Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menambah cacah profesor. Kali ini jabatan akademik tertinggi diraih oleh Dosen Program Studi Hukum Keluarga (Ahwal Syakhshiyah) Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) yaitu Dr. Drs. Yusdani, M.Ag pada Bidang Ilmu Hukum Perdata Islam. Sehingga, sampai saat ini UII telah memiliki 55 guru besar yang 49 diantaranya masih aktif di segala macam bidang keilmuan.

Prosesi serah terima Surat Keputusan (SK) Kenaikan Jabatan Akademik Profesor secara resmi diserahkan pada Kamis (15/05) di Gedung Kuliah Umum, Prof. Sardjito, Kampus Terpadu UII oleh Koordinator Kopertais Wilayah III Daerah Istimewa Yogyakarta, Prof. Noorhaidi Hasan, S.Ag., M.A., M.Phil., Ph.D kepada kepada Rektor UII, Fathul Wahid dan kemudian diserahkan kepada Dr. Drs. Yusdani, M.Ag selaku guru besar baru UII.

Rektor UII, Fathul Wahid dalam sambutannya menyampaikan rasa syukurnya atas bertambahnya guru besar di UII. Fathul berharap capaian guru besar ini bisa  membuka banyak pintu kebaikan di masa mendatang, tidak hanya bagi yang bersangkutan, tetapi juga untuk UII, dan lebih penting lagi untuk masyarakat.

Selain itu, Fathul Wahid berpesan khususnya kepada ilmuwan studi Islam dengan bermacam cabang keilmuan perlu untuk melengkapi perspektifnya dengan teori-teori sosial yang dilandasi dengan beberapa gagasan penting seperti memahami konteks sosial dan budaya secara mendalam.

“Ilmu sosial membantu ilmuwan studi Islam untuk memahami praktik keagamaan, tradisi, dan pandangan umat muslim dalam konteks sosial dan budaya tertentu. Kedua, ilmu sosial mampu menjelaskan dinamika perubahan dalam masyarakat muslim. Ketiga, mampu memperkuat analisis tentang identitas dan konflik sosial. Kemudian, mampu memperkuat analisis tentang identitas dan konflik sosial,”

Kemudian,  ditambahkan lagi oleh Fathul Wahid, studi Islam yang mampu melengkapi perspektifnya dengan teori-teori sosial bisa menghindari reduksionisme dan orientasi teks semata sehingga menjadi lebih multidimensional, mengurangi risiko reduksionisme, dan memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang kenyataan umat muslim. Selain itu, mampu meningkatkan relevansi dan hubungannya dengan isu-isu kontemporer.

Di sisi lain, Yusdani dalam sesi wawancara mengatakan UII banyak memberikan dukungan dalam pengembangan akademik dan riset khususnya terkait pengembangan karier dosen. Ditekankan lagi oleh Profesor Bidang Ilmu Hukum Perdata Islam ini bahwa tantangan dalam mewujudkan cita-cita UII untuk menjadi Research University harus diwujudkan yang Ia contohkan dalam bidang keilmuannya.

“Isu-isu politik Islam, baik di tingkat nasional maupun global, saat ini memerlukan riset yang bersifat strategis, sebagai contoh SDGs itu sangat luar biasa, tetapi cara berpikir keilmuan politik Islam saya kira tidak bisa hanya dengan normatif. Disini barangkali titik temunya seperti yang digagas bahwa studi keislaman sekarang itu memang harus menyentuh persoalan yang betul-betul dihadapi manusia masa kini. Setiap isu dalam SDGs tentunya harus dicari jawabannya dari perspektif politik Islam,” ungkapnya.

Lebih dari itu, Yusdani juga menekankan pentingnya budaya riset dan optimalisasi peran pusat-pusat studi di lingkungan UII. Menurutnya, riset yang dilakukan tidak boleh hanya berorientasi pada proyek semata, tetapi harus berkontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan.

“Saya kira, riset harus dihidupkan bersama dengan pusat-pusat studi. Selain itu, para profesor juga jangan melupakan pentingnya menulis. Tantangan kita saat ini adalah kecenderungan terjebak dalam riset proyek, bukan riset keilmuan,” ujarnya.

Ia juga mendorong agar profesor aktif menjalin kerja sama dengan berbagai perguruan tinggi, lembaga riset, dan memperkuat publikasi ilmiah. (AHR/RS)

IT Centrum Universitas Islam Indonesia (ITC UII) menggelar Community Sharing bertajuk Cyber Security Essential pada Sabtu (10/5) , bertempat di ruang Learning Space 2, Gedung KH. Mas Mansyur Fakultas Teknologi Industri (FTI) Kampus UII. Kegiatan ini dihadiri oleh puluhan mahasiswa dari berbagai jurusan di FTI yang antusias mendalami isu keamanan siber di era digital.

Acara ini menghadirkan narasumber Erika Ramadhani, S.T., M.Eng., dosen Teknik Informatika UII yang memiliki keahlian di bidang keamanan siber. Dalam paparannya, Erika membahas sejumlah praktik penting dalam menjaga keamanan sistem, jaringan, dan data dari ancaman digital.

