,

Pentingnya Pengembangan Ilmu dan Teknologi dalam Islam

Umat Islam hendaknya mendesain masa depannya agar tidak terjebak pada sifat reaktif, model pemadaman api dalam beragam masalah yang membocorkan energi. Diperlukan kerja sama dalam harmoni, termasuk kerja sama internasional. Dengan tidak menjebakkan diri pada konflik internal yang tidak perlu. Karena persatuan adalah pijakan untuk maju ke depan.

Demikian dikemukakan Rektor Universitas Islam Indonesia (UII), Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D. saat menjadi keynote speaker pada Simposium Nasional Tiga Pilar Dakwah (Kampus, Pesantren, dan Masjid), kerja sama antara Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII) dan UII, di Auditorium Prof. K.H. Abdul Kahar Mudzakkir, Kampus Terpadu UII, Senin (6/1).

Disampaikan Fathul Wahid, untuk membangun peradaban, selain sayap pendalaman agama (tafaqquh fi ad-din) yang dikuatkan, sayap pengembangan ilmu dan teknologi sebagai perluasan kontekstualisasi semangat jihad perlu dipikirkan serius. “Pelajaran dari ajaran dan tradisi zaman keemasan Islam dapat menjadi cermin bersama,” tuturnya.

Dalam paparannya, Fathul Wahid juga menguraikan ada irisan besar antara DDII dan UII. Misi yang diusung oleh DDII sejalan dengan nilai-nilai yang sejak berdiri sampai saat ini dirawat di UII. DDII adalah bertekat mewujudkan tatanan kehidupan masyarakat Indonesia yang Islami dalam NKRI yang kuat dan sejahtera.

Nilai-nilai kebangsaan dan keislaman sangat jelas tertuang di sana. Ini konkruen dengan UII. “Saya sering memanjangkan UII tidak dengan Universitas Islam Indonesia, tetapi Universitas Islami Indonesiawi, seperti terjemahan versi Arabnya: Aljami’ah Al-islamiyyah Al-Indonesiyyah. Ada dua ya’ nisbah di sana. Al-islamiyyah, islami; dan Al-Indonesiyyah, Indonesia,” jelasnya.

Fathul Wahid menambahkan, nilai-nilai keislaman dan kebangsaaan di UII dirangkai dalam satu tautan kuat, dalam satu tarikan nafas. “UII yang didirikan oleh para pendiri Republik Indonesia, tidak mungkin mengingkari dan merusak bangsa ini,” tandasnya.

Pada pelaksanaan simposium nasional ini sejumlah pembicara dan para pakar dihadirkan. Antara lain Ketua Umum Badan Kerjasama Pondok Pesantaren se-Indonesia (BKSPPI), Prof. Dr. H. Didin Hafiduddin, M.Sc., Pimpinan Ponpes Gontor, K.H. Abdullah Hasan Sahal, Pimpinan Ponpes Sidogiri, KH. A. Nawawi Abdul Djalil, Ustad Nasir Zubaidi dari Dewan Masjid Indonesia.

Selain itu juga berkesemapatn hadir, Ketua Asosiasi Masjid Kampus Indonesia (AMKI) sekaligus mantan Ketua Pengurus YPM Salman ITB dan kini aktif menjabat sebagai Ketua Senat Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof. Dr. Hermawan KD, Ustad Muhammad Jazir dari Masjid Jogokariyan Yogyakarta, Ustad Mahfudz Arief Effendi dari Ketua Masjid Al-Falah Surabaya dan Ustad Mohammad Hafizh, M.Sc sebagai kader langsung Allahyarham Mohammad Natsir yang mengurus kaderisasi di lingkungan Kampus.