Membangun Kepedulian Lingkungan Hidup dengan Agama

Agama pada dasarnya mengajarkan manusia untuk harmonis dengan lingkungan atau alam. Agama juga melarang umatnya untuk merusak keseimbangan alam. Nilai agama dan lingkungan ini semakin relevan digali manakala dunia tengah menghadapi krisis lingkungan akibat ulah manusia. Sebagaimana tergambar dalam webinar “Relasi Manusia dengan Lingkungan dalam Perspektif Islam: Upaya Membangun Eco-Theology” pada Kamis (08/04). Acara tersebut diadakan Direktorat Pendidikan dan Pembinaan Agama Islam (DPPAI) UII.

Direktur DPPAI UII, Dr. Aunur Rohim Faqih, M.Hum dalam sambutannya mengatakan permasalahan lingkungan dari apa sebabnya hingga bagaimana mengatasinya sesuai teologi Islam perlu diulas supaya manusia tidak terpuruk. “Manusia adalah makhluk yang dimuliakan Allah, namun jika manusia tidak menjaga kemuliaan itu maka akan terjadi kerusakan-kerusakan lingkungan oleh karena itu kita perlu melakukan pendekatan teologi Islam”, ujarnya.

Sementara, pemateri TGH. Hasanain Juaini, Lc., M.H. mengulas berbagai upaya Pondok Pesantren Nurul Haramain dalam menjaga lingkungan, seperti mengelola sampah, budidaya ikan, menanam pohon, dan menjaga sungai yang ada di dekat pondok pesantren tersebut. 

Menurutnya, negara yang maju bisa dilihat dari kebersihan sungainya. Negara maju biasanya sungainya bersih dan negara terbelakang sungainya kumuh. ”Kami berharap masyarakat dapat mengunjungi pondok pesantren kami terutama di dekat sungai harapannya bisa sebagai contoh untuk masyarakat,” jelasnya.

Di sisi lainnya, Dr. Wardani, S.Ag., M.Ag. mengungkapkan sebagian besar permasalahan lingkungan di Indonesia karena ulah manusia. “Perlu kajian lebih lanjut untuk memaham Eco-theology dalam Al-Quran. Karena uraian teologi dalam kitab klasik selama ini telah mengalami distorsi. Pada dasarnya eco-theology adalah tuntunan dalam Al-Quran tentang bagaimana cara manusia memperlakukan lingkungan”, ujarnya. 

“Secara hirarkis, manusia memang statusnya lebih tinggi dari lingkungan, namun bukan berarti manusia dapat dengan seenaknya mengeksploitasi lingkungan, itu pemahaman yang salah,” simpul Dr. Wardani.

Senada, pemateri terakhir Dr. Hijrah Purnama Putra, M.Eng lebih menekankan pentingnya upaya menemukan terobosan pengelolaan limbah. Seperti diketahui sampah di Indonesia terus bertambah. Setiap aktivitas yang dilakukan manusia pasti menghasilkan sampah. Sampah-sampah ini perlu diperlakukan khusus supaya tidak merusak lingkungan. Hal terpenting dalam hal ini adalah memilah sampah, karena secanggih apapun teknologinya jika sampahnya tidak dipilah akan percuma. 

“Sebelum menghasilkan sampah kita perlu melakukan pencegahan supaya sampah yang dihasilkan minimum, saat sudah terpaksa harus menghasilkan sampah tidak lupa untuk memilah sampah tersebut, kemudian dilakukan pengolahan sampah setelah itu,” pungkasnya. (AWP/ESP)