“Ada tiga poin utama yang kami bahas hari ini, yaitu network defense, ethical hacking, dan digital forensics,” ujar Erika.

Ia menjelaskan bahwa network defense merupakan strategi penting dalam mengamankan aplikasi atau situs web dari potensi serangan siber. “Ada daftar periksa (checklist) yang perlu disiapkan agar sistem aman. Salah satu metode yang digunakan adalah filtering atau penyaringan,” jelasnya.

Poin kedua, ethical hacking, menurutnya adalah proses legal untuk menguji kerentanan sistem sebelum dieksploitasi oleh pihak tidak bertanggung jawab. Sementara itu, poin ketiga, digital forensics berfokus pada identifikasi, pengumpulan, analisis, dan pelaporan bukti digital dari perangkat seperti komputer atau ponsel, yang berguna untuk mengungkap aktivitas digital tertentu.

Staf ITC UII, Dimas Panji Eka Jala Putra, M.Kom., menyampaikan bahwa tujuan diselenggarakannya kegiatan ini adalah untuk meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam bidang teknologi informasi secara praktis.

“Kami ingin memberikan pelatihan tambahan di luar pembelajaran di kelas. Harapannya, keterampilan yang didapat bisa menjadi nilai tambah saat terjun ke dunia kerja. Apalagi, peserta juga akan mendapatkan sertifikat sebagai bukti keikutsertaan bagi yang mengikuti pelatihan jangka panjang yang berbayar,” ujarnya.

Salah satu peserta, Aulira Rahmi Anum, mengungkapkan kesan positifnya mengikuti acara ini. “Acara ini benar-benar konseptual dan praktikal. Ada sesi sharing experience juga, jadi nggak membosankan. Banyak wawasan baru yang saya dapat, termasuk kesempatan berdiskusi tentang kasus nyata di dunia siber,” tuturnya.

Ia berharap kegiatan serupa terus dilaksanakan oleh ITC UII. “Semoga ke depannya makin sering diadakan acara positif seperti ini, mungkin bisa ditambah juga dengan tantangan-tantangan menarik yang terbuka untuk umum,” harapnya. (GRR/AHR/RS)

Program Studi Akuntansi Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar kegiatan bertajuk “Sehari Jadi Akuntan Masa Kini” pada Sabtu (10/5) di Aula Utara Fakultas Bisnis dan Ekonomika (FBE) UII. Kegiatan ini diikuti oleh lebih dari 90 siswa-siswi kelas akhir dari berbagai SMA sederajat se-Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah.

Acara ini ditujukan bagi para calon mahasiswa yang memiliki minat di bidang akuntansi. Tidak hanya sebatas pengenalan program studi, peserta juga diajak mengikuti campus tour, mini class, serta merasakan langsung suasana perkuliahan ala mahasiswa Akuntansi UII.

Dalam sambutannya, Ketua Program Studi Akuntansi UII, Rifqi Muhammad, Prof., S.E., S.H., M.Sc., Ph.D., SAS., ASPM menyampaikan apresiasi kepada para peserta yang hadir dan memperkenalkan profil singkat jurusan akuntansi di UII. Ia menekankan bahwa profesi akuntan saat ini memiliki peluang besar di dunia kerja karena cakupan ilmu yang luas, termasuk data analitik dan akuntansi forensik.

“Profesi akuntansi memiliki banyak peluang di dunia kerja ke depan. Kita tidak hanya belajar akuntansi, tetapi juga data analisis, dan data forensik di dunia digital” ujarnya

Materi pengantar mengenai dunia akuntansi disampaikan oleh dosen Akuntansi, Sigit Pamungkas, S.E., M.Com. Ia menjelaskan bahwa pemilihan perguruan tinggi memerlukan pertimbangan matang karena setiap kampus memiliki kurikulum dan keunikan tersendiri.

“Belajar tidak hanya tentang teori, tetapi juga praktik di lapangan. Hari ini, akuntansi tidak hanya mengolah data finansial, tapi juga data non-finansial untuk membantu pengambilan keputusan,” jelasnya.

Ia menambahkan bahwa Akuntansi UII merupakan pilihan tepat karena adaptif terhadap perkembangan teknologi digital. Program studi ini menawarkan lebih dari 12 mata kuliah yang fokus pada teori dan praktik akuntansi digital. Akuntansi UII juga menawarkan program internasional bagi mahasiswa yang tertarik belajar di tingkat global, dengan bahasa asing sebagai bahasa pengantar di kelas.

Selain itu, mahasiswa juga dapat mengikuti pembelajaran di luar kelas seperti kuliah pakar atau praktisi, kompetisi mahasiswa, ERP business simulation games, program pertukaran pelajar ke luar negeri, hingga sertifikasi nasional dan internasional.

