Meraih Beasiswa S2 di Luar Negeri

Enam kali dirundung kegagalan, tak lantas membuat Yuli Astiana menyerah dalam misi pencarian beasiswa. Setiap kegagalan dijadikan sebagai motivasi untuk terus memperbaiki kesalahannya. Berkat keyakinan dan kerja kerasnya, Yuli Astiana akhirnya berhasil meraih Beasiswa Unggulan untuk program Magister (S2) pada akhir tahun 2016. Ia menempuh pendidikan S2 di University of Adelaide Australia sejak tahun 2017 dan kini melanjutkan S3 di universitas yang sama.

Meraih beasiswa memang menjadi harapan bagi kebanyakan mahasiswa yang ingin berkuliah di luar negeri. Selain mendapat bantuan keuangan, beasiswa juga menjadi cermin prestasi yang membanggakan. Namun mendapatkannya bukan perkara yang mudah. “Gagal itu hal yang biasa. Tapi yang harus ditekankan adalah menghargai setiap kegagalan itu. Jadi lah pribadi yang reflektif, menjadikan kegagalan sebagai ajang untuk mencari pembelajaran dan diperbaiki ke depannya,” ungkap Yuli Astiana dalam Webinar yang diselenggarakan oleh Center of Student Service and Development (CSSD) Program Studi Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Indonesia, pada Kamis (3/9).

Yuli Astiana membagikan pengalaman perjalanannya meraih beasiswa S2. Salah satu rangkaian seleksi penerima beasiswa adalah tahap wawancara oleh pihak sponsor. Lewat wawancara ini, pihak sponsor akan memberikan pertanyaan soal tujuan mahasiswa. “Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan itu biasanya selalu sama kok, tentang apa tujuan kuliah kita dan kenapa mau berkuliah di sana. Pertanyaan seperti ini perlu dijawab secara spesifik,” ungkapnya.

Di balik semua argumen mahasiswa tentang motivasinya untuk berkuliah, Yuli Astiana menyampaikan perlu diselipkan argumen yang kuat tentang akademik. “It’s all about academics. Kuatkan argumen tentang keinginan kalian dalam meningkatkan kapasitas akademik. Tapi harus yang spesifik,” terangnya. Pertanyaan ini menjadi titik kegagalan Yuli Astiana saat itu. Menurutnya, penting untuk mencari informasi tentang gap yang terjadi antara realitas di dunia nyata dengan konsep yang didapatkan di perkuliahan. Hal ini bisa menjadi argumen kuat sebagai tujuan kuliah. “Jadi harus banyak-banyak riset tentang realitas kondisi saat ini”, tambah Yuli Astiana.

Pertanyaan lain yang biasanya diajukan adalah tentang dimana dan kapan akan berkuliah. Dalam pertanyaan ini, calon mahasiswa harus mempersiapkan pilihan negara, universitas, hingga jurusan yang akan menjadi tujuan. “Kalian bisa pakai jasa agen-agen kuliah sekarang udah banyak banget. Tapi kalau mau sendiri juga nggak susah, yang penting pantengin aja web resmi dari kampusnya dan cek seluruh persyaratan. Jangan sungkan juga buat kirim email ke admisinya untuk pertanyaan yang tidak terjawab di webnya”, ungkap Yuli Astina. Selain itu, Ia juga mengingatkan tentang pentingnya membuat rencana. “Set a timeframe, jadi ketika ditanya kalian sudah tau kapan akan melakukan apa,” imbuhnya.

Selain wawancara, tahap yang tak kalah penting dari seleksi penerimaan beasiswa adalah pengajuan surat rekomendasi. Surat rekomendasi ini biasanya diberikan oleh dosen dari jenjang kuliah di S1. “Nggak harus profesor, yang penting mereka yang mengenalmu dengan baik”. Oleh karena itu, Yuli Astina menegaskan pentingnya menjaga hubungan baik dengan dosen di kampus, siapa tau mereka lah yang nanti bisa memberikan surat rekomendasi. Surat rekomendasi biasanya berisi tentang pertanyaan yang detail, seperti seperti apa kepribadiannya calon mahasiswa tersebut, bagaimana hubungannya dengan lingkungan, bagaimana sikapnya di perkuliahan, apakah ia adalah orang yang mudah putus asa, hingga bagaimana hubungannya dengan keluarga serta temannya.

Hal lain yang perlu dipersiapkan adalah biaya kuliah. Untuk itu lah, Yuli Astina menyarankan untuk sering-sering memperbarui informasi seputar penawaran beasiswa. Sangat banyak pihak-pihak yang memberikan penawaran beasiswa bagi mahasiswa yang ingin berkuliah di luar negeri, baik dari pihak dalam negeri seperti Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dan Kemendikbud, atau pihak universitas di luar negeri. “Ada yang fully funded dan ada yang parsial”. Hal ini bisa menjadi pilihan bagi calon mahasiswa. Persyaratan serta kontraknya pun beragam. Seluruh informasi ini sangat terbuka di internet. (VTR/RS)