Pusat Studi Agama dan Demokrasi (PSAD) Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menyelenggarakan diskusi daring sebagai bagian dari upaya memperkuat peran perguruan tinggi dalam merespons isu-isu global yang berdampak langsung terhadap kebijakan nasional. Diskusi bertajuk “Membaca Tantangan dan Arah Kebijakan Indonesia dalam Menghadapi Perang Tarif Global” ini dilaksanakan secara daring melalui platform Zoom Meeting pada Rabu (30/04) , dan diikuti oleh peserta dari berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa, akademisi, hingga pegiat masyarakat sipil.

Kegiatan ini menghadirkan dua narasumber utama, yakni Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M.Ec., Guru Besar Fakultas Bisnis dan Ekonomika UII, serta Enggar Furi Herdianto, S.IP., M.A., Dosen Hubungan Internasional UII. Diskusi dimoderatori oleh Dr. Aidha Trisanty, S.E., M.M., dari Fakultas Bisnis dan Ekonomika (FBE) UII.

Dalam pemaparannya, Prof. Edy Suandi Hamid menjelaskan bahwa apa yang disebut sebagai “perang tarif global” sebenarnya lebih tepat dipahami sebagai perang dagang bilateral antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Namun demikian, ia menegaskan bahwa dampaknya bersifat sistemik dan menjalar ke berbagai negara lain, termasuk Indonesia.

“Ketika dua kekuatan ekonomi terbesar dunia berkonflik, negara-negara berkembang seperti Indonesia berada di posisi yang rawan terkena imbasnya. Sektor ekspor yang semula tumbuh positif kini menghadapi tantangan besar akibat kebijakan tarif yang diterapkan sepihak,” ungkap Prof. Edy.

Prof. Edy mencontohkan bagaimana sektor-sektor manufaktur Indonesia, seperti tekstil, alas kaki, dan komoditas karet, mengalami penurunan permintaan karena masuknya hambatan tarif di pasar utama seperti Amerika Serikat. Akibatnya, terjadi pengurangan produksi dan pemutusan hubungan kerja di sejumlah industri padat karya.

Untuk menjawab tantangan tersebut, Prof. Edy menawarkan strategi diversifikasi pasar ekspor ke kawasan nontradisional seperti Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Latin. Menurutnya, Indonesia tidak bisa terus bergantung pada mitra dagang utama seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Tiongkok. Selain itu, ia juga menekankan pentingnya menguatkan pasar domestik melalui peningkatan konsumsi produk dalam negeri dan pemberdayaan pelaku usaha kecil dan menengah.

Sementara itu, narasumber kedua, Enggar Furi Herdianto, menyoroti persoalan dari perspektif hubungan internasional. Enggar menjelaskan bahwa perang tarif yang terjadi saat ini menunjukkan adanya krisis kepercayaan terhadap sistem tata kelola perdagangan global yang selama ini dibangun melalui institusi seperti World Trade Organization (WTO).

“Dalam situasi ini, negara-negara besar cenderung mengambil langkah unilateral dan mengabaikan mekanisme multilateral. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi negara-negara seperti Indonesia yang selama ini menggantungkan kestabilan ekonomi pada keterbukaan pasar internasional,” jelas Enggar.

Enggar menekankan pentingnya posisi Indonesia sebagai middle power atau kekuatan menengah yang memiliki peluang untuk memainkan peran strategis dalam menjaga stabilitas kawasan. Ia mendorong pemerintah untuk lebih aktif dalam forum-forum regional seperti ASEAN, APEC, dan RCEP, guna memperkuat posisi tawar Indonesia serta memperjuangkan sistem perdagangan yang lebih adil dan inklusif.

Lebih lanjut, Enggar juga menyoroti perlunya reformasi internal, termasuk penyederhanaan prosedur ekspor-impor, perbaikan tata kelola perdagangan, dan peningkatan perlindungan terhadap tenaga kerja, sebagaimana tercermin dalam laporan United States Trade Representative (USTR) yang beberapa kali menyoroti hambatan struktural di Indonesia.