Acara kemudian dilanjutkan dengan sesi mini class yang dibagi ke dalam empat kelas tematik: Akuntansi Forensik, Analitika Data Akuntansi, Moonsonsim, dan Akuntansi Syariah. Peserta juga mendapatkan bimbingan langsung tentang proses pendaftaran sebagai mahasiswa UII, mulai dari pembuatan akun admisi, Nomor Induk Utama (NIU), hingga fasilitas bebas biaya pendaftaran khusus bagi peserta acara (GRR)

Culture & Learning Center Universitas Islam Indonesia (CLC UII) sukses menggelar CLC Workshop “Business in a Day” pada Sabtu (10/05) dengan mengangkat tema “Bring Your Ideas to Life in Just One Day” di Ruang Auditorium Lt. 5 Fakultas Ilmu Agama Islam UII. Para peserta yang hadir dalam acara tersebut mendapatkan berbagai pengetahuan berharga dari dua narasumber, Anindya Kenyo Larasati (Founder dan CEO Roote Trails) dan Ricky Iskandar (Communication Specialists). 

Kegiatan CLC Workshop “Business in a Day” ini diadakan dalam tiga sesi yaitu, “From Problem to Plan” (membangun ide), “Make it Sell” perencanaan bisnis, dan business pitch.

Anindya Kenyo Larasati mengawali kegiatan workshop dengan menjelaskan bagaimana cara mengembangkan suatu permasalahan menjadi ide program bisnis. Anindya memberikan contoh nyata cara membangun ide dari latar belakang bisnis layanan tourism Roote Trails yang didirikannya.

Menurut Anindya, ia menemukan beberapa permasalahan tourism di Indonesia seperti kurangnya panduan wisata yang responsif dan menyenangkan serta tools yang masih mengabaikan dampak lokal. Roote Trails hadir sebagai solusi untuk permasalahan-permasalahan tersebut memberikan pengalaman yang eksploratif, rewarding, dan peduli dengan dampak lokal dengan program menjaga lingkungan dan promosi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) setempat. 

Anindya juga menegaskan bahwa setelah membuka bisnis kita harus memperhatikan value proposition dan competition advantage agar bisnis terus bertahan. “Jika, kamu tidak punya keunikan maka kamu tidak punya daya tarik dan tidak bisa bertahan dalam persaingan pasar. Dalam bisnis kita harus memiliki resiliensi yang kuat dan memiliki entrepreneurial mindset,” ungkapnya.

Sesi kemudian dilanjutkan dengan idea elaboration dalam kelompok. Para peserta yang hadir dibagi dalam 6 grup, masing-masing mendiskusikan ide berpotensi untuk dikembangkan dan menghasilkan market value yang besar. Kelompok-kelompok tersebut lalu mempresentasikan ide, kelebihan dan tantangannya di depan kedua narasumber. setelah sesi pitching usai, grup dengan ide terbaik mendapatkan hadiah spesial dari CLC UII. 

Acara ini diharapkan dapat menjadi pelecut bagi mahasiswa reguler maupun internasional Universitas Islam Indonesia untuk dapat terus berkarya dan mengeksplorasi ide kreatif yang dibutuhkan oleh pasar. Mahasiswa yang berpotensi dapat ikut serta dalam ajang-ajang bergengsi lain seperti Program kreativitas Mahasiswa (PKM), P2MW, PPK ORMAWA, hingga P2A di skala internasional. (MNDH & AAU/AHR/RS)



Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menunjukkan komitmennya dalam mendorong budaya prestasi di kalangan mahasiswa melalui acara Talkshow Achievement Unlocked: Celebrating Student Champion dan Pengumuman PILMAPRES UII 2025. Acara ini digelar di Auditorium Gedung Moh. Natsir, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) UII, Sabtu (10/5) dengan menghadirkan tokoh-tokoh inspiratif dari lingkungan kampus yang telah membuktikan dedikasi dalam pengembangan diri dan kontribusi akademik.

Direktur Pembinaan Kemahasiswaan (DPK) UII, Arif Fajar Wibisono, S.E., M.Sc., membuka acara dengan menekankan bahwa gelar mahasiswa berprestasi tidak boleh dilihat sebagai akhir dari perjalanan, melainkan sebagai titik tolak untuk membangun konsistensi dalam aktivitas dan kontribusi yang berkelanjutan. Ia menegaskan bahwa prestasi harus dijaga dan dikembangkan seiring berjalannya waktu. “Menjadi mapres bukanlah capaian terakhir, melainkan sebuah pintu yang harus dijaga, bagaimana untuk mempertahankan aktivitas yang tentu menjadi bekal untuk masa depan,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Arif menyampaikan bahwa proses menjadi mahasiswa berprestasi mencakup aspek mental dan ketahanan diri. Menurutnya, penghargaan bukanlah satu-satunya tujuan, melainkan pembentukan karakter yang adaptif dan solutif yang akan bermanfaat di masa depan. “Pilmapres bukan sekedar mengumpulkan karya, bukan sekedar juara, melainkan sebuah proses tangguh, adaptif dan solutif yang dapat kalian bawa hingga nanti lulus kuliah,” tuturnya.

