Membuka Kerjasama dengan Peneliti dari Prancis

Melalui Podcast, Aufanida Ingin Mensyiarkan Ramadan

Internasionalisasi perguruan tinggi telah menjadi Rencana Strategis Universitas Islam Indonesia (UII), salah satunya pada bidang penelitian. Internasionalisasi ini tak hanya diwujudkan melalui para mahasiswa saja, namun juga para dosen. Para dosen dituntut untuk terus meningkatkan kualitas dalam mengajar serta meneliti. Partenariat Hubert Curien (PHC) Nusantara 2020 menjadi salah satu program yang menciptakan peluang untuk berkolaborasi dengan peneliti dari Prancis. Hal ini disampaikan oleh Wakil Rektor Bidang Networking dan Kewirausahaan, Ir. Wiryono Raharjo, M.Arch., Ph.D. dalam sambutannya pada Info Session PHC Nusantara-SAME Prancis-BOPTN.

Kegiatan yang diselenggarakan melalui zoom meeting pada Sabtu (15/8) ini merupakan bentuk kerjasama Institut Francais Indonesia (IFI), Kemendikbud, serta Kemenristek/Brin. Partenariat Hubert Curien (PHC) Nusantara 2020 merupakan program penelitian yang memungkinkan kerjasama antara peneliti Indonesia dengan peneliti Prancis pada bidang-bidang prioritas.

Stefany Claudia selaku Wakil Atase Kerjasama Sains dan Teknologi, Institut Francais Indonesia, Kedubes Prancis mengatakan, hingga saat ini PHC Nusantara sudah terjalin di hampir seluruh provinsi di Indonesia. “Kami masih berharap dan berusaha untuk dapat merangkul universitas-universitas hingga ke daerah Indonesia bagian timur,” ungkapnya. Lebih lanjut Stefany Claudia menjelaskan program ini harus dibangun berdasarkan kerjasama antara peneliti Prancis dan peneliti Indonesia, tidak bisa dilaksanakan sendirian.

Sebagai bentuk respon dari pandemi Covid-19, PHC Nusantara 2020 membuka prioritas bidang tematik baru yaitu Solutions For Post Covid-19 yang meliputi Technologies Enabling Local Resilience or Self-Sufficiency, Infection Prevention and Protection, Sanitation Technology, Crisis Management After The Pandemic, Govtech/Open Data and Big Data, Distance Learning, serta Digital Workspace. Namun prioritas baru ini tidak menutup kemungkinan untuk para peneliti mengambil bidang tematik lain seperti tahun-tahun sebelumnya yaitu, Food Technology, Renewable Energy, Health and Medicine, Marine and Maritime Sciences and Oceanography, Transportation Technology, Information and Communication Technology, Social Sciences and Humanities, Advanced Material, Climate Change and Preservation of Environment, serta Prevention of Natural Risk or Disaster Management tetapi tidak termasuk pada bidang nuklir, pertahanan, dan militer.

Stefany Claudia menjelaskan regulasi penerimaan calon peneliti PHC Nusantara ini dimulai dari tim peneliti dari pihak Prancis dan Indonesia menggarap proposal penelitian bersama dan mendaftarkannya melalui website kompetensi.sumberdaya.kemendikbud.go.id/web untuk pihak Indonesia, dengan disertai dokumen-dokumen pendukung yaitu surat pernyataan komitmen dan BOPTN Research Plan. Sedangkan di pihak Prancis mendaftarkannya melalui website campusfrance.org/fr/phcnusantara-candidater.

Proposal yang diunggah harus proposal yang sama antara pihak peneliti Prancis dengan peneliti Indonesia. Selanjutnya akan dilaksanakan seleksi internal di kedua belah pihak secara paralel. Setelah itu akan dilakukan join evaluation untuk pendanaan mobilitas, setelah penentuan pendanaan mobilitas, maka barulah ditentukan dana penelitiannya melalui BOPTN review. Setelah tahap join evaluation selesai dilaksanakan baik di Prancis maupun Indonesia, maka terpilihlah penerima pendanaan mobilitas dan penelitian tersebut.

Melalui program PHC Nusantara, para peneliti akan mendapatkan dua sumber pendanaan, yaitu Scheme for Academic Mobility and Exchange (SAME) dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) dari Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek Brin). SAME Nusantara merupakan program pendanaan mobilitas dari Kemendikbud bagi para dosen atau peneliti dari Indonesia ke Prancis.

Disampaikan Mulyono, S.H., M.M. (Koordinator Kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kemendikbud, bahwa SAME Nusantara memberikan banyak manfaat bagi pihak universitas maupun dosen peneliti, di antaranya adalah meningkatkan jumlah publikasi internasional, mendukung usaha akreditasi internasional, serta membangun kerjasama akademik yang berkesinambungan secara institusional. SAME Nusantara memberikan pendanaan mobilitas yang meliputi biaya hidup, asuransi kesehatan, biaya visa, dan tiket pesawat baik domestik maupun internasional.

PHC Nusantara diperuntukkan bagi para dosen universitas di bawah naungan Kemendikbud yang bergelar profesor dan atau doktor. Selain itu, Mulyono menambahkan ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk mendaftar pada program PHC Nusantara yaitu, memiliki izin dari PT asal, memiliki LOA dengan PT Luar Negeri yang dituju, terdaftar pada akun SINTA, memiliki kemampuan Bahasa Inggris, menunjukkan surat keterangan sehat dan bebas Covid, serta tidak sedang menjabat sebagai pejabat struktural.

Disampaikan Adhi Indra Hermanu, ST., M.T., M.M. (Kepala Sub Direktorat Riset Dasar, Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat, Deputi Bidang Penguatan Riset dan Pengembangan, Kemenristek/Brin) meskipun salah satu syarat pendaftar adalah dosen yang berada dibawah naungan Kemendikbud atau yang memiliki NIDN/NIDK, dosen-dosen yang tidak berada di bawah Kemendikbud tetap bisa mendaftar sebagai anggota di dalam proposal pengajuan.

PHC Nusantara 2020 telah dibuka sejak tanggal 3 Juli lalu, dan akan ditutup pada 23 September mendatang. Hingga saat ini telah ada 70 pendaftar, namun belum dilakukan finalisasi dokumen. Pengumuman pemenang yang berhasil didanai akan dilakukan pada bulan Januari 2021. “Pada tahun 2020 kemarin kami sudah mendanai 6 topik yang ikut serta dalam program PHC Nusantara,” ungkap Adhi Indra Hermanu. (VTR/RS)