Semangat Baru di Tahun Ajaran Baru

Semangat Baru di Tahun Ajaran Baru. Itulah tema yang disuguhkan CENTRIS (Center of Islamic Engineers) kala menyelenggarakan kajian rutin pada Kamis (1/10). Berlangsung sore hari, dosen Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia (FTI UII), Chancard Basumerda, S.T., M.Sc. dihadirkan sebagai pemateri oleh lembaga dakwah fakultas ini.

Bahasan kajian tak lepas dari permasalahan yang masih dihadapi dunia saat ini. Mewabahnya Covid-19 di dunia memaksa berbagai aktivitas termasuk perkuliahan dilangsungkan secara daring. UII telah merespon perkembangan Covid-19 dua hari semenjak pemerintah mengumumkan kasus pertama virus, melalui Surat Edaran Rektor yang membatasi mobilitas internasional dan intruksi menjaga kebersihan. Per 16 Maret, pembelajaran daring telah diterapkan penuh di UII.

Chancard Basumerda menyebut, tahun 2020 ini menjadi unik dan berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Pandemi memaksa banyak hal berubah, melakukan adaptasi. “Kalau semester lalu kan masih mix, awal Maret itu masih sempet offline atau luring tetapi setelah wabah sejak pertengahan Maret mulai daring,” ucapnya di awal kajian.

Menurut Chancard, tidak mudah menjaga semangat dan tetap tabah menghadapi pandemi. Ia pun berbagi kiat agar mahasiswa dapat bersahabat terhadap situasi. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda, Allah telah mencatatkan takdir setiap makhluk 50 ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.

“Jadi harus diyakini, harus diimani, wabah atau Covid-19 yang terjadi saat ini sudah tercatat jauh-jauh sebelum kita ini diciptakan. Jadi tidak perlu, maaf ya, mungkin banyak orang itu yang marah, emosi dengan keadaan wabah ini, ada yang mencela,” sebutnya.

Kepala Divisi Kemitraan Dalam Negeri UII ini mengatakan banyak hikmah yang dapat dipetik dari pandemi ini, asalkan yakin bahwa takdir Allah adalah yang terbaik. Ia memberi contoh seorang koki hotel yang dikenalnya kini memiliki usaha restoran sendiri semenjak hotelnya terdampak pandemi.

“Jadi sebenarnya apa yang Allah kasih itu ada orang yang berat, ada orang yang malah jadi senang. Senang itu maksudnya bukan karena Covid-19, misalnya orang jadi buka usaha. Terpaksa karena di-PHK perusahaan atau dirumahkan, mau ngga mau dia harus memenuhi kebutuhan. Jadinya orang merasa, oh ini yang terbaik. Itu bagi orang yang beriman,” tuturnya.

Ketika mengalami kejadian yang tak mengenakkan, ia yakin awalnya banyak orang akan marah ataupun menganggap Allah tidak adil. Lambat laun ketika ditemukan hikmah di baliknya barulah mereka tersadar. Ia menyebut, seseorang haruslah meyakini segala sesuatu yang ditakdirkan kepadanya merupakan kehendak Allah dan itulah yang terbaik.

Lebih lanjut Chancard mengingatkan bahwa musibah atau ujian yang kita hadapi saat ini tak sebanding dengan yang Nabi rasakan. “Ingatlah, musibah yang kita hadapi belum seberapa. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda, siapa saja yang merasa berat ketika menghadapi musibah, maka ingatlah musibah yang menimpaku, ia tentu akan merasa ringan menghadapi musibah tersebut,” tegasnya.

Chancard mengatakan, semakin kuat iman seseorang maka akan semakin diuji pula. Diumpamakan seperti pohon tinggi yang kuat anginnya, berbeda dengan rumput ilalang yang minim terpaan angin. Usai dapat berdamai dengan situasi pandemi, langkah selanjutnya tentukan visi misi. Tanpa adanya tujuan dan langkah-langkah yang ditempuh, maka semangat tidak dapat terbangun, hidup tidak akan bergairah. Hal inilah yang ditekankan olehNya.

“Visi adalah gambaran tentang keadaan seseorang pada suatu waktu di masa depan. Kalau yang tadi semester satu (visinya) harus lulus tepat waktu empat tahun, kalau yang di pertengahan berarti saya masih ada waktu dua tahun untuk ambil pelatihan-pelatihan. Yang mau lulus tinggal mempersiapkan kira-kira nanti mau di perusahaan apa, atau mau sekolah lagi S2, beasiswa. Itu yang membuat semangat, membuat kita bergairah,” terangnya.

Dosen Program Studi Teknik Industri ini berpesan, carilah ridho Allah dan selalu husnudzon kepada-Nya. Dua hal ini, dipadukan dengan kerja keras, cerdas, dan ikhlas, menjadi komposisi yang ideal menjaga semangat di tengah pandemi.

“Ada beberapa langkah agar kita bisa terus semangat, istiqomah. Yang pertama harus luruskan niat, itu paling penting. Bismillah mencari ridhonya Allah. Tanpa adanya niat lillahi ta’ala, kita rugi. Kedua, terus berpikir positif. Allah tidak akan membebankan seseorang kecuali sesuai dengan beban kemampuannya,” pesannya. (HR/RS)