Menguatkan hal tersebut, Faisal Arif Nurgaesang, S.T., M.Sc., selaku Kepala Divisi Pembinaan Prestasi DPK UII, mengajak mahasiswa untuk memahami posisi dan potensi diri sebagai titik awal dalam perjalanan berprestasi. Ia menyampaikan pentingnya proses refleksi diri yang diikuti dengan langkah konkret dalam pengembangan minat dan jejaring.

“Kita harus mengerti posisi kita di mana, maka kita pun tahu harus ke mana. Yang harus dilakukan mahasiswa adalah identifikasi diri, menentukan minat, berkomunitas, berkompetisi dan berprestasi,” jelasnya.

Faisal juga menjelaskan bahwa prestasi mahasiswa tidak semata-mata diukur dari kompetisi atau lomba. Ia memaparkan berbagai program alternatif yang disediakan oleh kampus maupun pemerintah, seperti Abdidaya Ormawa, Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), magang berdampak, hingga program-program dari Kemdikbudristek yang membuka peluang pengembangan diri lintas disiplin.

“Kami menyediakan pendanaan untuk berbagai kegiatan yang dapat diikuti mahasiswa, dan reward pun kami berikan kepada mereka untuk menghargai effort yang dikerahkan,” tegasnya.

Sesi talkshow menjadi semakin menarik dengan hadirnya Nayla Ilma Kauna, Mahasiswa Berprestasi UII 2024 yang telah melanjutkan perjuangannya hingga tingkat wilayah. Nayla membagikan pengalaman pribadinya serta strategi yang membantunya menavigasi dunia prestasi kampus. Ia mengingatkan pentingnya kesiapan mental, perencanaan yang matang, serta lingkungan yang mendukung.

Mark your calendar, know your stage, choose your battlefield and fit yourself in a good environment and consistency,”katanya penuh semangat.

Tak hanya itu, Nayla juga menekankan bahwa prestasi bukan sekadar target yang dicapai lalu ditinggalkan. Menurutnya, menjadi mahasiswa berprestasi adalah soal membentuk pola pikir dan kebiasaan hidup yang terus berkembang.

Let’s turn achievement into our lifestyle. Mapres bukanlah tujuan akhir, namun menjadi gaya hidup yang harus dibiasakan karena pada dasarnya hidup itu harus lebih baik dari hari ke harinya. Success isn’t a destination, it’s a mindset and daily habit,” ujar Nayla, yang disambut antusias oleh para peserta.

Acara kemudian dilanjutkan dengan pengumuman pemenang Pemilihan Mahasiswa Berprestasi (PILMAPRES) UII 2025. Untuk tingkat diploma, Juara 3 diraih oleh Eka Lulu Khairunnisa dari Program Studi Akuntansi Perpajakan Program Sarjana Terapan. Juara 2 oleh Isna Ajeng Saputri dari Program Studi Bisnis Digital Program Sarjana Terapan, dan Juara 1 oleh Fauziana Hidayati dari Program Studi Analis Kimia Program Diploma.

Di tingkat sarjana, Juara 3 disabet oleh Fatimah dari Program Studi Hukum Keluarga Program International, Juara 2 diraih oleh Andre Fairuz Laode Ngkowe dari Program Studi Hukum Program Sarjana, dan Juara 1 diraih oleh Daifan Febri Juan Setia dari Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran.

Talkshow ini tidak hanya menjadi ajang apresiasi, tetapi juga menjadi ruang refleksi bagi seluruh mahasiswa untuk membentuk pola pikir berprestasi yang berkelanjutan. Semangat untuk terus berkembang dan berkontribusi ditegaskan oleh para pembicara sebagai fondasi utama dalam membangun masa depan yang lebih baik melalui prestasi. (IMK/AHR/RS)

Culture and Learning Center (CLC) Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menghadirkan program pengembangan karier bertaraf internasional melalui acara CLC Global Career Workshop, yang berlangsung pada Jumat, (9/5) di Ruang Sidang Datar Gedung Prof. Dr. Sardjito lantai 2, dengan menghadirkan dua pembicara berpengalaman di bidang pengembangan karier global.

Workshop ini bertujuan untuk membekali mahasiswa UII dengan wawasan dan keterampilan penting dalam menghadapi dinamika pasar kerja global. Dalam era kompetisi yang kian ketat, CLC UII berupaya menjadi fasilitator bagi mahasiswa untuk mengenali potensi diri, memahami tren global, serta mempersiapkan dokumen dan personal branding yang relevan untuk dunia profesional.

Dua narasumber utama yang dihadirkan dalam kegiatan ini adalah Rahmat Hafidz Sandria, Strategy and Operations Manager di Brain Juice Collective, Singapore, serta Cynthia Veronica, Senior Business Development Manager di Kinobi. Keduanya membawakan materi yang saling melengkapi mengenai kesiapan menghadapi dunia kerja internasional.

Dalam sesi pertamanya, Rahmat Hafidz Sandria mengangkat topik “Shaping Tomorrow: Skills and Global Market Trends”. Ia menekankan pentingnya memahami diri sendiri sebelum mencoba memahami orang lain. “Pahamilah dirimu sendiri terlebih dahulu sebelum kamu mencoba memahami orang lain, sehingga hal itu akan menuntunmu ke situasi sulit apa pun,” tuturnya dalam bahasa Inggris.

