Kajian Spesial Idul Adha Bahas Filosofi Sate Qurban

Masjid Ulil Albab Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menggelar kajian Spesial Sate Qurban dalam rangkaian acara Adha Fest 1446 H, pada Sabtu (14/6), bertempat di pelataran Masjid Ulil Albab, Kampus Terpadu UII. Kegiatan ini mengangkat tema “Filosofi Sate: Simbolisme Kekuatan, Persatuan, dan Kebersamaan,” diikuti oleh puluhan mahasiswa dari berbagai fakultas.

Kajian tersebut menghadirkan Ustadz Ahmad Zubaidi, S.Pd., M.Pd., dosen Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) UII, sebagai narasumber. Dalam pemaparannya, ia mengajak peserta untuk memaknai qurban secara lebih mendalam, tidak hanya sebagai aktivitas makan daging atau pemenuhan kebutuhan jasmani semata, tetapi juga sebagai sarana untuk menguatkan aspek ruhaniyah.

“Makna utama dari qurban adalah bagaimana kita bisa mengecas ruhani, agar tidak sekadar hidup seperti hewan yang tidak memiliki akal,” ungkapnya.

Ustadz Ahmad Zubaidi juga mengangkat filosofi sate sebagai simbol kehidupan manusia. Daging dianalogikan sebagai manusia, tusuk sate sebagai prinsip hidup, pembakaran sebagai ujian kehidupan, dan arang sebagai simbol hati.

“Hikmah sate untuk kita yang sangat luar biasa adalah dagingnya itu ibarat manusia, tusuk sate itu prinsipnya. Manusia harus mempunyai prinsip yang kuat dan tegak dalam hidupnya. Proses pembakaran ibaratnya ujian yang membuat manusia semakin dewasa. Sedangkan arang, meski tak terlihat, punya peran besar dalam mengubah daging mentah menjadi matang—seperti hati manusia yang menentukan baik atau buruknya tindakan seseorang,” jelasnya.

Di akhir kajian, beliau berpesan kepada para mahasiswa untuk tidak takut menghadapi kesulitan dalam proses belajar. Ia menekankan pentingnya kerja keras dan keberanian dalam mencoba hal-hal baru demi masa depan.

Salah satu peserta kajian, Naufal Kholil, turut menyampaikan kesan mendalamnya terhadap acara tersebut

 “Kesan saya dalam mengikuti Kajian tadi malam benar-benar luar biasa dan seru . Tema “Spesial Sate Qurban” tidak hanya menarik dari judulnya, tapi juga dari isi dan suasananya. Saya pribadi merasa banyak diingatkan tentang makna sejati dari berkurban, bukan hanya tentang daging atau ritual, tapi tentang bagaimana kita belajar ikhlas dan tunduk pada perintah Allah, seperti Nabi Ibrahim dan Ismail. Suasana kebersamaannya juga hangat, apalagi ditutup dengan makan sate bareng” ucapnya

Acara ditutup dengan makan sate qurban bersama, sebagai bentuk kebersamaan dan refleksi atas makna yang telah disampaikan dalam kajian. (GRR/AHR/RS)