh ia akan besar. “Universitas juga begitu, fakultasnya bertambah atau tidak?. Prodinya, jumlah mahasiswanya, tambah tidak anggaran tahunannya?. Tambah tidak pengaruhnya?. Kita sebagai mahasiswa dan dosen juga begitu, tambah atau tidak karya kita, buku kita, pangkat kita?. Jadi apa saja yang tidak tambah, apa saja yang tidak tumbuh dan apa saja yang tidak membesar itu tidak sehat”, katanya.

Kedua adalah hebat (great). Organisasi yang hebat pasti jumlahnya lebih sedikit, dan yang jauh lebih sedikit lagi yaitu mencari organisasi yang hebat dan besar akan lebih sedikit lagi. Oleh karena itu mencari great higher education jumlahnya sangatlah sedikit sekali yaitu kampus yang memiliki kriteria besar dan hebat. Kriteria ketiga adalah umur panjang dengan beribadah yang kukuh dan terus dalam menebarkan kebaikan.

“UII jelas, tidak hanya besar, tidak hanya hebat, tetapi pasti menuju kepada arah yaitu besar dan hebat. Sebaik-baiknya yaitu yang usianya panjang dan ibadahnya banyak maka kita ingin menjadi institusi yang dibanggakan di masa depan,” imbuhnya. (HA/ESP)