Menurutnya, sikap atau attitude menjadi penentu utama kesuksesan di dunia kerja. “Attitude is behavior, attitude is our habit. If you are so good, so clever, but you are not trainable, not coachable, it will be hard,” ujarnya mengingatkan, bahwa kecerdasan tanpa kerendahan hati untuk terus belajar bisa menjadi hambatan dalam pengembangan karier.

Sementara itu, Cynthia Veronica memaparkan materi bertajuk “Career Toolkit: Mastering CVs, Interviews, and LinkedIn Branding.” Ia menekankan pentingnya personalisasi dalam setiap aspek persiapan karier. “Kata kuncinya bukanlah membuat CV yang bagus, tetapi membuat CV yang relevan. Artinya, satu CV hanya bisa digunakan untuk satu pekerjaan,” jelas Cynthia dalam bahasa Inggris, menunjukkan bahwa efektivitas sebuah CV terletak pada kesesuaiannya dengan posisi yang dilamar.

Lebih lanjut, ia memberikan tips konkret seputar persiapan wawancara kerja dan pemanfaatan LinkedIn. “Prepare these three things: CV, Interview, and also LinkedIn. To any country, I believe these things are very important,” ujarnya. Ia juga menganjurkan peserta untuk melatih wawancara bersama teman dan melakukan riset mendalam mengenai perusahaan yang dilamar.

Antusiasme peserta tampak tinggi sepanjang acara. Salah satunya diungkapkan oleh Alfin Ibnu Hady, mahasiswa Hubungan Internasional UII. “Saya merasa sangat beruntung memiliki kesempatan ini, untuk menghadiri acara yang indah ini dan bertemu langsung dengan pembicara luar biasa yang menyampaikan pengetahuan dan wawasan baru,” ungkapnya dengan semangat.

Kegiatan ini tidak hanya memberikan pemahaman teoritis, tetapi juga membangun kesadaran praktis mahasiswa untuk bersaing secara global. Dengan pendekatan langsung dari para profesional yang sudah berkiprah di dunia internasional, workshop ini menjadi wadah penting bagi mahasiswa UII untuk memetakan langkah karier mereka ke depan.

Melalui penyelenggaraan Global Career Workshop ini, CLC UII kembali membuktikan komitmennya dalam mendukung transformasi mahasiswa menjadi lulusan yang siap bersaing secara global. Kegiatan serupa pun diharapkan terus berlangsung agar semakin banyak mahasiswa yang memperoleh manfaat dan kesiapan menghadapi tantangan dunia profesional lintas negara. (MFPS/AHR/RS)

Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menghadirkan program inspiratif bertajuk CLC Learning Weeks 2025 dengan tema “Freelancing & Internship Success”. Kegiatan yang berlangsung selama dua hari ini (07-08/05), diselenggarakan oleh Culture and Learning Center (CLC) UII dan menghadirkan dua pemateri mahasiswa internasional penerima beasiswa Kemitraan Negara Berkembang (KNB).

Pada hari pertama, acara digelar di Ruang Audio Visual Gedung GBPH Prabuningrat Rektorat UII dan menghadirkan Muhammed Fatty, mahasiswa Program Studi Akuntansi Program Magister asal Gambia. Ia membawakan materi berjudul “Internship Search Strategies” yang membedah berbagai pendekatan strategis dalam mencari program magang, terutama untuk mahasiswa internasional dan lokal yang ingin mempersiapkan diri sejak dini.

Fatty menekankan pentingnya pengalaman magang sebagai nilai tambah dalam persaingan kerja. Magang itu penting. Saat kamu melamar pekerjaan, mereka akan melihat CV kamu,” ungkapnya dalam bahasa Inggris, menekankan bahwa rekam jejak pengalaman praktis menjadi pertimbangan utama dalam seleksi kerja.

 Ia juga menyarankan mahasiswa untuk memiliki tujuan yang jelas sejak awal, dengan berkata, “Tetapkan tujuan Anda dan putuskan keterampilan dan pengalaman apa yang Anda inginkan,” tegasnya

Tak hanya itu, Fatty juga memberi peringatan agar mahasiswa tidak menunda-nunda pencarian magang hingga tenggat waktu semakin dekat. “Don’t wait until the deadline is near. Because it doesn’t work.” Ia juga menambahkan bahwa sebagian besar program magang internasional mensyaratkan wawancara sebagai bagian dari proses seleksi, sehingga persiapan mental dan komunikasi menjadi hal krusial.

Sesi hari kedua dilanjutkan oleh pemateri Usama Ahmad Khan, mahasiswa Program Studi Informatika Program Magister asal Pakistan. Usama membawakan topik “Remote Work & Freelance Opportunities”, membuka wawasan peserta mengenai dunia kerja jarak jauh dan peluang karier sebagai freelancer.