Pusat Studi Agama dan Demokrasi UII berkomitmen untuk terus mengangkat isu-isu strategis melalui forum-forum ilmiah seperti ini.  Diskusi ini menjadi bagian dari komitmen PSAD UII dalam mendorong kajian kebijakan yang strategis. Melalui forum ini, diharapkan muncul gagasan-gagasan kritis dan konstruktif yang dapat memperkaya diskursus kebijakan publik nasional, khususnya dalam menyikapi dinamika global yang terus berubah. (ELKN/AHR/RS)

Center for International Language and Cultural Studies (CILACS) Universitas Islam Indonesia (UII) mengadakan studi ekskursi untuk Mahasiswa Internasional Kemitraan Negara Berkembang (KNB) Angkatan 2023 yang mengikuti program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) yang dilaksanakan di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga pada Senin-Rabu (28-30/4).

Kegiatan yang diikuti oleh lima mahasiswa internasional KNB yakni Fazli Elahi dan Usama Ahmad Khan dari Pakistan, Muhammed Fatty dari Gambia, Mqinisi Sibanda dari Zimbabwe, serta Murokib Kode dari Thailand ini dilakukan untuk memperdalam pemahaman mereka terhadap bahasa, budaya, dan kehidupan sosial masyarakat Indonesia secara langsung.

Jenis kegiatan yang dilakukan mencakup menghadiri seminar mini tentang seni budaya, kunjungan ke berbagai situs sejarah, observasi terhadap kehidupan masyarakat lokal, belajar bela diri tradisional seperti pencak silat, mengunjungi UMKM lokal untuk menyaksikan cara pembuatan produk, mengunjungi tempat ibadah serta sekolah yang merupakan cagar budaya, serta melakukan percakapan santai dengan warga setempat maupun keluarga asuh.

Melalui kegiatan ini, mahasiswa internasional tidak hanya belajar Bahasa Indonesia secara teoretis di kelas, tetapi juga menggunakannya dalam konteks nyata melalui interaksi langsung dengan penutur asli, yakni masyarakat Indonesia yang ditemui di sekitar kampus UKSW dan lokasi kunjungan diantaranya Rumah Khalwat RONCALLI Salatiga, UMKM Ting-Ting Gepuk Cap Klenteng, Kedai Ronde Ny. Ong, Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat (GPIB) Salatiga, Prasasti Plumpungan, dan Museum Salatiga, serta SMP Negeri 1 Salatiga.

Usama yang merupakan salah satu mahasiswa BIPA UII mengaku senang bisa mengikuti kegiatan ini. Menurutnya, dengan berinteraksi langsung dengan masyarakat lokal membantunya untuk menjadi lebih percaya diri dalam menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-harinya selama menempuh pendidikan di UII.

Selain itu, saya jadi lebih mengerti budaya Indonesia, bukan hanya dari buku, tapi dari pengalaman langsung seperti saat belajar pencak silat dan mencicipi makanan tradisional Salatiga. Menurut saya, ini salah satu cara belajar yang menyenangkan dan efektif,” ungkap Usama. (NJS/AHR/RS)

Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menyelenggarakan Festival Seni Pertunjukan sebagai bagian dari rangkaian Milad ke-82 dengan mengusung tema “UII Mengerti Bumi.” Acara ini berlangsung pada Rabu (30/4) di Auditorium Prof. K.H. Abdul Kahar Muzakkir UII, dan terbuka untuk seluruh dosen, tenaga kependidikan, serta mahasiswa. Melalui tema ini, UII ingin mengajak seluruh sivitas akademika untuk merefleksikan kembali hubungan manusia dengan bumi, serta memperkuat komitmen bersama dalam menjaga kelestarian lingkungan melalui ekspresi seni dan budaya.

Read more