Aktualisasi NIlai Ulil Albab Tercermin dalam Mata Kuliah Universitas

Cerminan pribadi seorang mahasiswa dapat dilihat dari karakter kampus tempatnya belajar. Ungkapan inilah yang menjadi bahan perenungan tentang bagaimana menginternalisasi nilai-nilai positif kampus dalam diri seorang mahasiswa. Sebagai kampus bernafaskan Islam, UII pun berupaya mendorong mahasiswanya dapat menjadi insan yang inklusif, membawa pesan Islam yang toleran, serta menjunjung moral dan integritas. Salah satu upaya untuk menanamkan hal itu adalah melalui aktifitas pengajaran, yakni mata kuliah universitas (MKU) yang wajib dipelajari oleh mahasiswa. Seiring dengan tantangan lulusan yang semakin tinggi, MKU pun dituntut dapat memberi skill tambahan bagi para mahasiswa.

Sebagaimana tercermin dalam acara Sosialisasi Silabus MKU UII yang diadakan di Gedung Kuliah Umum Prof. Dr. Sardjito, kampus terpadu UII pada Selasa (29/8). Acara diikuti oleh para dosen UII dari berbagai program studi di lingkungan universitas. Sosialisasi yang digagas oleh Badan Pengembangan Akademik (BPA) UII ini bertujuan menyamakan persepsi tentang pengenalan MKU yang berbasis kurikulum ulil albab UII. Acara juga diikuti oleh Kepala BPA UII, Dr. Jaka Nugraha, S.Si., M.Si.

Wakil Rektor I UII, Dr. Ing. Ilya Fajar Maharika, MA mengatakan saat ini para pengajar UII dituntut tidak lagi menjadi content provider bagi mahasiswa. “Artinya dosen harus mampu mengajak mahasiswa untuk berpikir kreatif dan menjadi pemecah masalah melalui cara belajar yang berbeda. Sedangkan bahan materi dapat diunduh dan dipelajari oleh para mahasiswa meski tidak selalu didampingi dosen”, katanya.

Terkait dengan MKU Ulil Albab, ia berpendapat hal itu merupakan upaya mengaktualisasi dan mengajarkan nilai-nilai UII yang dulu diajarkan para pendirinya. Tentunya dengan tantangan yang semakin kompleks, internalisasi nilai juga perlu dihadapkan pada realita yang ada. Misalnya, pada saat penyampaian MKU, dosen juga mengajak mahasiswa berdiskusi tentang isu-isu aktual, seperti kebhinekaan dan problem ekonomi. “Bagaimana mahasiswa menjawab permasalahan itu dari sudut pandang keilmuan yang mereka pelajari. Ini akan menjadi diskusi yang menarik dan produktif”, pungkasnya.