Dalam pemaparannya, Usama menyampaikan berbagai tips manajemen waktu untuk menunjang produktivitas bekerja jarak jauh. Ia menyarankan mahasiswa untuk membuat perencanaan mingguan, menggunakan blok waktu (time blocks), menghindari distraksi, dan mencatat progres pekerjaan secara konsisten. “Tips time management: Plan weekly, use time blocks, eliminate distraction, and track progress,” ujarnya.

Lebih lanjut, Usama juga memberikan motivasi kepada peserta untuk memulai langkah sekecil apapun dalam dunia freelance. “You don’t need to be great to start, but you have to start to be great.” Menurutnya, freelancing bukan sekadar pekerjaan sambilan, melainkan jalur karier yang sah dan memiliki potensi nyata. “Freelancing is real. It’s a legitimate career path with tangible opportunities.

Kedua hari acara ini berlangsung interaktif dan penuh antusiasme dari peserta yang berasal dari berbagai latar belakang program studi. Diskusi dan tanya jawab menjadi salah satu sesi yang paling dinantikan, karena para peserta tidak hanya mendapatkan ilmu teoritis, tetapi juga pengalaman praktis dari pembicara yang telah lebih dulu menapaki jalan tersebut.

Program CLC Learning Weeks ini menjadi bagian dari inisiatif Culture and Learning Center UII dalam mendukung pengembangan soft skill dan kesiapan karier mahasiswa, khususnya dalam menjawab tantangan global saat ini. Melalui sesi ini, mahasiswa didorong untuk lebih proaktif dalam mengejar peluang, baik dalam bentuk magang lokal maupun internasional, maupun dalam meniti karier mandiri di bidang freelance.

Dengan terselenggaranya acara ini, CLC UII berharap mahasiswa semakin siap menghadapi dinamika dunia kerja dan memanfaatkan teknologi untuk membuka peluang karier global tanpa batas. (MFPS/AHR/RS)

Dalam rangka Milad Universitas Islam Indonesia (UII) ke-82, Pusat Konsultasi dan Bantuan Hukum (PKBH) Fakultas Hukum UII mengadakan Expo 2025 yang berlangsung selama tiga hari (06–08/05) di Lobby Fakultas Hukum UII. Expo ini terbuka untuk umum dan menghadirkan berbagai kegiatan, mulai dari talkshow hukum, pameran kegiatan PKBH, bazar buku, hingga donor darah pada hari terakhir.

Salah satu acara utama di hari pertama, Selasa (6/5) adalah talkshow hukum. Direktur PKBH FH UII, Rizky Ramadhan Baried, S.H., M.H. menyampaikan bahwa expo ini bertujuan untuk memperkenalkan unit laboratorium hukum kepada mahasiswa. “Mahasiswa memiliki peranan penting sebagai regenerasi penegak hukum yang tidak hanya profesional, tetapi juga berintegritas. Apalagi beberapa waktu terakhir ini, kita menghadapi tantangan degradasi moral di dunia hukum Indonesia,” ungkap Baried.

Dekan FH UII, Prof. Dr. Budi Agus Riswandi, S.H., M.Hum., turut menambahkan bahwa selain fokus pada bantuan hukum dan penyuluhan, PKBH saat ini tengah mengembangkan sistem layanan hukum berbasis digital. Sistem informasi konsultasi hukum telah berhasil diselesaikan, dan ke depan harapannya bisa berlanjut hingga ke penanganan perkara dan publikasi penanganannya. “Cita-citanya, sistem ini bisa sampai ke tahap penanganan perkara hingga publikasi perkara yang sudah ditangani PKBH. Tapi kita baru sampai sini, mudah-mudahan tahap berikutnya bisa dikembangkan,” ujarnya.

Pada talkshow kali ini, hadir Dr. H. Maqdir Ismail, S.H., LL.M., advokat senior sekaligus Ketua Himpunan Advokat Indonesia. Ia menyoroti pentingnya standar etika dalam profesi advokat. Menurutnya, profesi ini bukan semata-mata bisnis, melainkan bagian dari menjaga harkat dan martabat manusia. Ia juga mengingatkan soal pentingnya advokat terus mengasah keterampilan praktis dan pengetahuan hukum yang relevan, terlebih di era perkembangan teknologi dan kecerdasan buatan yang bisa memengaruhi dunia peradilan di masa mendatang.

“Apakah nanti juga akan ada robot yang jadi jaksa atau hakim? Ada kelebihannya, yaitu mereka tidak bisa disogok.” ujarnya disambut tawa.

Ia menambahkan, bahwa keberhasilan seorang advokat tidak diukur dari kekayaan, melainkan dari kemampuannya menjaga kepentingan umum, asas kemanusiaan, dan kepatuhan terhadap hukum.

Pada kesempatan yang sama, PKBH FH UII menghadirkan Dr. Ariyanto, S.H., C.N., M.H., advokat sekaligus Ketua Dewan Pimpinan Cabang Perhimpunan Advokat Indonesia (DPC Peradi) Kota Yogyakarta dan Dosen FH UII. Ia menyoroti pentingnya ekosistem pendidikan advokat yang melibatkan empat komponen utama, yaitu fakultas hukum, organisasi profesi, masyarakat, dan lembaga peradilan. Di FH UII, teori dan praktik dipadukan melalui mata kuliah kemahiran hukum, magang mandiri, magang reguler, hingga program unggulan dari PKBH yaitu Karya Latihan Hukum (KARTIKUM).

