Mengamankan Data ketika Memakai Aplikasi Pertemuan Daring

Pembelajaran daring kini menjadi rutinitas penting setiap mahasiswa di tengah pandemi Covid-19. Terkait dengan hal itu, pengguna platform daring seperti sivitas akademika maupun perusahaan dan instansi lain mulai dihantui rasa was-was tentang keamanan data yang mereka bagikan. Hal inilah yang kemudian direspon UII lewat diskusi secara live di Instagram @uiiyogyakarta dengan mendatangkan salah satu dosen informatika sekaligus Kepala Badan Sistem Informasi UII, Mukhammad Andri Setiawan, S.T., M.Sc., Ph. D. pada Rabu (29/4).

Mukhammad Andri Setiawan mengatakan suatu hal lumrah ketika kita merasa cemas akan keamanan data ketika menggunakan platform pertemuan daring, seperti Zoom. Namun, ketika ia mencari informasi mengenai platform Zoom yang seperti yang diberitakan dan tersebar di media sosial, ias tidak menemukan hal tersebut terjadi di negara lain.

UII sendiri telah bekerjasama dengan Zoom sejak setahun lalu dan belum menemui gangguan keamanan sebagaimana banyak dikhawatirkan. “Kita mengikuti Zoom karena hampir 90% lebih partner UII di luar negeri memakainya dan jarang sekali menggunakan platform lain. Kebetulan saya aktif dalam resource education network di Asia Pasific dan mengharuskan saya komunikasi dengan orang luar,” ungkapnya.

Menurutnya, hal yang paling penting dalam membicarakan keamanan adalah bukan mengenai tools atau perangkat yang digunakan, tetapi bagaimana setiap orang memahami mindset akan keamanan itu sendiri. Sederhananya apabila seseorang menganggap keamanan itu penting, maka di laptopnya akan diinstal antivirus. UII dalam upaya menjaga keamanan data selama melakukan aktivitas online, para mahasiswa dan dosen dapat menggunakan Virtual Private Network (VPN) UII.

Akan lebih berbahaya ketika seseorang menggunakan jaringan Wifi gratis di tempat-tempat umum seperti café, stasiun, bandara, dan sebagainya. Orang yang tidak bertanggung jawab dapat memanfaatkan hal itu untuk mengetahui password email, web, e-banking, dan lain-lain. Sehingga untuk menghindari adanya kejahatan, ia pun menyarankan sivitas akademika untuk mengaktifkan VPN UII ketika di tempat publik untuk mengamankan jaringan dan data di dalamnya.

Jangan Malas Mengganti Password

Ia menambahkan bahwa akun yang bocor setelah menggunakan aplikasi tersebut adalah akun yang malas mengganti passwordnya dan menggunakan password yang sama dalam beberapa akun lain. Mengganti password atau memakai password yang berbeda dalam setiap akun dapat menghindari adanya pencurian data.

Apabila mindset orang akan keamanan itu penting, maka ia akan memperhatikan setiap password dalam akunnya. “Jangan pernah meminjamkan password kepada orang lain dan buatlah password email berbeda dengan password lain,” pesannya.

Cara mengecek apakah password email bocor atau tidak oleh orang lain yakni memeriksanya lewat google dengan mengetik haveibeenpwned. Lalu cukup memasukkan email kita. Apabila email muncul di situ, maka segeralah mengganti password email tersebut.

Ia juga menegaskan pentingnya menerapkan mindset keamanan tadi. Karena menurutnya, keamanan dan kenyamanan menjadi hal yang bertolak belakang. Apabila password tidak diganti-ganti atau sama semua dalam setiap akun, maka kita merasa nyaman meskipun keamanan data kita terancam. Berbanding terbalik ketika kita membuat password yang berbeda-beda dalam setiap akun maka kita mungkin merasa tidak nyaman tapi keamanan masih bisa didapatkan.

Selain password, upaya menjaga keamanan data dapat dilakukan dengan tidak mengumbar-umbar data pribadi seperti tanggal lahir dalam alamat. Terus pakailah browser Mozilla Firefox yang terbukti mempunyai security terbaik dibanding browser lain. “Selama kita menggunakan produk IT maka sudah dipastikan data tidak akan aman 100% namun kita bisa mengupayakan keamanan tersebut” pungkasnya. (SF/ESP)