,

UII dan Mapua University Gelar International Student Mobility

Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia (FBE UII) bekerjasama dengan Mapua University, Filipina menggelar kegiatan International Student Mobility (ISM). Kegiatan yang digelar selama tiga hari ini, 6 – 8 Juli 2021, diawali dengan diskusi bertajuk ASEAN’s ESG Outlook: How Business Can Think Beyond the Profit. Selanjutnya kegiatan ISM diisi dengan lomba Call for Paper dan Kompetisi Business Plan.

Wakil Dekan Bidang Sumber Daya FBE UII, Arief Rahman, S.E., M.Com., Ph.D. berharap ISM menjadi salah satu kegiatan yang baik bagi semua pihak, terutama para mahasiswa. Selain itu, dikemukakan Arief Rahman saat ini kita hidup di era tanggung jawab sosial begitu tinggi. Hal ini tentunya menjadi tekanan khusus bagi para pemangku kebijakan untuk turut menstabilisasi kehidupan. “Kami sebagai akademisi juga mempunyai tanggung jawab,” ungkapnya.

Dalam sambutannya, Arief Rahman juga mengajak untuk bersama berkontribusi lebih banyak kepada lingkungan. “Tidak hanya mencapai profit, tapi juga lebih ke tanggung jawab sosial,” singkatnya.

Concordio Quisaot, CPA, MBA selaku Dekan dari ETY School of Business and Management dalam kesempatannya mengungkapkan pandangan khusus terkait kondisi di masa ini. Dikatakan, pergeseran model belajar dari luring menjadi daring mengharuskan seluruh institusi akademik harus bisa menyesuaikan. Perubahan ini juga terjadi pada sektor bisnis. “Karena kondisi ini mengharuskan semua pihak untuk berpikir lebih sustainable,” tuturnya.

Menurut Concordio di era krisis ini kita harus tangguh dalam fisik, mental, dan emosional. Agenda ISM menjadi begitu esensial, pasalnya akan menimbulkan efek positif seperti perubahan mindset dari setiap mahasiswa yang bergabung. “Dapat menjadi peluang untuk bertukar pikiran mengenai permasalahan dan solusi yang ada dalam dunia bisnis,” jelasnya.

Maritez De Guzman Feliciano yang merupakan Ahli Kimia dari Mapua University hadir sebagai pembicara pada sesi diskusi. Dalam presentasinya, dikatakan begitu banyak tantangan yang harus dihadapi perusahaannya dalam dekade belakangan. Tantangan yang begitu terasa ketika pandemi datang. Filipina menjadi salah satu negara dengan lockdown terlama di dunia, lebih dari tiga bulan. “Tidak ada tatap muka, perusahaan tutup dan tidak ada yang ingin membeli,” ungkap Feliciano.

Dari kondisi tersebut ada sebuah peluang untuk menggunakan metode baru. “Pemasaran yang ada kita lakukan melalui seluruh sosial media yang ada,” lanjut Feliciano mengenai teknik pemasaran yang dilakukan selama pandemi.

Gaya-gaya baru dalam pemasaran dijadikan pembelajaran untuk bertahan di situasi pandemi. Pandemi menurut Feliciano seolah memberi gambaran untuk mengubah gaya bisnis yang ada. “Bisnis yang dahulu, kita belum terpikir akan tanggung jawab sosial, semuanya berorientasi pada aspek keuntungan yang seharusnya tidak demikian,” ucapnya.

Mengulik Konsep ESG

Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi FBE UII Drs. Agus Widarjono, M.A., Ph.D. memaparkan konsep Environmental, Social and Good Governance (ESG) dalam ranah perusahaan. ESG menjadi sebuah bagian dari perusahaan untuk memutuskan akan berinvestasi ke sektor yang lebih berkelanjutan. “ESG dapat dimulai dari sektor keuangan, tetapi tidak menutup kemungkinan dari sektor lainnya,” ungkap Agus Widarjono.

Agus Widarjono menjelaskan, dari sisi lingkungan, terdapat langkah-langkah untuk melindungi dan meminimalkan risiko terhadap lingkungan serta upaya dalam melestarikan sumber daya. Sementara dari sisi sosial digambarkan dampak positif dan kesempatan dari perusahaan untuk lebih bermanfaat ke khalayak sekitar.

Konsen utama dari aspek sosial adalah dapat berupa kebijakan yang lebih memihak dan memfasilitasi kesehatan serta keselamatan. “Sebisa mungkin manfaat yang ada itu dapat menjangkau kedua belah pihak, yakni perusahaan dan pekerja-nya,” tegasnya.

Sementara aspek governance menyangkut bagaimana perusahaan berkomitmen terhadap perilaku bisnis yang baik dan benar. Ketiga aspek tersebut dipandang menjadi sangat penting untuk membuat perusahaan dapat bertahan lebih lama. Hal ini dikarenakan begitu banyak aspek yang perlu dipertimbangkan dalam menjalankan bisnis ke depan. Melalui ESG, perusahaan dinilai dapat mengakselerasi jalannya bisnis melalui ketertarikan investor akan hal itu.

“Investor kini lebih merujuk kepada investasi yang jangka panjang,” papar Agus Widarjono. Hal itulah yang dapat berkontribusi secara tidak langsung bagi keberlangsungan perusahaan.

Urgensi Membangun Bisnis Berkelanjutan

Dengan orientasi yang lebih berkelanjutan, Feliciano memaparkan tiga pilar utama yakni ekonomi, lingkungan, dan sosial. Ketiga pilar tersebut merujuk pada prinsip people, planet, dan profit. Isu global warming yang meningkat menurutnya dapat menjadi efek dari perilaku yang cenderung hanya berorientasi pada keuntungan. Padahal menurutnya, orientasi ekonomi kini tidak hanya berkutat pada sisi keuntungan, tetapi juga sosial dan lingkungan. Hal itu dinilai penting untuk keberlanjutan bagi generasi selanjutnya.

Dari sisi lingkungan, menurut Feliciano menjadi sesuatu yang harus diperhatikan. Peningkatan suhu yang tidak terkendali menjadi output dari bisnis yang tidak ramah lingkungan. Feliciano menjelaskan, perusahaan harus mencari aspek positif dari bisnisnya yang dapat berdampak pada keberlangsungan kehidupan di muka bumi. “Sebagai perusahaan kita harus melakukan daur ulang untuk mengurangi sisa-sisa yang tidak berguna,” tandasnya.

Sementara dari segi aspek sosial, harus memberikan keadilan bagi para karyawan dan menjadi fasilitator yang baik dalam aspek lokal dan global. Feliciano dan perusahaannya kerap memberikan jaminan bagi para karyawannya yang butuh. “Ketika kita menolong sesama, maka tentu hal-hal baik akan mengikuti untuk hasil yang lebih baik,” jelas Feliciano.

Mengakhiri presentasinya, Feliciano memberikan insight dalam berbisnis. Keuntungan adalah bukan hanya mengenai uang, itu bisa menjadi pemenuhan dan membagikan kelebihan yang ada kepada yang membutuhkan. Lebih jauh dijelaskan, sebab utama bisnis yang makmur adalah karena peran manusia. “Mari belajar menghargai dan lebih memberdayakan mereka. Jangan pernah merasa bahwa memberi mereka dapat mengurangi keuntungan Anda,” tutupnya. (KR/RS)