Selain itu, Dr. Ariyanto juga menjelaskan bahwa FH UII juga memiliki Program Pendidikan Khusus Profesi Advokat (PKPA) yang menjadi salah satu program terlama dibanding dengan PKPA lain, yakni hingga 1,5 bulan.

“Selain kurikulum nasional, PKPA di UII kita tambah dengan kurikulum lokal. Tujuannya agar lulusan benar-benar siap praktik di lapangan,” jelasnya. Hingga kini, PKPA UII telah meluluskan 5.325 alumni yang tersebar di seluruh Indonesia, yang berprofesi sebagai advokat, jaksa, hakim, hingga akademisi. (MANF/AHR/RS)

Universitas Islam Indonesia (UII) dan Yayasan Badan Wakaf (YBW) UII terus memberikan komitmennya dalam mendukung dan menjalankan pendidikan unggul untuk anak bangsa. Salah satunya diwujudkan dengan pemberian sebanyak 30 beasiswa terhadap siswa SMA UII yang digelar dalam acara pertemuan orang tua siswa calon penerima beasiswa YBW UII dan UII pada Rabu (07/05) di Ruang AVA, SMA UII Yogyakarta yang dihadiri oleh kepala SMA UII, perwakilan UII dan YBW UII, serta orang tua siswa. Adapun 25 siswa mendapat beasiswa YBW UII dan 5 siswa mendapat beasiswa dari UII.

Kepala SMA UII, Drs. Maman Surakhman, M.Pd.I dalam sambutannya sangat mengapresiasi langkah YBW UII dan UII dalam memberikan program beasiswa kepada siswa SMA UII. Sehingga sebanyak 30 siswa tersebut bisa berkuliah di program studi yang telah dipilih tanpa harus mengeluarkan biaya selama menempuh pendidikan tinggi di UII. Maman juga menjelaskan terpilihnya 30 siswa yang berhak menerima beasiswa ini melalui proses yang ketat oleh tim seleksi internal dengan memperhatikan segala aspek baik akademik hingga perilaku.

“Tim menyeleksi dengan berbagai pertimbangan nilai raport, prestasi akademik maupun non akademik, sikap ataupun perilaku selama 3 tahun, keaktifan organisasi, dan lain sebagainya yang diakhiri dengan pleno dewan. Akhirnya terpilihlah 30 siswa ini, insyallah 30 siswa ini adalah siswa terbaik untuk menerima beasiswa,” ungkap Maman.

Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Keagamaan, dan Alumni UII, Dr. Drs. Rohidin, S.H., M.Ag menyampaikan UII merupakan perguruan tinggi yang terus merawat kepercayaan dan amanah masyarakat dalam menyelenggarakan pendidikan tinggi. Maka dari itu, Dr. Rohidin memberikan semangat kepada siswa SMA UII untuk bangga bisa berkuliah di UII.

Dr. Rohidin juga menjelaskan indikator-indikator yang sudah dipenuhi oleh UII dalam menjalankan pendidikan tinggi meliputi animo masyarakat yang sangat tinggi, rasio mahasiswa dan dosen yang ideal, serta kurikulum pembelajaran yang mengadaptasi kebutuhan pasar dan dunia industri.

“Kemudian, lebih dari 60 hinggga 75% sudah terakreditasi unggul dan UII memenuhi itu. Kelima, ketercukupan sumber daya, tentu saja bisa dilihat dari UII yang mampu memberikan beasiswa untuk anak bangsa yang memiliki talenta tetapi kurang beruntung dalam keadaan ekonomi. Dalam satu tahun, UII selalu memberikan beasiswa hingga 20 miliar rupiah dengan berbagai skema seperti beasiswa akademik, beasiswa pondok pesantren UII, beasiswa tahfidz, beasiswa afirmatif.

Kemudian, Ketua Umum YBW UII, Dr. Suparman Marzuki, S.H., M.Si, memaparkan bahwa tahun ini YBW UII memutuskan untuk memberikan beasiswa kepada SMA UII. Suparman berharap tahun-tahun kedepan akan terus bisa memberikan lebih banyak beasiswa kepada siswa SMA UII. Suparman juga memberikan semangat kepada siswa SMA UII untuk terus memperkuat niat, visi, dan kerja keras untuk menggapai kesuksesan.

