,

UII Kukuhkan Tiga Guru Besar

Universitas Islam Indonesia (UII) mengukuhkan tiga guru besar dalam Pidato Pengukuhan Guru Besar pada Senin (29/11) di Auditorium Abdulkahar Mudzakkir. Acara dibuka oleh Rektor UII, Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D. Ketiga guru besar yang dikukuhkan yakni, Prof. Dr. Muafi, S.E., M.Si. dan Prof. Dr. Drs. Nur Feriyanto, M.Si. sebagai guru besar dalam bidang Ilmu Manajemen, serta Prof. Dr. Jaka Sriyana, S.E., M.Si. sebagai guru besar dalam bidang Ilmu Ekonomi Pembangunan.

Prof. Muafi menyampaikan pidato berjudul Kontribusi Human Capital dalam Implementasi Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) BUMN. Ia menyampaikan implementasi TJSL yang ideal di lingkungan BUMN yang dapat memberi dampak pada kesejahteraan masyarakat dan pembangunan berkelanjutan belum berjalan dengan baik. Kendala yang dihadapi salah satunya adalah belum dimilikinya road map TJSL yang jelas, terintegrasi, spesifik, terarah dan terukur dalam pencapaian visi dan misi perusahaan.

Menurutnya, permasalahan ini dapat mengganggu terhambatnya implementasi TJSL di lapangan, khususnya dalam mengalokasikan dana dan eksekusi program unggulan TJSL pada BUMN di Indonesia.

Human capital merupakan suatu konsep yang melihat manusia sebagai aset yang bisa memiliki value dan dapat dikembangkan untuk memberikan keuntungan (return of investment). “Perlu adanya sinergi perumusan program terkait core business perusahaan sehingga tercapai efektifitas pencapaian visi dan misi perusahaan,” tuturnya.

Sementara Prof. Nur Feriyanto menyampaikan pidato yang berjudul Digitalisasi UMKM untuk Meningkatkan Ekonomi dan Pencapaian SDGs. Ia menyebut peranan UMKM dalam perekonomian nasional sangat penting. Selama periode 2015-2019, setiap tahunnya jumlahnya semakin meningkat yang memberi kontribusi PDB sekitar 60% lebih banyak daripada usaha besar hanya 40%.

Menurutnya, terjadinya pandemi Covid-19 memberi dampak negatif pada seluruh perekonomian yang menyebabkan sekitar 80 persen UMKM mengalami penurunan omzet. Kendala utama pada penjualan terletak pada daya beli masyarakat yang menurun, adanya protokol kesehatan yang menghambat penjualan serta kurangnya interaksi fisik.

“Pemerintah harus mempelopori terjadinya digital transformation dalam bisnis, untuk menciptakan bisnis baru yang lebih efisien dan efektif,” ujarnya dalam pemaksimalan era revolusi 4.0 sehingga akan dapat menekan biaya produksi yang akan berdampak meningkatkan daya saing produk di pasar.

Terakhir, Prof. Jaka Sriyana menyampaikan pidato yang berjudul Reformasi Kebijakan Fiskal untuk Pemulihan Ekonomi Nasional yang Berkeadilan. Ia menilai pandemi Covid-19 secara serius telah membawa dampak negatif bukan hanya terhadap perekonomian nasional, namun juga berdampak serius pada kondisi fiskal pemerintah, sehingga pemerintah perlu meningkatkan belanjanya untuk pemulihan ekonomi.

Namun, menurut Prof. Jaka, tuntutan kenaikan belanja untuk pemulihan ekonomi di Indonesia saat ini tidak mampu diikuti oleh kenaikan penerimaan negara, khususnya pajak. Peningkatan belanja tanpa diikuti peningkatan penerimaan pemerintah tentu akan menimbulkan defisit anggaran yang semakin besar dan berisiko untuk mengalami fenomena over hank utang.

Lebih lanjut disampaikan Prof. Jaka, usaha untuk menyehatkan kondisi fiskal suatu negara memerlukan reformasi kebijakan yang bersifat fundamental meliputi alokasi belanja, sumber pendapatan, dan pembiayaan defisit.

Prof. Fathul Wahid saat ditemui setelah acara mengungkapkan harapannya. “Semoga dengan bertambahnya jajaran guru besar dapat menghasilkan pemikiran yang relevan untuk menjawab kebutuhan zaman dan menciptakan iklim akademik yang makin baik,” tuturnya.

Prof. Fathul Wahid juga menuturkan jika UII selama dua tahun terakhir sedang melaksanakan program percepatan pengukuhan guru besar dan program percepatan lektor kepala. Hal tersebut didasari beban dosen di Indonesia cukup berat, sehingga dibutuhkan fasilitas khusus untuk dapat mempercepat perkembangan sistem pendidikan Indonesia agar makin baik lagi. (UAH/ESP)