“Bapak Ibu mari awasi anak kita agar jadi sukses. Kesempatan, peluang, rezeki yang besar yang anak-anak Bapak Ibu dapatkan untuk berkuliah di UII tanpa biaya. Ayo dukung anak-anak kita sama-sama agar sukses menjalankan mandat YBW, orang tua karena kebahagiaan tertinggi seorang ayah dan ibu ketika melihat anaknya sukses,” harap Ketua Umum YBW UII ini. (AHR/RS)

Tim Tilawatil Qur’an wa Funun Islamiyah (TQFI) Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta kembali mengukir prestasi gemilang dengan meraih gelar Juara Umum dalam ajang Musabaqah Funuun Islamiyah (MUFI) XI. Kompetisi ini diselenggarakan oleh Jam’iyyah Dakwah wa Al-Funuun UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dan berlangsung pada Ahad (04/05) Ajang tahunan ini diikuti oleh berbagai perguruan tinggi dari seluruh Indonesia sebagai sarana pengembangan seni dan syiar Islam di kalangan mahasiswa.

Mahasiswa UII dari berbagai program studi berhasil menyumbangkan lima kategori kejuaraan yang mengantarkan UII sebagai Juara Umum. Di antaranya: (1) Juara Terbaik 1 Musabaqah Tilawatil Qur’an Putra, Ade Muhammad dari Program Studi Ekonomi Pembangunan  Program Sarjana Angkatan 2024; (2) Juara Terbaik 1 Musabaqah Tilawatil Qur’an Putri, Syamimi Assahira dari Program Studi Hukum Keluarga (Ahwal Syakhsiyah) Angkatan 2024; (3) Juara Terbaik 2 Musabaqah Tilawatil Qur’an Putri, Hasna Shofwatul Azizah dari Program Studi Hukum Keluarga (Ahwal Syakhsiyah) Angkatan 2024; (4) Juara Terbaik 2 Musabaqah Syarhil Qur’an, Munawwar Salim Program Studi Hukum Keluarga (Ahwal Syakhsiyah) Angkatan 2022, Kelvin Alviana dan Rajbani Gibran Program Studi Ilmu Komunikasi Program Sarjana Angkatan 2024; serta (5) Juara Favorit Pop Solo Islami, Nasywaa Labiiib Az Zahra Program Studi Akuntansi Program Sarjana Angkatan 2022. Capaian ini merupakan hasil dari pembinaan rutin dan ikhtiar berkelanjutan yang dilakukan TQFI bersama para pembinanya.

Munawwar Salim, salah satu anggota tim MSQ UII, mengungkapkan rasa syukur dan harunya atas keberhasilan timnya. Namun menurutnya, hal tersebut sepadan dengan usaha yang telah dilakukan selama beberapa bulan belakangan.

“Saya merasa senang dan bangga tentunya, namun pencapaian ini adalah titik balik dari ikhtiar dalam persiapannya. Masih perlu banyak belajar dan latihan supaya kemampuan saya semakin berkualitas,”ujarnya.

Ia juga menyoroti keterbatasan waktu latihan yang dihadapi oleh timnya, serta berbagai distraksi yang muncul selama masa persiapan. Meski demikian, ia merasa sangat terbantu dengan dukungan penuh dari Direktorat Kemahasiswaan UII.

“Alhamdulillah, bersyukur sekali karena dalam setiap kompetisi selalu ada backup yang cukup dan layak dari kemahasiswaan UII. Support yang penuh baik dari segi transportasi, akomodasi, dan apresiasi. Mudah-mudahan kemahasiswaan UII tetap konsisten dan lebih baik lagi dalam mensupport segala bentuk kegiatan yang menunjang kesuksesan dalam prestasi mahasiswa,” tambahnya.

Ketua TQFI UII, Asep Rizki Suhada Muharom, menjelaskan bahwa kunci keberhasilan timnya terletak pada kedisiplinan dalam menjalankan latihan rutin bersama para pelatih yang kompeten di bidang masing-masing. Latihan ini dilakukan setiap minggu dan ditingkatkan secara intensif menjelang babak final MUFI XI.

“Kami menekankan pentingnya latihan berkelanjutan, bukan hanya ketika ada lomba, tapi sebagai bagian dari proses pembentukan karakter dan kualitas kemampuan  yang matang,” ungkap Asep.

Ia juga menyampaikan apresiasi terhadap Kemahasiswaan UII yang memberikan dukungan penuh, mulai dari akomodasi, transportasi, hingga pembinaan karakter melalui nasihat yang disampaikan secara berkelanjutan.

“Nasihat yang senantiasa kami pegang untuk selalu berproses setiap hari melalui pembinaan di masing-masing bidang, serta sebagai bentuk pemanasan pra MTQMN 2025,” ujarnya.Ia berharap pencapaian ini dapat menjadi pemantik semangat seluruh anggota TQFI dan mahasiswa UII lainnya.

“Harapan kami sederhana tapi besar: semoga ikhtiar ini dapat dimaksimalkan untuk mewujudkan Juara Umum di MTQMN 2025. Semuanya dimulai dari komitmen kita terhadap proses,” pungkasnya

Dengan keberhasilan ini, TQFI UII tidak hanya mengharumkan nama kampus dalam skala nasional, tetapi juga menunjukkan komitmen nyata UII dalam mendukung pengembangan potensi mahasiswa di bidang seni dan keislaman. Prestasi ini diharapkan menjadi pijakan kuat untuk menghadapi tantangan lebih besar di masa mendatang. (IMK/AHR/RS)